Mundur

1079 Words
“Kita perlu bicara.” Nada bicara Kaisar terdengar begitu dingin di telinga Raina. entah kapan pria itu datang dan mengapa ia bisa masuk ke dalam apartement Raina. “Lo kapan datang? Kok bisa masuk?” Tanya Raina. “Ayo bicara sama gua.” Ucapnya, lebih dingin. Kaisar berjalan mendahului Raina, lalu duduk di kursi meja makan, agar bisa duduk berhadapan dengan gadis itu. tidak lama setelahnya, Raina turut bergabung dengannya. “Berhenti berkoar-koar tentang Ratu di sosial media, di televisi, atau di depan wartawan. Berhenti. Lo gak tahu apa-apa Rain.” Walaupun Kaisar membenci Ratu sejak dahulu, namun melihat kakak iparnya mendapat hujatan dimana-mana juga membuat hati nurani Kaisar tergerak sendiri. Apa lagi Kaisar juga sempat menyaksikan bagaimana dalamnya luka yang Ratu rasakan di makam mendiang ibunya, kemarin, tidak adil bagi Ratu kalau ia yang harus menanggung semua buah bibir dari Raina padahal apa yang Raina katakan pada media sama sekali tidak ada benarnya. Sejak beberapa bulan terakhir, Kaisar yakin Ratu sudah mendapat kesulitan akibat kebangkrutan keluarganya, di tambah kasus pencucian uang papanya, pasti Ratu sudah di buat stress akan hal itu, tidak adil jika Raina menambah masalah Ratu dengan omong kosongnya. “Gua gak-” “Apapun alasan lo itu, berhenti dari sekarang sebelum Ratu sendiri yang maksa lo berhenti Rain.” “dia pantas buat dapatin itu semua Kai, bukannya lo sendiri yang bilang kalau dia udah jahat sama abang lo? Dia udah bertahun-tahun jahat banget sama abang lo, dia udah buat abang lo menderita. Dia pantas, di hujat segini doang gak bakal ngaruh sama dia, bukannya lo sendiri yang bilang kalau mental dia itu mental baja, gak mungkin dia langsung down Cuma karena beginian. Gua ngelakuin ini semua buat abang lo, gua udah muak liat dia tersiksa, gua gak suka lihat dia sedih, semua yang gua lakuin ini buat mas Raja. See? Lo bisa lihat kan seberapa sayang nya gua sama mas Raja? Seberapa tulusnya gua sama mas Raja? Gak bisa di bandingin sama dia, dia bisanya Cuma nyakitin mas Raja.” “Emang lo siapanya abang gua?” Tanya Kaisar, ia menatap Raina dalam-dalam. Sementara itu, Raina terdiam, pertanyaan Kaisar barusan juga menimbulkan tanda tanya di kepalanya. “Gua tanya Rain, emang lo siapanya abang gua? Bukannya kalian berdua Cuma sebatas friend with benefit? Abang gua dapat kebutuhan biologisnya, dan lo dapat semua fasilitas mewah ini. emang abang gua pernah gitu minta lo buat jadi pacarnya? Engga kan? Emang abang gua pernah janjiin sesuatu sama lo? Engga kan? Rain, berhenti buat main-main sama Ratu, lo bakal nyesel seumur hidup kalau sampai dia yang turun tangan langsung.” Ucapan Kaisar barusan sukses membuat perasaan Raina seketika terasa begitu kacau. Kaisar tidak salah, memang benar Raja tidak pernah memintanya untuk jadi siapa-siapa untuk dirinya. “Dengan lo kayak gini, lo pikir Raja masih respect sama lo? Raja emang udah jengah sama Ratu, Raja emang udah muak sama dia, tapi biar gimanapun juga lo harus ingat, Raja pernah ada rasa sama Ratu bertahun-tahun lamanya, mustahil kalau hilang gitu aja rasanya. Rain, lo gak mikir, dengan kelakuan jahat lo yang kayak sekarang, Raja bakal benci sama lo? Dia gak suka sama orang yang berlebihan. Dan sekarang ini lo terlalu berlebihan. Jangan bilang lo bangga karena dapat simpati dari netizen, iya mungkin lo bisa dapat simpati dari netizen, mereka gak peduli lo ini selingkuhan atau bukan, tapi percuma, mereka itu baik sama lo Cuma karena mereka mau tahu kehidupan kami lewat lo, tapi lo sadar gak sih Rain, kalau lo itu belum jadi bagian dari kami? Bahkan mustahil kalau lo bisa, ngeliat lo kayak sekarang, lo pikir nyokap bokap gua mau nerima lo sebagai calon menantunya? Enggak. Lo udah terlalu terkenal di publik, lo drama, sorry Rain, gua udah gak bisa ada di pihak lo lagi.” Sambung Kaisar dengan penuh penekanan, dan tak terasa air mata gadis itu sudah membasahi pipinya, ucapan Kaisar terlalu menyakitinya. “Apapun yang lo bilang, gua gak akan ngelepasin abang lo. Apapun yang terjadi Kai.” ***** Kehadiran Ratu di kantor Raja, cukup menggemparkan seisi kantor. Siapa yang akan menyangka bahwa istri dari petinggi perusahaan mereka itu tiba-tiba muncul, padahal Ratu sama sekali belum pernah datang ke sana. Tentu saja, Selama ini Ratu terlalu menghindari orang-orang agar mereka tidak tahu bahwa ia adalah istri dari Raja, namun akibat berita kemarin, Ratu jadi memikirkan beberapa ide menarik yang mungkin bisa saja memperbaiki citra nya di mata para Karyawan suaminya itu. “Bapak tahu saya kan? Masa gak tahu sih, bapak pernah ke rumah saya loh. Sayaa istrinya Raja Sabian Mahendra, saya Ratu Elisha Hartawan.” Ucap Ratu sembari tersenyum penuh kepada satpam yang tengah berjaga di lobby kantor. Kebetulan mereka pernah bertemu sewaktu pria itu ikut bersama Raja entah kemana dan mereka sempat singgah di rumah Ratu sebentar. “Aah, maaf bu, iya iya saya ingat, masa saya gak inget istri boss saya sendiri. Mau ketemu bapak bu? Mari saya antar?” ucapnya dengan penuh sopan santun. Ratu tersenyum dan menolak “Enggak enggak pak, saya gak mau ketemu sama suami saya kok, ini saya datang, bawa makan siang buat temen-temen karyawan di sini, ada pizza, semoga kalian suka yaa. saya buru-buru ini pak, salam ya sama yang lain. Yang lain semangat kerjanya!” Si cantik, Ratu datang ke kantor Raja bagaikan malaikat yang sangat berbeda dengan kebiasannya, orang-orang bahkan menatap kagum Ratu baik dari kecantikannya maupun sikap dan sifat yang ia tunjukan baru-baru ini. semua yang di katakan Raina di televisi tentu berbanding terbalik dengan apa yang mereka lihat saat ini, mereka seakan melihat dua orang yang berbeda, dan tentu apa yang Ratu lakukan barusan membawa dampak positif untuknya. “Loh, itu yang katanya jahat ? mana ada anjir. Orang baik banget gitu, adem lagi mukanya. Di banding sama anak magang, mah jauh banget. ini tuh aura orang kaya nya terlihat banget, iya gak sih? mana humble lagi, duhh pak boss kok bisa-bisa nya selingkuh sama orang modelan si anak magang?” “Cantik banget ternyata, mana baik juga. Emang ya manusia gak ada puas nya, pak boss nyari apa sih? orang istrinya aja udah cantik banget.” ucapan orang-orang itu tentu saja membuat Raina terkejut bukan main, apa lagi ia melihat Ratu baru saja keluar dari kantor, Raina pikir Ratu akan datang untuk mempermalukannya, namun ternyata tidak. Wanita itu hanya menarik simpati dari orang-orang, awalnya Raina pikir semua itu akan gagal, namun ternnyata, Ratu lebih mudah menarik simpati orang lain. Raina menarik napasnya dalam-dalam, ia berusaha tenang menghadapi tatapan aneh dari teman-temannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD