Orang jahat

1101 Words
               “Tadi pagi aku gak langsung ke sekolah looh, aku sama Uncle jemput temennya Uncle yang waktu itu datang ke rumah kamu, habis itu baru deh aku, temennya uncle, sama uncle berangkat ke sekolah sama-sama.” Ratu hampir saja mendadak menginjak rem begitu ia mendengar ucapan keponakannya ini barusan. Entah kenapa lagi-lagi seperti ada sesuatu yang aneh pada dirinya setiap kali ada sesuatu tentang Raja yang bersangkutan dengan Raina. Pagi tadi ia memang tiba-tiba tidak bisa mengantar Aleta ke sekolah sebab tiba-tiba ada panggilan dari kantornya, jadi mau tidak mau ia harus datang lebih awal dan membiarkan Raja mengantar Aleta hari itu ke sekolah.                “Uncle baik ya, mau jemput temennya, aku juga mau punya temen kayak Uncle Ratu, bisa gak ya?.” Sambungnya polos. Ratu mengangkat pertanda tidak tahu “Kamu harus pilih teman yang baik sebelum kamu kecewa sama realita nya. Aleta, di dunia ini gak ada teman yang benar-benar teman, nanti kalau kamu udah dewasa kamu juga akan ngerti sendiri.” Aleta mengangguk walau ia masih kurang mengerti dengan apa yang tantenya itu katakan, baginya Ratu adalah panutan yang benar-benar akan menjadi rolemode hidupnya hingga besar.                “Ratu kamu ini istrinya Uncle apa adiknya Uncle?” Setelah lama diam, gadis kecil itu kembali membuka suara. Mereka sejak tadi sudah sampai di salah satu restaurant korea langganan Ratu, sudah pukul sembilan malam dan mereka belum makan, Aleta lagi-lagi terlambat pulang, kali ini tempat les nya yang agak terlambat memulangkan gadis kecil itu.                “Menurut kamu?” Balas Ratu.                “Kata oma kamu istrinya Uncle, makanya aku dulu manggil kamu Aunty.”                “Nah itu tahu.”                “Tapi kan kalau kamu istrinya Uncle, kenapa Uncle tadi kiss temannya, aku gak sengaja lihat pas udah turun dari mobil. Kata mama, kalau udah punya pasangan gak boleh kiss kiss atau pegang tangan orang lain lagi, gak boleh kayak papa. Tapi kenapa Uncle boleh? Kata mama kalau udah punya pasangan terus kiss kiss atau pegang tangan orang lain berarti itu namanya selingkuh, kamu tahu selingkuh kan Ratu? Yang kayak papa aku lakuin itu kata mama namanya selingkuh, kalau begitu Uncle Raja selingkuh dong?” Ratu memang tidak percaya pada siapa-siapa, tapi kali ini ia percaya pada Aleta, anak kecil tidak mungkin berbohong bukan? Apalagi Aleta ini sudah di doktrin sejak awal dari ibunya tentang jahatnya perselingkuhan.                “Menurut kamu dia selingkuh?” Tanya Ratu. Aleta menyeruput kuah ramennya kemudian mengangguk “Iya kan Uncle kiss kiss tante tadi, kan gak boleh, kan kamu istrinya, iya kan Ratu?”                “Iya. Aleta, di dunia ini kalau ada orang yang jahat ke orang lain sebaiknya orang itu harus di jahatin balik, besok-besok kalau kamu berangkat lagi sama temannya Uncle kamu, kamu bisa lakukan hal jahat yang kamu suka, gak apa-apa kok, itu namanya ngasih pelajaran, biar dia gak jadi parasit lagi.” Ratu mengelus rambut keponakannya itu dengan lembut, senyum liciknya tak lepas dari wajahnya, perasaannya memang tengah campur aduk, namun ia harus bermain tenang.                “Parasit itu apa Ratu?”                “Kalau ada orang yang selingkuh dengan pasangan orang, kayak papa kamu. Itu namanya parasit, yang selingkuh, dan yang jadi selingkuhan sama-sama parasit, orang yang kayak gitu gak pantas di kasihani.” Jelas Ratu. Aleta kali ini benar-benar mengerti, ia sepenuhnya paham dengan apa yang Ratu katakan, selama tinggal dengan Ratu, Aleta benar-benar membenarkan semua yang Ratu katakan padahal tidak semuanya benar, terkadang wanita itu memberitahu Aleta sesuatu yang berlebihan yang sebenarnya belum bisa di terima oleh anak kecil.                Ratu pikir, melepaskan apa yang selama ini ia inginkan merupakan keputusan terbaik yang tidak punya dampak apa-apa terhadap hidupnya, namun ternyata ia salah, obsesinya masih terus berlanjut, rasa sakit hatinya masih terasa nyata bahkan ia sampai memimpikan hal-hal itu, entah sudah berapa kali Ratu mengsugesti dirinya sendiri bahwa tanpa villa itu juga ia masih bisa mengenang ibunya, setiap sudut jalanan kota yang pernah ia lewati juga sama, tidak hanya villa yang menyimpan cerita tentang ibunya. Namun sepertinya obsesinya sudah terlalu parah, ia bahkan harus minum obat tidur jika ingin tidur dengan tenang.                “What are you doing?” Bisik Raja dengan suara serak, pukul dua dini hari ia terbangun dari tidurnya dan kembali tidak mendapati Ratu di sampingnya, Raja bergegas berkeliling rumah mencari keberadaan istrinya itu dan mendapati Ratu tengah berdiri di samping kolam ikan sendirian. Untung saja ia sudah tahu bagaimana kebiasaan wanita itu, andai saja orang lain yang melihatnya mungkin mereka sudah jantungan sejak tadi.                “Kamu lagi mikirin gimana jadi ikan? Kalau kamu punya kesempatan untuk reinkarnasi kamu mau jadi ikan?” Tebak Raja, ia mendekati Ratu, merangkul bahu gadis itu layaknya seorang teman. Raja mengatakan hal itu sebab terkadang Ratu berpikir konyol, ia pernah menangis dan mengatakan kalau ia lelah dan mau jadi piring saja, padahal menjadi piring di rumah Ratu juga tidak menyenangkan, piring-piring itu akan di lempar begitu saja setiap kali wanita itu marah.                “Nggak, bahkan kalau di kasih kesempatan untuk reinkarnasi pun aku tetap mau jadi aku, I love my self enough, gak ada sesuatu yang aku inginkan melebihi aku menginginkan diri aku sendiri.” Ya begitulah Ratu, ia juga terobsesi dengan dirinya sendiri. Baginya, dirinya adalah sebuah aset yang tak akan bisa di beli pakai mata uang manapun, tidak peduli seberapa banyak, barang dan harga bukanlah sesuatu yang bisa menjadi alat tukar bagi dirinya sendiri.                “Iya deh iya.” Raja mengalah, ia mengelus pundak istrinya itu lembut, kali ini sudah tak terasa seperti teman lagi.                “You if you love her... better if you marry her. Jangan bikin diri kamu tersiksa, jangan bikin diri kamu terjebak sama sesuatu hal yang gak kamu suka, I know how much you hate me that’s why I told you to marry her.” Ucapan itu tiba-tiba saja terucap dari mulut Ratu, Ratu tidak mau membuat Raja terjebak atas dirinya, Raja juga sudah lama mengalah dan mungkin inilah kesempatan agar Raja bisa menemukan kebahagiaannya. keduanya sama-sama terdiam selama beberapa saat hingga akhirnya Raja bersuara.                “You know the lyrics of Charlie Puth song, cheating on you? it’s totally what I feel. I know both of us always saying goodbye to each other, but… I can’t, I was thought that maybe I’ll be better when I found someone new, tapi lucunya everytime I touch her I feel like I’m cheating on you, kedengarannya klasik sih tapi I want you to be my wife, my goodwife, aku bahkan masih berharap kalau someday kita bakal punya anak.” Ucapnya dengan tatapan yang begitu dalam terhadap istrinya sendiri.                “Kamu tahu kan… kalau kamu gak boleh berharap lebih sama aku?” Desis nya pelan, menahan air mata yang sudah di ujung pelupuk matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD