Kredit

1059 Words
            “Ada jadwal apa lagi hari ini?” Setelah menyelesaikan meeting pertamanya hari ini, akhirnya Raja berhasil menjatuhkan bokongnya di kursi kerjanya yang empuk, masih terlalu pagi untuk sekedar mengeluh kelelahan.             “Hari ini jadwalnya tidak terlalu padat pak, cuma karena jadwalnya di majukan tadi jadi setelah makan siang nanti bapak harus jadi bintang tamu di acara seminar nanti, acaranya di Kampus JIU.” Raja mengangguk, ya di banding harus ikut meeting dengan suasana yang selalu tegang, Raja lebih menyukai datang ke acara seminar sebagai pemateri, selain karena lebih santai ia juga suka sebab dari acara-acara seperti itu ia bisa merekrut anggota baru yang berkompeten bagi perusahaannya. Setiap kali Raja ada seminar, ia selalu memanggil Kaisar untuk menemaninya, selain karena Kaisar lebih paham perihal trending dan juga perkembangan anak zaman sekarang, Kaisar merupakan orang yang lumayan asyik jika di ajak ke suatu tempat, ia tidak membosankan, dan juga tidak mengganggu Raja yang tergolong tenang. “Kok lu langsung mau-mau aja?” Tanya Kaisar. Raja memang suka menghadiri seminar-seminar di kampus seperti yang ia lakukan hari ini, namun Raja juga tipikal pemilh yang terkadang bisa membuat panitia pelaksana seminar ingin membatalkan undangannya kepada Raja. “Udah di acc juga.” Balas Raja. Matanya menatap ke sekeliling ruangan itu, peserta seminar sudah datang memenuhi ruangan satu per satu, jumlahnya cukup banyak bahkan beberapa di antaranya menggunakan kursi tambahan yang telah di sediakan oleh panitia. “Bang.” Panggil Kaisar. Matanya terpaku pada seorang gadis berambut panjang dengan kulit putih pucat yang membuatnya nampak sangat menonjol di antara teman-temannya yang lain. “Gua udah lihat.” Balas Raja dengan senyum mengembang di wajah nya. “You know what you have to do right?” Sambungnya. Kaisar mengangguk. *****             “Raina!” Raina menengok saat merasa seseorang telah memanggil namanya, Raina memicingkan matanya menatap seseorang yang tengah berlari ke arah nya.             “Ya?” Balas Raina.             “Ran! Anjir lo di panggil kok budek banget.” Ucap Kaisar dengan keringat bercucuran di pelipis nya. Raina memicingkan matanya kesal “Lo kenapa? Lari-larian kayak orang kesetanan? Lo perlu apa?”             “Ran soal tawaran lo buat lomba kemarin…”             “Gapapa Kai kalau lo gak mau, gua juga udah hopeless buat ikut kok, ngeliat saingannya aja udah bikin gua insecure duluan, udah deh mending gak usah, lagian lo juga sibuk, gak usah di paksain, masih banyak kok lomba yang lain.” Jelas Raina. ia melanjutkan langkahnya, di susul oleh Kaisar yang mengekor di belakangnya.             “Gua mau kok, lumayan hadiahnya!” Salah satu alasan mengapa Raina sangat suka untuk ikut lomba adalah karena jumlah hadiah yang di tawarkan bisa membuatnya bekerja lebih santai dari biasanya.             “Lo kan udah kaya kai, kenapa masih pengen duit? Oh ok, rich people never enough, sorry.”             “Eh! Nggak gitu maksud gua, lo bisa dapat duitnya dan gua bisa dapat sertifikatnya, gua butuh sertifikatnya.” Balas Kaisar. Sedetik kemudian raut wajah Raina seketika berubah drastis, wajah nya nampak sangat berseri-seri mendengar jawaban Kaisar barusan.             “Lo serius? Lo gak main-main kan?” Kaisar mengangguk “Minggu ini belajar bareng di rumah gua, jam empat sore, don’t be late.” Kaisar berlari menjauh dari Raina, bahkan dari jauh pun Kaisar dapat melihat seberapa senang ekspresi gadis itu. sebenarnya kalau bukan karena Raja mungkin Kaisar tidak akan mau berpartisipasi di lomba yang bahkan hanya menghadiai juara satu nya sebesar sepuluh juta rupiah itu, namun karena Raja lah sehingga ia mau mengorbankan waktu dan juga pikirannya sendiri.             “Gimana?” Tanya Raja. Sejak tadi pria itu belum pulang, ia menunggu Kaisar di dalam mobil berharap usaha adik nya itu bisa membuahkan hasil.             “Hari minggu, lo harus di rumah jam empat sore.” Balas Kaisar, malas. Raja tersenyum senang, ia kemudian merogoh dompetnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam lalu ia lemparkan kepada Kaisar “Pakai sesuka hati lo aja.”             Tidak ada alasan bagi Raina untuk melepas senyum nya hari ini, siapa yang tidak senang ketika manusia terpintar di angkatannya menerima tawarannya untuk berada di dalam satu tim yang sama untuk acara lomba nanti? Hadiahnya yang besar membuat Raina begitu terobsesi dengan lomba itu, ia juga yakin bahwa ia dan Kaisar pasti bisa menduduki juara 1 pada lomba itu, toh Kaisar sangat cerdas dalam hal perhitungan.             Di lain sisi, kini Ratu tengah duduk di ruang kerjanya sembari menyesap segelas teh hangat kesukaannya, sejak tadi ia begitu merasa pusing memikirkan limit kartu kreditnya yang luar biasa banyaknya, di hadapannya kini ada setumpuk kertas laporan pengeluaran kartu kreditnya, ia melihat apa saja yang telah di beli oleh Rio sehingga pengeluaran mereka membludak begitu saja.             “Sial, dia beli perhiasan untuk apa? untuk siapa?” Ucap Ratu dengan nada penuh kekesalan. Sementara itu, Asistennya, Anna masih berdiri tak jauh dari sana menunggu Ratu menyelesaikan urusannya. Entah bagaimana namun Anna yakin bahwa setelah ini pasti Ratu akan memintanya melakukan sesuatu, bahkan dari raut wajah wanita itu saja Anna bisa tahu apa yang akan Ratu lakukan.             “Cari tahu.” Ucap Ratu. Ia menutup map yang berisi tumpukan kertas itu kemudian melemparnya hingga jatuh ke lantai.                        “Cari tahu apa bu?” Tanya Anna, segan.             “Kamu ini tuli atau apa? saya sudah bilang, cari tahu! Cari tahu Rio apakan semua perhiasan yang dia beli pakai kartu kredit saya? Kalau ada yang mencurigakan segera lapor ke saya.” Ucap Ratu dengan penuh arogansinya.             “Kita sewa detektif lagi bu? Pengeluaran bulan ini bahkan sudah hampir mencapai limit karena menutupi pengeluaran bulan lalu, sekarang bahkan masih tanggal 5. Apa tidak apa-apa?” Ratu menarik napas “Nanti kita bicarakan lagi.”             Ratu memang terlahir dari keluarga yang kaya raya, power orang tua nya bahkan ia bisa gunakan untuk semua hal yang ia inginkan, namun sejak kecil Ratu sudah berdiri dengan kakinya sendiri, sampai sekarang ia bahkan tidak mau menggunakan nama orang tuanya untuk kepentingan pribadi maupun bisnis nya sendiri. Akibat perbuatan Rio, catatan laporan keuangan Ratu harus berantakan sebab pengeluaran Rio terlalu berlebihan, kreditnya saja mencapai delapan ratus juta, belum uang tunai yang di berikan oleh Ratu dan sejumlah jam tangan bernilai ratusan juta yang bulan lalu belikan untuk Rio. Heran rasanya jika melihat jumlah tagihan itu, sementara dirinya juga sudah memberikan semua yang Rio mau. Ratu mendesis pelan, ia memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa begitu pusing, kalau Rio terus begini, Ratu akan kewalahan mengikuti gaya hidupnya, apa lagi Rio sama sekali tidak mau bekerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD