Wanita Berambut Perak

1409 Words
Wanita muda berambut perak itu itu mengenakan gaun malam yang sederhana namun tetap berkesan elegan dengan warna biru laut. Kulitnya sangat putih bersih dengan bibir mungil dan pipi yang kemerahan alami. Tubuhnya tidak terlalu tinggi namun sangat proporsional. Dia melangkah dengan langkah ringan yang anggun dan meninggalkan jejak parfum mewah di udara yang membuat sebagian besar tamu undangan memalingkan wajah ke arahnya ketika dia melangkah menuruni tangga menuju aula utama. Wajahnya memandang semua tamu undangan dengan tatapan yang anggun dengan sepasang bola mata indahnya yang memiliki iris berwarna kehijauan. Lord Blackwood tersenyum lebar sambil menghampiri wanita muda itu dan menggandengnya, lalu memperkenalkannya kepada Inspektur Thornton. “Perkenalkan Inspektur, dialah isteri saya Vivienne.” Lady Vivienne Blackwood memberikan tangannya kepada Inspektur Thornton dan Inspektur Thornton menjawab tawaran untuk berjabat tangan itu. “Suatu, kehormatan dapat bertemu dengan anda Mrs. Blackwood," ujar, inspektur. Seolah memerintahkan sesuatu, Lady Vivienne tidak melepas genggaman tangan di antara mereka berdua dan menatap hangat wajah Inspektur Thornton. Paham akan hal itu, dengan sedikit canggung Inspektur Thornton mengecup punggung tangan Lady Vivienne. “Kesenangannya adalah milik saya, inspektur," ujar Lady Vivienne sembari melepaskan tangan Inspektur Thornton dari genggamannya. Lord Blackwood terlihat sangat gembira dengan kehadiran isterinya yang berumur kira - kira sepantaran dengan anak laki - lakinya itu. Lord Alexander tidak berkata apa - apa untuk menyambut kedatangan ibu tirinya itu. Dia hanya tersenyum ramah, namun Hartley dapat menyadari adanya kilatan ketidaknyamanan di dalam matanya. Tidak hanya Hartley, Lady Vivienne –pun merasakan hal itu. Dia tersenyum tipis kearah Lord Alexander seolah dia tahu betul bahwa kehadirannya di keluarga Blackwood bukanlah suatu hal yang mudah diterima anggota keluarga yang lain. Apalgi pernikahan mereka memang terjadi dengan segala kontroversi dan konflik di antara keluarga Blackwood. “Selamat malam, Alexander,” ucap Lady Vivienne. Lord Alexander terdiam sejenak dan menatap tajam kepada Lady Vivienne sebelum akhirnya melunak. “Selamat malam, Lady Vivienne,” ucapnya dengan sopan membalas salam dari ibu tirinya itu. Lady Vivienne tersenyum lembut melihat reaksi Lord Alexander yang mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya. "Apa pendapatmu tentang pesta malam ini, Alexander? Kau terlihat begitu gagah dalam setelan jas hitam yang kau kenakan itu," ucap Lady Vivienne sambil memberikan pujian halus pada anak tirinya tersebut seakan tidak peduli dengan adanya sedikit ketegangan yang terjadi disitu. “Terimakasih, Lady Vivienne. Pesta ini sangatlah menyenangkan. Saya yakin ayah saya telah mengatur semuanya dengan sempurna,” ucapnya singkat. “Tentu tidak sepenuhnya begitu, Alexander,” sambung Lord Blackwood. “Ibumu ini juga telah membantu untuk mempersiapkan segala sesuatunya,” ucap Lord Blackwood dengan nada bangga. Lord Alexander hanya tersenyum ramah dan sedikit menganggukan kepalanya menghormati penuturan ayahnya itu. “Kau bisa saja, Sebastian,” ujar Lady Vivienne menjawab pujian suaminya itu. “Tentulah kerja kerasmu yang menjadikan semuanya sesempurna ini.” “Dan bagaimana pendapatmu, Olivia?” pandangan Lady Vivienne kini tertuju pada istri Lord Alexander yang sejak tadi hanya diam. “Oh, ya, sangat menyenangkan, Lady Vivienne,” jawabnya singkat beserta anggukan kecil penuh kesopanan dan ramah. “Maaf, ayah. Saya mohon diri sejenak. Istriku tidak terbiasa dengan keramaian seperti ini.” “Oh, sudahkah kalian ingin pulang? Acara baru saja dimulai. Ini tentu saja menyinggung perasaanku.” “Tentu tidak, ayah. Kami hanya ingin mencari udara segar sejenak. Setelah itu kami akan bergabung lagi dengan kemeriahan ini.” Lord Blackwood tampak tidak senang dengan hal itu, namun Lady Vivienne segera melunakan hatinya. “Sudahlah, Sebastian. Akupun kadang merasa seperti itu bila berada dikeramaian. Tentunya ini tidak akan lama kan, Alexander?” “Tentu, tidak. Baiklah ayah, saya mohon diri sejenak,” ujar Lord Alexander dan bergegas pergi membawa istrinya. Seorang tamu pria kemudian datang menghampiri Lord Blackwood. Pria itu tampak berumur sekitar empat puluh tahun, dengan rambut hitam yang tersusun rapi dan janggut yang terawat. Postur tubuhnya tegap dan berwibawa, menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang berpengaruh. Ia mengenakan setelan jas hitam yang elegan dengan dasi sutra yang cocok, menambah kesan keanggunan dalam penampilannya. Sorot matanya tajam dan penuh wibawa, mencerminkan kepribadian yang percaya diri dan berkelas. "Lord Blackwood, saya harus mengakui bahwa kegiatan amal yang telah anda lakukan sangat luar biasa. Begitu pula dengan pesta perayaan ini. Semua detailnya begitu sempurna, dari dekorasi hingga hiburan malam ini." “Oh, kau rupanya. Terima kasih, John. Aku senang kau menikmati acara ini. Semua ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dari para rekan yang hebat seperti kau.", ucap Lord Blackwood seraya berjabat tangan dengan pria tersebut. “Selamat malam, Sir,” ucap Lady Vivienne memberi salam kepada pria tersebut. Tidak dapat disembunyikan bahwa pria tersebut tengah terpesona dengan kecantikan sosok Lady Vivienne di hadapannya. “Selamat malam, My Lady. Suatu kehormatan untuk saya bertemu anda pada malam ini,” ucapnya sembari mengecup punggung tangan Lady Vivienne. “Tentunya anda tidak dapat memungkiri peranan Inspektur handal dari Scotland Yard ini kan John? Inspektur, dia adalah Lord John Hathaway. Dan John, tentunya kau sudah tahu dialah Inspektur Thornton, dan bersamanya ada sahabatnya Miss Amelia Hartley,” ujar Lord Blackwood memperkenalkan. “Senang bertemu dengan anda, Sir,” ujar Inspektur Thornton sembari berjabat tangan dengan Lord Hathaway, lalu diikuti dengan Hartley. “Tentu saya juga sangat senang bisa bertemu anda disini, inspektur”, jawab Lord Hathaway. “Saya sangat mengagumi sepak terjang anda, inspektur. Terutama pada kasus pencurian kalung berlian di East End. Analisa anda sangatlah hebat hingga bisa menduga pelaku dari detail kecil yang bahkan tidak disangka - sangka orang lain.” “Terimakasih, Sir. Anda, terlalu memuji. Namun, dialah orang yang membantu saya menemukan detail kecil itu”, ujar Inspektur Thornton sembari melayangkan pandangannya ke Hartley. “Begitukah? Oh, saya ingat nama anda –Amelia Hartley. Nama anda tertera pada rubrik investigasi kriminal di The Times Of London. Andakah penulis artikel pada rubrik itu?”, tanya Sir John dengan bersemangat. “Ya, Sir. Itu betul. Pekerjaan saya memang seorang jurnalis,” ucap Hartley dengan rendah hati. “Wah, ini sungguh hebat. Saya tidak menyangka acara ini dapat mempertemukan saya dengan anda. Saya selalu mengikuti berita - berita yang anda tuliskan. Termasuk kasus yang paling baru. Kasus yang terjadi di Lake District.” Hartley hanya tersenyum ramah menanggapi antusiasme dari Sir John Hathaway itu. “Sepertinya anda memiliki ketertarikan terhadap misteri, Sir. Saya juga sempat mengikuti pemberitaan tentang kasus berlian di East End itu,” ujar Lady Vivienne. “Betul My Lady. Saya sangat menyukai hal - hal berbau misteri. Bahkan, apakah anda tahu bahwa konon katanya kalung itu memiliki kutukan bagi siapa saja yang mengambilnya tanpa izin.” “Aku baru mendengar hal itu, Sir. Wawasan anda sungguh luar biasa.” “Tidak seperti itu, My Lady. Saya hanya senang mencari tahu hal - hal bernuansa misteri seperti itu,” jawab Sir John dengan tidak dapat dipungkiri bahwa dia sedikit bangga dengan pujian itu. “Apakah ada hal - hal lainnya? Saya sangat tertarik dan bersemangat bila anda dapat menceritakan hal - hal lainya yang bernuansa seperti itu. Saya bahkan mengoleksi beberapa n****+ misteri dan membacanya disela - sela waktu luang dan bila akan beranjak tidur.” “Tentu sangat banyak, Vivienne,” ujar Lord Blackwood memotong pembicaraan itu dengan ramah. John juga memiliki banyak koleksi n****+ misteri, sama sepertimu.” “Sungguh menarik. Kalau anda sendiri bagaimana, inspektur?” pertanyaan Lady Vivienne kini mengarah kepada Inspektur Thornton. “Tentunya ketertarikan kepada misteri yang membuat anda mengambil jalan untuk berprofesi seperti sekarang?” “Oh, saya hanya kagum terhadap ayah saya dan mengikuti jejaknya. Dan selanjutnya saya hanya berusaha menjalankan tugas saya dengan baik,” jawab inspektur dengan singkat karena tidak menyangka tiba - tiba pertanyaan berbelok ke arahnya. “Ah, kalian berdua –Lord Hathaway dan Inspektur Thornton benar - benar orang yang rendah hati,” puji Lady Vivienne. Inspektur Thornton tersenyum simpul dengan pujian itu, sementara Lord Hathaway terlihat semakin bangga namun tetap menjaga wibawanya. Lord Blackwood sendiri juga terlihat bangga melihat istrinya dapat menempatkan diri sebagai tuan rumah yang ramah bagi tamu undangannya. “Baiklah, inspektur. Saya dan istri saya masih harus menyapa beberapa kolega yang lain. Saya, mohon diri sejenak. Selamat menikmati acara ini, inspektur,” ujar Lord Blackwood seraya meninggalkan mereka. Lord Hathway -pun ikut meninggalkan Inspektur Thornton dan Hartley setelah menganggukan sedikit wajahnya dengan hormat. “Sangat pandai bersikap ya Lady Vivienne itu. Tidak kah kau merasa begitu, Miss Hartley?” “Ya, betul sekali. Tapi tidak hanya itu saja inspektur. Mungkin kau tidak menyadarinya karena kau seorang pria. Tapi dia betul - betul seorang Man Eater, inspektur,” ujar Hartley.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD