Rara " Ra, buruan ih! Kelamaan lo ah." Dengan semangat empat lima, Dea menarik tanganku menuju kantin. Sejak tadi pagi aku datang, Dea nggak ada bosannya merecokiku. Dia bilang dia terlalu senang karena aku mau kembali kerja di kantor. " Lo kenapa sih, semangat banget. Lo nggak makan berapa hari sih?" aku menahan tangan Dea agar dia mau berjalan lebih pelan. Sakit juga kalau tanganku sampai dia tarik-tarik begini. " Mumpung Pak Danu masih di kantin." " Maksud lo?!" " Gue pengen lihat interaksi lo sama Pak Danu. Mwehehe..." " Interaksi apa maksud lo? Gue nggak ngarti De," " Ya interaksi apa aja. Waktu nikah kan kalian keliatan masih canggung gitu. Nah ini udah sepuluh harian, makanya gue jadi penasaran." " Sama aja. Nggak ada yang berubah." " Bohong. Bibir lo keliatan agak beda kal