He is sick

1035 Words
                “Saya dapat kabar kalau Tuan Hartawan di bawa ke rumah sakit bu.” Ucap Anna tepat ketika Ratu baru saja menyelesaikan rapatnya. Ratu terdiam selama beberapa saat, ia mematung di tempatnya, pandangannya terasa begitu kosong, ia bahkan sampai bingung harus berbuat seperti apa.                 “Cancel semua jadwal saya hari ini.” Ucap Ratu. Ia bergerak cepat menuju rumah sakit, saat ini tidak ada yang lebih penting dari kesehatan papa nya sendiri. Satu-satu nya yang Ratu miliki adalah Hartawan, maka dari itu pria paruh baya itu harus tetap ada di sisi Ratu.                 Sore itu, keadaan rumah sakit tempat dimana Haratwan di rawat terbilang begitu sepi, Ratu sengaja meminta satu lantai khusus untuk papa nya itu, ia ingin Hartawan betul-betul mendapatkan pemulihan yang dapat membantunya untuk pulih lebih cepat. Di sana ada Melinda, beberapa orang pelayan, enam dokter pribadi mereka, Erika dan juga Gavin. Mereka semua tengah berdiri di depan ruang rawat Hartawan, tak satupun orang berjaga di dalam sana menemani Hartawan.                 Melihat kedatangan Ratu, Melinda seketika berdiri. Semenjak semua fasilitasnya di tarik habis oleh Ratu kini hidupnya seakan kekurangan sebab ia hanya bergantung pada Erika, anak kandungnya. Sementara Erika tidak bisa memenuhi sepenuhnya gaya hidup mamanya yang sudah terbiasa hidup berlebihan semenjak menikah dengan Hartawan. Ratu yang sadar bahwa mata Melinda mengikutinya kemana-mana, hanya bersikap acuh, ia masuk ke dalam ruang rawat papa nya, memastikan bahwa pria itu tidur dengan nyenyak. Cukup lama Ratu duduk di sana, duduk di samping papa nya menatap lekat-lekat wajah pria yang selama ini selalu membuatnya kacau, namun di satu sisi Ratu begitu menyayanginya, entah apa yang akan terjadi pada Ratu jika saja Hartawan meninggalkannya sendirian.                 “Nona Ratu, Nona Erika mau bicara katanya.” Ratu menatap pelayan yang memanggilnya barusan, cukup lama, dan bisa di pastikan bahwa pelayan itu tentu saja ketar-ketir akibat ulah Ratu barusan.                 “Kamu pelayan baru?” Tanya Ratu. Wanita muda itu mengangguk dan Ratu terkekeh “Kali ini saya maklumi. Next time, kalau menyebut nama saya dan Erika, jangan sama-sama di panggil Nona. Saya sama Erika beda kelas, mulai sekarang panggil Erika dan Ibu nya dengan sebutan mbak .  tidak ada panggilan Nona untuk Erika, dan tidak ada panggilan Nyonya untuk ibu nya. Mengerti? Kamu bisa melanggar, tapi pastikan setelahnya kamu kemasi barang-barang kamu.” Ucap Ratu.                 “Baik Nona.”                 “Good job.” Ratu berdiri, kemudian berjalan keluar dari ruang rawat papa nya. Di depan pintu Erika sudah menunggu Ratu sejak tadi, entah apa yang akan ia katakan kepada Ratu sehingga ia sampai berani menunggu wanita itu disana.                 “Kamu punya lima belas menit.” Ucap Ratu. Suasana yang tadinya sudah canggung, kini semakin canggung, semua orang memilih untuk diam menyaksikan Erika yang kini tengah berhadapan dengan Ratu.                 “Kondisi papa gak baik, aku sudah bicara dengan dokter dan kondisi papa sebenarnya udah gak bisa di tangani di sini, sebaiknya papa harus segera di bawa berobat ke Singapore. Tapi itu tergantung lagi sama pilihan kamu kak, kamu tahu sendiri bagaimana kondisi keuangan papa akibat ulah mama… maaf. Kamu juga tahu sendiri aku sama Gavin gak sehebat kamu dan Raja, jadi satu-satu nya orang yang bisa kami harap ya kamu kak. Atau bisa pakai dana pribadi papa, tapi aset yang di bali harus mangkrak…” Ucap Erika. Sebenarnya Ratu sudah tahu seberapa parah kondisi papa nya saat ini, namun ia egois, ia berharap bahwa papa nya akan baik-baik saja, secepatnya. Ratu tersenyum sinis “Terus kamu, mama kamu, sama suami kamu bakal terima enaknya saja? Giliran papa sakit kamu serahin papa ke saya? Tapi tidak apa-apa, lagian kamu siapa nya? Belum tentu juga kamu anak kandungnya. Serahkan ke saya, kamu, mama kamu, bahkan suami kamu tidak usah ikut campur.” Balas Ratu, sengit.                 “Anna, hubungi Bennedict sekarang. Beritahu dia untuk segera menjual Roll Royce Ghost yang sekarang sudah tidak di pakai lagi. lagi pula serie nya sudah lama, saya mau ganti ke serie yang paling baru.” Anna bingung harus berbuat apa, Anna tahu jelas bahwa mobil yang Ratu suruh jual adalah kendaraan yang selalu di pakai kemana-mana oleh Melinda, bahkan hingga saat ini, kendaraan itu bernilai milyaran rupiah, Ratu bahkan hanya bersikap acuh tak peduli dengan bagaiamana Melinda saat ini.                 “RATU! MAU KAMU APAKAN MOBIL SAYA?! SAYA BERHAK ATAS MOBIL ITU! SAYA PEMILIKNYA! KAMU TIDAK BERHAK MENJUAL BARANG-BARANG MILIK SAYA TANPA SEIZIN SAYA!” Melinda sudah tak tahan lagi dengan sikap Ratu yang seenaknya, emosinya sudah ada di ubun-ubun, melihat Ratu saja ia sudah sangat kesal, Ratu yang mendengar teriakan Melinda hanya tersenyum sinis, Ratu sudah lama menunggu momen itu, Ratu sudah selalu ingin bertindak jauh terhadap Melinda namun Hartawan selalu melarangnya, dan sekarang adalah waktu yang pas, lagi pula Ratu juga sudah lama tidak melukai siapa-siapa.                 “Apa? What you wanna do? You want to lay your dirty hands on my face? Slap me and I’ll kill you.” Desis Ratu, lalu menatap tajam kedua bola mata ibu tirinya itu. semua orang di ruangan itu nampak panik sekaligus tidak bisa melakukan apa-apa, tidak ada yang bisa mereka lakukan jika Ratu yang sudah turun tangan sendiri.                 “Kamu tidak bisa menjual barang-barang saya! Mobil itu milik saya!” Jelas Melinda panik mobil seharga 13 Milyar itu akan di jual oleh Ratu tanpa seizinnya, padahal Melinda lah yang memohon-mohon pada Hartawan kala itu untuk membelinya agar Melinda punya kendaraan untuk sehari-hari.                 “Mungkin kamu lupa, tapi mobil itu atas nama saya.” Balas Ratu. Untungnya hampir semua aset yang dimiliki oleh Hartawan hanya bertasnamakan Ratu, walau Erika juga anaknya, namun Ratu lah satu-satunya orang yang ada di daftar ahli warisnya yang sah secara hukum, sayangnya Erika lahir dari rahim seorang istri siri yang bahkan tak jelas asal usulnya.                 “Tapi papa kamu beli mobil itu untuk saya! Itu punya saya!” Melinda berteriak frustasi, ia sudah tidak tahu bagaimana caranya untuk menahan Ratu agar mobil itu tidak di jual. Melinda sudah dapat membayangkan bagaimana dirinya akan di cemooh oleh teman-temannya karena Ratu nekat menjual mobil itu, atau bahkan paling parah nya mungkin Melinda tidak akan mendapat kursi lagi di perkumpulan istri-istri konglomerat yang selama ini ia anggap sebagai teman.                 “I don’t care.” Ratu menabrak bahu Melinda ketika berjalan meninggalkan tempat itu, arogansinya tidak berubah, dan semua orang takut kepadanya.                                                                                                                                 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD