Last Anniversarry gift

1068 Words
                “Kita benar-benar kacau?” Tanya Ratu kepada Anna begitu membaca lembaran-lembaran laporan bisnis nya. Padahal beberapa bulan yang lalu bisnis nya berkembang begitu pesat, namun akibat kebodohannya sendiri ia malah mengacaykan bisnisnya tersebut. Susah payah ia membangun bisnis itu namun dirinya juga lah yang mengacaukan semuanya.                 “Nyaris bu.” Jawab Anna pelan-pelan. Di banding kehilangan pekerjaan, Anna lebih takut kehilangan sosok boss seperti Ratu. Di balik tingkah menyebalkan dari wanita itu ada beberapa hal yang Anna sukai, seperti misal Ratu memanusiakan manusia jika dalam hal pekerjaan, Ratu tidak mempersulit Anna setiap kali Anna meminta cuti, atau yang paling Anna suka adalah Ratu tidak pernah perhitungan mengenai bonus-bonus berlebih yang sepertinya memang tidak perlu Anna dapatkan.                 “Menurut kamu gimana?” Tanya Ratu. Kemarin ia berambisi sekali membangun kembali bisnisnya setelah putus dengan Rio, namun entah kenapa kali ini pikirannya seakan di bolak-balikan sesuka hati, entah kenapa ia merasa begitu pasrah, tidak berharap apa-apa, apa lagi mengharapkan bantuan orang lain.                 “Kita cari investor atau kalau ibu berani ibu bisa mengajukan pinjaman di bank.” Andai saja Hartawan tidak menjual habis seluruh harta warisan milik Ratu mungkin bisa saja saat ini Ratu memakai uang bank untuk memperbaiki manajemen bisnis nya, memulai semuanya dari nol untuk mendapatkan hasil yang ia inginkan. Namun sayang seribu sayang, papa nya lebih memihak kepada Erika tanpa sadar bahwa Ratu juga sebenarnya tengah kesusahan. Selama ini Hartawan selalu melihat Ratu sebagai sosok yang kuat yang tidak memerlukan orang lain, sebagai seorang ayah mungkin itu salah, padahal Ratu hanya tidak ingin memberitahu dunia kapan ia merasa sedih, dan kapan ia merasa terpuruk.                 “Gak ada An.” Jawabnya. Ratu menatap kosong gedung-gedung pencakar langit dari jendela kantornya, ia sama sekali tidak menyangka bahwa ia berada di titik seperti ini. Ratu yang lahir dari keluarga kaya raya, dengan privilage yang bagus, tidak pernah merasa kekurangan sama sekali kini harus menatap nanar nasib di depan matanya, bagaimana mungkin ia bisa berada di titik seperti itu?                 “Ada bu.”                 “Orang bodoh mana yang mau berinvestasi sama kita setelah melihat kekacauan yang ada? Gak ada yang mau. Mereka sama aja buang-buang duit. Tapi rencana nya aku mau rename aja nih usaha, sekalian nambah usaha baru, tapi gak tau kapan, tabungan saya juga terkuras untuk menutupi kerugian kemarin.” Balasnya. Selama bekerja dengan Ratu Anna bahkan sama sekali tidak pernah melihat Ratu dengan tatapan kosong menyedihkan seperti ini, andai saja mereka dekat selayaknya teman mungkin Anna akan memeluk Ratu, untuk menenangkan wanita itu, setidaknya Ratu sudah pernah melakukan yang terbaik untuk bisnisnya sendiri.                 “Mungkin Bapak Raja bisa membantu kal-”                 “Nggak, mending bangkrut sekalian daripada harus minta sama Raja, kamu tahu sendiri kan, kalau aku tuh paling anti sama minta tolong ke orang lain, apa lagi sama Raja, enggak deh enggak, lagian aku lebih hebat daripada Raja, bisa aja sih aku nyari investor, tapi tidak dengan Raja.” Ratu yang tadinya lebih banyak melamun kini langsung berkoar-koar begitu mendengar Anna memintanya untuk meminta bantuan kepada Raja. Cih seumur hidup juga Ratu tidak akan melontarkan kata itu kepada Raja, begitu gengsinya ia terhadap pria itu. *****                                  “you spent sixteen trillion just to take over that villa? Bangunan itu bahkan masih perlu di biayai dan entah akan berapa banyak uang yang bakal lo habisin buat Villa setengah jadi itu. gila” Kaisar hampir menggila begitu mengetahui kakaknya membayar enam belas triliyun rupiah hanya untuk villa setengah jadi yang bahkan masih harus di renovasi untuk kembali bisa di sewakan.                    “Gua gak bisa aja lihat Villa milik ibunya Ratu harus jatuh ke tangan orang lain. Raja tahu betul bahwa Ratu begitu menginginkan hak penuh atas vila-villa peninggalan ibunya itu, mereka membuat banyak kenangan di sana hingga akhirnya ibu dari wanita itu benar-benar pergi untuk selamanya.                    “Lo masih mikirin dia? Setelah apa yang dia lakuin sama lo selama ini? bang? Lo gak lagi sakit kan?” Ucap Kaisar, lagi.                    “Gua mau jadiin sebagai kado Anniversarry yang ke delapan.” Ucap Raja sekan tanpa rasa bersalah.                    “Enam belas Triliyun buat Anniversarry? Bang dia aja pasti gak ingat tanggal pernikahan lo berdua” Ucapan Kaisar barusan sukses membuat Raja terdiam selama beberapa saat, ucapan Kaisar ada benarnya, namun sebagai suami yang baik dan hadiah anniversarry terakhir mereka, setidaknya Raja memberikan kado yang bagus, di hari di mana anniversarry ke delapan mereka tiba, Raja akan mengajukan surat perceraian mereka.                    “I just wanna make the last gift, special buat dia. Uang bisa di cari Kai, kenangan nya nggak bisa di cari.” Kaisar juga diam, mendengar ucapan tulus dari kakaknya itu, semua orang memang benar, bahwa Raja memiliki porsi sabar yang luarbiasa, bahkan setelah di sakiti berkali-kali oleh Ratu pun ia tetap berusaha memberi yang terbaik untuk wanita itu, beruntungnya Ratu ia memiliki Raja selama tujuh tahun, namun sayangnya di tahun ke tujuh menuju ke delapan pernikahan mereka, Raja menyerah, Raja tidak lagi mampu untuk memperjuangan kisah rumah tangga mereka, seperti gelas yang di isi air, Raja bagaikan air yang sudah di puncak bibir gelas, sudah penuh dan tidak bisa lagi terus mengisi. Keisengannya untuk kenal dengan Raina juga berujung tanda tanya bagi Raja, gadis itu jelas menunjukan perasaannya, namun Raja sama sekali belum bisa untuk membalas, yang Raja bisa lakukan adalah memberi apa yang Raina butuhkan, mencukupi materinya, Raja hanya butuh Raina ketika ia merasa lelah dan entah kenapa ketika bersama Raina di waktu-waktu lelahnya seperti itu mampu membuat Raja merasa tenang seketika, seperti obat bagi  Raja, entahlah apa itu adalah rasa nyaman yang berusaha mati matian Raja tolak atau memang hanya sekedar perasaan biasa yang mungkin dengan orang lain juga Raja bisa mendapatkannya.                    “Raina gimana?” Tanya Kaisar.                    “Lo mau nikah beneran sama Raina?” Sebagai adik yang berperan besar dalam hubungan Raja dan Raina, tentu saja Kaisar penasaran dengan langkah apa yang akan kakaknya akan lakukan begitu menyelesaikan perceraiannya dengan Ratu, dulu Raja pernah bilang bahwa ia akan menjadikan Raina sebagai kakak ipar dari Kaisar, namun melihat tingkah Raja belakangan ini, membuat Kaisar jadi Ragu, bahwa Raja belum sepenuhnya bisa lepas dari Ratu. Raja menggeleng pelan “Gak tahu, hubungan kami berdua belum sejauh itu untuk bicarain tentang pernikahan.” Balasnya datar, memang benar adanya, Raja memang mendapatkan rasa nyaman yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya pada diri Raina, namun Raja belum merasakan perasaan yang pernah ia rasakan kepada Ratu, setidkanya Raja mau merasakan perasaan itu kepada Raina, sebelum ia menikahi gadis itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD