Puri Netherbridge

1284 Words
Hartley sedang menikmati sarapannya di restoran yang berada pada lantai dasar penginapan tempatnya menginap –Lake Retreat –ketika Inspektur Thornton datang dan segera menghampirinya. “Tentunya kau tidak keberatan kan berbagi meja denganku?" tanya Inspektur berbasa - basi. “Jadi akhirnya kau menginap di penginapan ini juga, inspektur?" tanya Hartley seraya memberikan gestur tubuh yang mempersilahkan inspektur untuk duduk di kursi yang berada di hadapannya. “Seperti yang kau lihat, Miss Hartley. Ngomong - ngomong tepat dugaanku, Komisaris Sinclair menawarkan kepadaku untuk menginap saja dirumahnya. Sebenarnya aku merasa tidak enak hati juga dengan menolak tawarannya itu. Karena dia sudah meminta tolong ke istrinya untuk repot - repot menyulap ruang baca mereka menjadi tempatku untuk bermalam." Seakan tidak terlalu peduli dengan cerita itu, Hartley hanya mengangguk - anggukan wajahnya menanggapi apa yang diceritakan inspektur tentang penolakannya akan tawaran bermalam di kediaman komisaris. “Ngomong - ngomong inspektur, apa kau sudah tahu bahwa Lady Genevieve Harrington itu bukanlah adik kandung korban melainkan adik iparnya?" tanya Hartley. “Aku baru mendengar hal itu. Sebetulnya aku belum sempat bertanya detail kepada komisaris tentang seluk beluk keluarga itu. Aku pikir aku akan membacanya saja dari dokumen penyelidikan yang telah diberikan kepadaku ini. Tapi sepertinya bagian tentang itu entah mengapa luput dari perhatianku saat membaca laporan penyelidikan ini," ujar inspektur seraya mengetuk - ngetukkan jarinya diatas folder dokumen yang dia letakan di atas meja. “Ya, jadi sebetulnya Lady Genevieve Harrington adalah adik dari Lady Eleanor Netherbridge, mendiang istri korban yang meninggal karena sakit enam bulan yang lalu.” “Hmm, begitu rupanya. Rasa - rasanya aku semakin mencium adanya perebutan harta warisan disini," Inspektur Thornton menanggapi. “Bisa jadi, namun aku memiliki firasat bahwa hal ini tidak sesederhana itu," jawab Hartley dengan terlihat memikirkan sesuatu. “Ngomong - ngomong, darimana kau mendapatkan informasi itu, Miss Hartley?” “Martha Simmons, pelayan muda yang sedang ada dibalik meja bar itu. Dia cukup ramah dan sudah tentu dia suka bicara," jawab Hartley. “Aku tidak mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang keluarga Netherbridge darinya. Dan sejauh yang aku dapatkan ini, cukup banyak cerita juga tentang keluarga itu yang sepertinya menjadi rahasia umum di wilayah ini," tambahnya. “Bisakah kau jelaskan kepadaku, Miss Hartley?" ujar Inspektur mulai penasaran. “Baiklah. Pertama, korban bukanlah keturunan asli dari keluarga Netherbridge. Dia mendapatkan nama itu ketika dia menikahi Eleanor Netherbridge –anak dari Lord Jonathan Netherbridge –kepala keluarga Netherbridge sebelumnya yang sudah meninggal tujuh tahun yang lalu. Sebelumnya dia menggunakan nama keluarga Foster –Reginald Foster. Selanjutnya, suami dari Lady Harrington, Lord William Harrington, terdapat rumor bahwa dia adalah pria yang boros dan suka berpesta. Namun yang menarik adalah sebenarnya Lady Harrington baru enam bulan terakhir ini kembali ke puri itu dan membawa serta suaminya ikut tinggal disana. Sebelumnya warga sekitar sini tidak pernah mengenal Lord Harrington karena semenjak menikah dengan Genevieve Netherbridge, dia langsung membawa istrinya itu pergi dari sini dan tinggal di kediamannya sendiri. Dan, yang tidak kalah menarik adalah dari apa yang aku tangkap dari cerita Martha Simmons, seharusnya baru enam bulan terakhir ini juga rumor tentang Lord Harrington adalah pria yang boros itu muncul dan menyebar di wilayah ini.” “Apakah, itu berarti kecurigaanmu mengarah kepada mereka berdua sekarang?" tanya Inspektur. “Tidak. Sejauh ini aku belum mencurigai siapapun. Justru aku merasa itu terlalu mudah bila aku mencurigai mereka berdua. Namun aku juga belum bisa menyimpulkan sesuatu. Aku rasa kabut masih terlalu tebal menyelimuti. Bagaimana denganmu, inspektur?” “Aku setuju denganmu, Miss Hartley. Masih terlalu dini bila kita harus mengerucutkan kecurigaan kita kepada mereka berdua. Jadi, kapan kita akan berangkat kesana? Tentunya kedatanganmu bersamaku akan memudahkan tugasmu sebagai wartawan, bukan?”. “Selesai sarapan ini bila kau tidak keberatan, inspektur.” *** Hartley dan Inspektur Thornton melangkah turun dari taksi yang mereka tumpangi. Matanya memandang sekeliling dengan rasa penasaran yang terselubung. Udara segar perbukitan di pagi hari langsung memenuhi paru - parunya saat dia menghirup nafas dalam - dalam. Sangat segar rasanya dan sungguh berbeda dengan atmosfer kota London yang menyesakkan itu, pikirnya. Di hadapan mereka kini nampak megah Puri Netherbridge yang berada di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Di Depannya terdapat taman yang cukup luas dan terawat dengan sangat baik, dengan berbagai bunga berwarna - warni, semak - semak hijau yang terpangkas rapi, dan pohon - pohon tua yang memberikan naungan dan kesan sejuk. Terdapat pula jalan setapak dari batu yang membelah taman itu dan menciptakan koridor indah yang mengarah ke pintu utama puri tersebut. Puri Netherbridge sendiri memiliki arsitektur klasik yang megah. Dindingnya berupa dinding - dinding batu bata merah tua yang kokoh dan memiliki atap - atap tinggi yang dilapisi genting - genting yang berkesan kuno. Pintu masuk utamanya dihiasi dengan ukiran - ukiran kayu yang rumit, dan jendela - jendela yang besar yang tentunya dapat memberikan pemandangan yang luas ke area sekitar. Pemandangan indah danau Windermere yang menakjubkan, terletak tidak jauh dari puri dan menambah keindahan alam di sekitar mereka. Keadaan permukaan air yang tenang dan jernih mencerminkan langit biru yang cerah. Hal itu menciptakan pemandangan yang begitu memukau sehingga sulit untuk dipercaya bahwa di balik kemegahan alam ini terdapat kasus kriminal yang suram dan harus mereka hadapi. Tidak lama setelah taksi pergi, terdengar lagi suara mobil yang datang mendekat. Sebuah mobil polisi datang dan berhenti tepat di depan mereka berdua. Sesaat setelah mobil polisi itu berhenti, dengan sigap petugas polisi yang menjadi supir mobil tersebut lalu turun dan membukakan pintu penumpang. Tampak seorang laki - laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih namun memiliki postur tubuh yang cukup tegap, keluar dari mobil itu. “Selamat pagi, komisaris," sapa Inspektur Thornton lembut dan penuh hormat kepada pria paruh baya tersebut. “Tidak perlu terlalu formal seperti itu inspektur," jawab Komisaris Sinclair dengan senyum simpul di wajahnya. Pria paruh baya itu memiliki suara yang berat. Janggut dan kumis yang juga mulai memutih tertata rapi di wajahnya. Wajahnya juga memiliki garis rahang dan tulang pipi yang tegas, mengisyaratkan sikapnya yang tegas. Raut wajahnya yang serius dibalik senyumannya yang hangat, tidak dapat menyembunyikan berbagai pengalaman dan sepak terjangnya di dunia kepolisian. “Dialah Komisaris Charles Sinclair, Miss Hartley. Dan Komisaris, perkenalkan, dialah Miss Hartley yang telah aku ceritakan tadi malam.” “Hartley dari The Times of London, Sir," sapa Hartley sekaligus mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Komisaris menyambut hal itu dan menjabat tangan Hartley. “Charles Sinclair”, ujarnya singkat. Bukan Hartley bila tidak jeli. Walaupun samar, Hartley dapat merasakan sedikit hawa ketidaksukaan yang terpancar dari Komisaris Sinclair yang berusaha dia ditutupi. Namun Hartley sudah sangat maklum dengan hal itu. Itu bukan hal yang pertama kali dia alami. Bahkan ketika pertama kali dia bertemu dengan Inspektur Thorntonpun dia merasakan hal yang sama bahkan lebih dari itu. Memang pada umumnya pihak kepolisian menganggap campur tangan wartawan dalam tahap penyelidikan sebagai gangguan yang tidak diinginkan. Namun, sepertinya Inspektur Thornton telah dapat meyakinkan komisaris bahwa Hartley tidak hanya sekedar seorang jurnalis yang sibuk dengan artikel berita yang menjadi tugasnya, namun dapat pula memberikan kontribusi berharga dalam penyelidikan mereka nantinya alih - alih mengganggu jalannya proses penyelidikan. “Baiklah inspektur, singkat saja aku menyapa anda pagi ini. Aku tidak ingin berlama - lama dan mengganggu penyelidikan anda. Aku sudah pastikan juga malam tadi bahwa semua dokumen terkait yang anda butuhkan tidak ada yang tertinggal dan sudah tertata rapi dalam folder berkas yang tadi malam aku berikan dan sedang kau pegang itu. Dan beberapa petugas terutama dari tim forensik masih berada disana. Mereka seharusnya dapat membantumu, inspektur. Jadi, begitu saja. Selamat bekerja, inspektur.” Inspektur Thornton dan Komisaris Sinclair saling menunjukan sikap hormat seraya mengakhiri basa - basi singkat mereka dan kemudian komisaris segera menaiki lagi mobil polisi yang membawanya tadi dan pergi meninggalkan Puri Netherbridge.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD