HOTEL RED MANSION
Aku ZECH (23 tahun), aku bekerja di tempat ini (HOTEL RED MANSION) baru sebulan, sebuah hotel kelas melati di lingkungan hiburan malam, kawasan ruko di sebuah cluster pertokoan, terdapat beberapa tempat karaoke, cafe, bar, arena biliard, dan dua hotel sekelas tempatku bekerja. Aku bekerja sebagai roomboy, pekerjaan ini bukan hal baru bagiku, karna sebelumnya aku pernah bekerja sebagai cleaning service selama 3 tahun di sebuah dealer mobil sejak lulus SMA.
Sejak aku lulus aku sudah merantau ke kota ini, dan berniat mencari nafkah di kota ini untuk membantu meringankan beban ibu dan bapak yang hanya bekerja sebagai buruh kebun harian di kampung.
HOTEL RED MANSION masih termasuk hotel baru di kawasan ini, baru beroperasi sekitar 2 tahun yang lalu. Sebenarnya masih ada dua hotel sekelas RED MANSION yang lebih dulu eksis, tapi tidak terlalu ramai, mungkin karna hotel tempatku bekerja masih baru dan lumayan nyaman untuk hotel kelas melati. RED MANSION terdiri dari 3 lantai, cukup lumayan dan tidak terlalu sempit di setiap lantainya, karna dibangun dari dua ruko yang digabung menjadi satu, sudah permanen dan sudah menjadi hak milik bosku.
Seperti hotel pada umumnya lantai satu atau lantai dasar dijadikan LOBBY dan RECEPTIONIST.
Dari pintu masuk kaca kita bisa langsung melihat meja receptionist yg langsung menghadap ke depan, di sebelah kanan ada ruang tunggu yang dilengkapi dua buah sofa semi panjang, meja kaca dan televisi LED.
Masih di area ruang tunggu, ada sebuah mini BAR yang jadi satu dengan meja receptionist. Di belakang meja receptionist ada ruang manager.
Di sebelah kiri meja receptionist ada tangga yang sudah dimodifikasi lebih lebar dari tangga ruko pada umumnya. Di samping tangga ada akses menuju toilet umum, pantry, janitor, dan gudang lobby.
Sekarang kita naik ke lantai 2, disini terdiri dari enam ruangan yang dibelah oleh koridor. Sebelah kiri terdiri dari kamar 201, 202, dan 203 paling ujung koridor. Sebelah kanan ada kamar 204, 205, dan paling ujung koridor ada RUANG LAUNDRY sekaligus gudang atau ruang khusus karyawan hotel beristirahat atau bersantai sejenak. Biasanya aku dan karyawan lain bersenda gurau disana sambil mengerjakan pekerjaan laundry.
Naik ke lantai 3, semua ruangan disini hanya ruangan kamar untuk tamu, mulai dari kamar 301, 302, dan 303 di sebelah kiri, dan di sebelah kanan ada kamar 304, 305, dan kamar 306.
Kita naik ke lantai akhir, rooftop, selain toren air dan blower ac, disini ada gudang kecil khusus maintenance dan peralatan perkakas, karena ini hanya hotel kelas melati, kami tidak punya teknisi khusus, disini kami bekerja serba double job, seperti aku yang double job sebagai roomboy, cleaning service, dan ob, kadangkala menjadi receptionist cadangan jika ada karyawan wanita yang tidak masuk atau sedang libur.
Di hotel ini tidak terlalu banyak karyawannya, maklum, untuk hotel kelas melati biasanya memang harus press budget. Bahkan hotel ini tidak mempekerjakan security, secara otomatis kami harus bisa menjadi petugas keamanan sendiri untuk hotel ini, tapi memang tidak terlalu mengkhawatirkan karena tepat di sebrang hotel di area parkir ada pos security kawasan ruko cluster, memang cerdas bosku meminimalisir pengeluaran budget hotel, atau kebetulan saja saat membeli ruko hanya ada dua ruko ini yang kosong.
Untuk roomboy ada aku dan ANWAR (25 tahun), Anwar juga pastinya double job, karna pernah bekerja sebagai teknisi di sebuah pabrik, Anwar merangkap sebagai maintenance disini, dia salah satu karyawan pertama disini. Anwar perantau sama sepertiku, tapi dia sudah menikah dan tinggal dengan istrinya di sebuah kontrakan di belakang perumahan cluster.
Untuk karyawan wanita, ada DEWI (25 tahun) sebagai receptionist merangkap sebagai office girl, dewi juga karyawan pertama. Aku sebetulnya kagum kepada Dewi, dia bagai wanita tangguh, dia rela kerja di Shift malam karna tidak punya rekan untuk rolling. Sebetulnya ada satu lagi receptionist, tapi karna dia keponakan Boss, jadi dia diberi job sebagai receptionist sekaligus ditunjuk sebagai leader kami disini, jadi harus standby di Shift siang. Kembali ke Dewi, dia seorang janda anak satu, dia tinggal bersama orangtuanya tidak jauh juga dari sini. Anaknya masih kecil, usia 3 tahun kalau tidak salah, kalau dia kerja shift malam orangtuanya yg menjaga anaknya. Mungkin dia rela kerja shift malam agar siang bisa tetap mendampingi anaknya bermain. Kabarnya dia menjanda karna ditinggal bgitu saja oleh suaminya sejak hamil 2 bulan, sayang sekali, padahal menurutku dewi termasuk wanita cantik, cerdas, cekatan, dan juga menggoda, hehehe. Bagaimana tidak menggoda, wajahnya yang cantik dihias dengan hidungnya yg mancung, rambutnya panjang sampai ke punggung, kulitnya sawo matang, perawakannya tidak kurus, tidak terlalu gemuk juga, Pantatnya yang kencang dan berisi mengimbangi payudaranya yang lumayan besar dan padat. Seringkali Anwar menggodaku untuk mendekatinya, hehehe. Aku tau pesona seorang janda muda memang begitu dahsyat dan luar biasa, tak jarang tamu tamu pria yang datang check in malam hari melotot dibuatnya dan pasti langsung menggodanya.
Berikutnya ada Leader kami, yang bertugas sebagai receptionist di Shift siang. ASTI (30 tahun), kami biasa memanggilnya dengan sebutan teteh, atau teh Asti. Seperti kubilang tadi, teh Asti adalah keponakan boss kami. Tak banyak cerita yang kutahu tentang dia, hanya satu cerita yang kudengar dari Dewi dan masih membuatku penasaran sampai saat ini. Dewi menceritakan ini hanya kepadaku, karna kalau Anwar tau, bisa langsung menyebar kabar ini sampai ke satu kawasan karna pergaulan Anwar cukup luas disini, belum lagi mulutnya yang bocor, hahaha.
Jadi bgini ceritanya, suatu sore saat dewi datang untuk over handle dengan teh Asti, dewi terkejut melihat hp teh asti dibawah meja receptionist yang masih memainkan video bokep tapi tanpa suara. Dewi ke belakang mancari teh Asti untuk over handle, makin terkejut lagi dewi melihat teh Asti yang sedang m********i di ruang manager, Teh Asti duduk di kursi dengan posisi kaki mengangkang ke atas meja. Sambil tangan kirinya meremas2 payudaranya, dan jari jemari tangan kanan mengusap2 memeknya. Dewi terkejut waktu itu, mungkin teh asti sudah tak tertahankan lagi hingga lupa merapatkan pintu apalagi menguncinya. Maklum saja, sudah usia 30 tahun, namun teh asti belum juga menikah.
Dewi tanpa memergoki teh asti hanya mengintip beberapa detik dari sela pintu yang terbuka, lalu mengendap endap kembali ke meja receptionist dan meletakkan hp teh asti kembali ke tempatnya dengan mengunci layar ponselnya. Dewi bersikap tak terjadi apa apa.
Bagaimana aku tidak penasaran, temanku memergoki leader kami sedang m********i di ruang manager. Oh Teh Asti, setiap kali aku ingat dengan cerita itu, membuat pikiranku kemana mana, dan semakin penasaran pada teteh, hehehe...
Dan, Baiklah... Kubuka sedikit rahasiaku di BAB ini, sebetulnya aku suka dengan Teh Asti sejak pandangan pertama, sejak awal aku melamar kerja disini dan di interview langsung olehnya. Dia wanita tipeku, Big Beauty Woman (BBW), wanita bertubuh gemuk, gempal berisi, kulitnya putih bersih dan mulus, wajahnya tak kalah cantik dengan dewi, rambutnya tidak terlalu panjang, hanya sebahu, pipinya pun tidak terlalu chubby seperti wanita gemuk pada umumnya, menambah pesona kecantikan dirinya.
Berikutnya kukenalkan boss kami, BU SUSI (45 tahun). Bu Susi manager sekaligus pemilik hotel ini, warisan peninggalan suaminya. Yap, Bu Susi juga seorang janda namun tanpa anak, kudengar suaminya meninggal karna kecelakaan. Hotel ini lah harta warisan peninggalan suaminya. Bu Susi sayang sekali kepada Teh Asti, keponakannya, sudah dianggap seperti anaknya sendiri, hingga teh asti ditunjuk sebagai leader untuk membantunya mengurus hotel ini.
Sebetulnya aku tidak terlalu tau dan paham tentang situasi dan kondisi mereka, mungkin karna aku masih baru disini. Tapi yang aku tahu Teh Asti dan Bu Susi tinggal serumah yang lumayan jauh dari sini. Bu Susi tidak setiap hari datang ke hotel, mungkin hanya tiga atau empat hari dalam seminggu, tapi biasanya setiap hari sabtu Bu Susi datang masuk kerja dari pagi hingga jam 9 malam, karna pasti semua kamar akan full di akhir pekan.
Untuk lelaki sepertiku, Bu Susi sangat cantik, putih, langsing dan tinggi. Rambutnya pendek seperti teh asti. Pantatnya memang tidak terlalu besar, tapi cukup padat. Tapi ada hal lain yang menarik setiap perhatian para pria termasuk aku, bibir bagian bawahnya tebal, begitu menggoda jika dia memakai gincu berwarna merah. Toketnya cukup besar dan kencang, stiap dia berjalan pasti bergoyang ke kanan ke kiri naik turun senada dengan langkahnya, hehehe.
Tapi disamping itu, bu susi memang atasan yang baik, mengayomi, penuh perhatian, dan tidak pelit kepada kami karyawannya. Pantas saja Dewi dan Anwar begitu setia kepada bu susi sejak awal hingga saat ini.
RED MANSION HOTEL
- BU SUSI (45)
- TEH ASTI (30)
- DEWI (25)
- ANWAR (25)
- AKU, ZECH (23)
Kurang lebih baru satu bulan ZECH bekerja di HOTEL RED MANSION. Lingkungan kerja, dan tempat tinggalnya perlahan memicu kemunculan sisi lain dari kepribadiannya...
( BERSAMBUNG... )