For him

1229 Words
Raja tidak bisa membohongi dirinya kalau ia sangat senang melihat Ratu datang secara tiba-tiba, Raja tidak berharap bahwa Ratu akan membawa sesuatu untuknya, melihat Ratu datang saja sudah membuat Raja senang bukan main. Sejak tadi Ratu sibuk sendiri mengoceh di pantry sembari memindahkan bubur buatannya ke dalam sebuah panci agar bisa kembali hangat, tidak lupa ayam bakar kecap kesukaan Raja dan juga salad buah yang sempat ia buat tadi. “Kamu masak?” Tanya Raja, sekali lagi saat ini ia nampak seperti remaja yang sedang berbunga-bunga. “Gabut aja sih.” Jawab Ratu, gengsi. “Tapi ini kamu masak kan?” Tanya Raja memastikan. “Ya masak, masa beli. Udah deh kamu diem aja, duduk deh di sana jangan ganggu di sini.” Ucap Ratu sembari mendorong-dorong tubuh Raja agar Raja bergeser dari tempatnya. sementara Kaisar masih nampak kebingungan, sejak kapan Raja dan Ratu seakrab itu. “Ada angin apa kamu tiba-tiba datang kesini?” Tanya Raja penasaran. Bagaimana tidak, Ratu bahkan tidak bereaksi apa-apa begitu tahu Raja sakit, dan sekarang ia tengah berdiri di dapur apartement pria itu, menghangatkan makanan selayaknya seorang istri. “Aku kirain kamu sendirian di sini, nanti tiba-tiba kamu mati kan yang untung aku, asuransi jiwa kamu banyak banget soalnya.” Raja tertawa, ia tahu Ratu bercanda soal itu, Raja bahkan hampir lupa dengan kehadiran Raina kalau saja Raina juga tidak melangkah masuk ke dalam dapur. Jujur, suasananya canggung, tapi Raja berpikir bahwa Raina sudah tahu semuanya sejak lama, pasti Kaisar sudah pernah memberitahunya. “Kamu beli apa? mana coba sini aku lihat.” Ucap Ratu, Raina mengeluarkan belanjaannya lalu di detik selanjutnya Ratu menunjukan ekspresi yang tidak bisa di gambarkan. “Duhh buang-buang duit aja, Raja gak suka sambel, geprek-geprekan kayak gitu dia gak suka gak bakal di makan juga lagian. Kamu gak tahu kalau dia se cupu itu? nih lagi, dia gak makan nasi liwet, jeroan juga, dia alergi, kangkung? Dia Cuma suka kangkung yang di masak sama mbak di rumah, di luar rumah kayak gini dia mana mau makan kangkung. Mana belinya banyak banget lagi, masukin aja di kantong atau buang kalau gak habis, baunya aja bisa bikin tuh orang muntah.” Raja dan Kaisar membelak kaget mendengar celotehan Ratu barusan, selama ini Ratu tahu detail-detail kecil tentang Raja? Tapi kenapa baru menunjukannya sekarang? Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka berdua? “Nih makan.” Ratu menyodorkan semangkuk bubur ayam, lengkap dengan ayam bakar kecap yang telah di potong kecil-kecil oleh Ratu, walau terkesan tidak niat, Raja dengan semangat mengambil nampan itu dari tangan Ratu. “Thanks Queen.” Balas Raja. Ratu susah payah menahan senyum di bibirnya, kemudian tatapannya beralih kepada Raina, gadis itu nampak murung sejak kedatangannya tadi. “Oh astaga aku lupa! Kai, kamu bisa ke mobil gak? Di mobil ada Fero, keponakannya Sarah, aku lupa ngebangunin dia.” Kaisar lagi-lagi di buat kaget oleh Ratu, bagaimana mungkin wanita itu bisa lupa sedang membawa anak kecil brsamanya da meninggalkan anak kecil itu di dalam mobil sendirian, benar-benar wanita psikopat. “Gila.” Desis Kaisar, ia kemudian mengambil kunci mobil di tangan Ratu, sementara wanita itu langsung duduk di depan Raja. Sialnya, hanya karena hal kecil seperti itu Raja tidak bisa mengontrol debaran jantungnya sendiri. “Eh siapa namanya? Kamu gak laper? Yaudah kalau nggak, tapi kalau mau makan, piringnya di cuci sendiri ya, aku gak suka nyuciin piring orang lain, disgusting ewh.” Ucapnya dengan nada sombong. Mungkin jika orang lain yang melihat Ratu, mereka akan berpikir bahwa Ratu adalah mahluk sombong yang menyebalkan, namun entah kenapa, di mata Raja saat ini, Ratu terlihat begitu lucu, celotehannya mampu membuat Raja yang sejak tadi lemas, kini merasa bersemangat. “Mbak… beneran istrinya Mas Raja?” Tanya Raina hati-hati, begitu ia dan Ratu bertemu di depan kulkas. “Why you call my husband with mas ? both of you it’s not close enough for that, lagian suamiku Bugis, bukan jawa.” Balas Ratu. “Tapi bukannya kalian saudara kembar? Nama kalian…” “Bukannya di cerita manapun Raja dan Ratu selalu menjadi suami istri? mana pernah Raja dan Ratu menjadi saudara kandung? Kamu nih, nonton kartun gak sih dulu pas masih kecil?” Tanya Ratu dengan sewot. Ia mengakui bahwa ia dan Raja memang selama ini tidak pernah atau bahkan mendeklarasikan kepada orang-orang bahwa mereka adalah sepasang suami istri, namun gadis di depannya ini terlihat begitu menyebalkan di matanya, ia terlalu mencampuri privasi orang lain. Tidak lama kemudian Kaisar muncul bersama dengan Fero yang sudah di penuhi oleh keringat, matanya bahkan bengkak karena baru bangun tidur dan langsung menangis, Kaisar hanya menggeleng pelan begitu melihat ekspresi datar dari Ratu. “Kok kamu ninggalin aku sih Ratu?” Tanya Fero, suaranya sesunggukan akibat menangis, bajunya basah oleh keringat karena terlalu lama di dalam mobil tanpa adanya pendingin. “Ya siapa suruh kamu tidur.” Balas Ratu. “Kan kamu bisa bangunin aku.” Jawabnya. “Emang kamu siapa? Siapa suruh juga kamu ngikut sama aku.” Ratu memang tidak main-main bahkan bicaranya saja masih pedas bahkan ke anak kecil sekalipun, ia benci anak kecil, tidak, kalau bayi ia tidak benci, namun ia benci anak-anak Balita yang banyak bicara kosong yang mampu membuatnya sakit kepala dalam hitungan menit, Fero misalnya. Kedatangan keponakan tiri Sarah itu membuat Sarah merasa frustasi, Ratu tentu saja tidak membiarkan Sarah stress hingga bisa membunuh Fero, jadi mau tidak mau ia membiarkan Fero ikut bersamanya selama beberapa waktu ke depan. “Maaf ya Ratu.” Ucap pria kecil itu dengan sungguh-sungguh, Ratu kenal dengan ibu Fero. Wanita yang merebut kekasih enam tahun Sarah dulu, si pencetus patah hati Sarah hingga berakhir seperti sekarang, ibu Fero dan Sarah adalah saudara tiri, usia mereka hanya terpaut tiga tahun, ibu Fero tentu jauh lebih tua, awalnya baik-baik saja tapi entah kenapa dan bagaimana caranya Gilang si mantan pacar Sarah sekaligus ayah Fero tiba-tiba bisa menghamili Bianca, dan membuat hubungan mereka berantakan hingga sampai sekarang. “Kamu gak bisa jahat begitu ke anak kecil.” Tegur Raja. “Apaan sih kamu makan aja gak usah protes.” Balas Ratu. “Ratu aku juga mau makan.” “Yaudah ambil sendiri sana.” “Aku gak sampai.” “Ya terus? That’s not my problem Feroo, errgghh. Ngeselin!” Desis Ratu, ia berdiri, bukannya mengambilkan Fero makanan ia malah berjalan ke sisi Raja, duduk di sebelah pria itu sembari bermain game kesukaannya, tentu, the sims. “Biar aku yang ambilin, sini Fero.” Ucap Raina, dengan senang hati Fero mengikut ke belakang Raina, lalu ia duduk di hadapan Raja. “Ratu terimakasih makanannya, ini enak banget.” Ucap Fero begitu ia mencicip sedikit masakan yang di buat oleh Ratu. “Peres banget sih, gak seenak itu juga kali, kamu muji-muji makanan aku karena takut kamu aku turunin di pinggir jalan kan?!” Hardik Ratu. “Emang enak kok, ya kan Fero?” ucap Raja. “Masa?” “Buat apa aku bohong?” “Ya wajar sih orang aku berbakat gini, I’m beauty, smart, independent, ya wajar – wajar aja kalau aku masak terus enak, gak usah heran.” Ucap Ratu penuh dengan percaya diri. ***** part setelah ini akan berisi part pengulangan bab dikarenakan ada pengeditan naskah di setiap bab nya, untuk mendapatkan plot yang lebih bagus terimakasih karena mau menunggu dan cerita ini akan di update sesuai isinya pada tanggal 2 november pukul 10 pagi, terimakasih atas pengertiannya readersku sayang
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD