Jebakan Sinta

1231 Words
"Sayang, lagi..," ucap Sinta yang menahan Bagas yang hendak berdiri dari ranjang "Aku harus mengurus Susan, ini sudah malam nanti kita lanjut lagi," jawab Bagas "Aku masih kangen," rayu Sinta "Baiklah sebentar saja, aku takut Susan bangun dan mencariku," Bagas kembali menyerang Sinta hingga desahan kembali keluar dari mulut Sinta "Aa....h.... Bagas, pelan-pelan," Sinta kesakitan "Maaf sayang, aku tidak menahan untuk yang kedua kalinya," ucap Bagas yang terus menyerang dengan buasnya "Tapi sakit sekali kamu jangan terlalu dalam," ucap Sinta yang memelas kesakitan "Dari tadi aku terus menahannya, tapi setelah aku ingin pergi kamu malah yang menahanku jadi tahanlah sedikit lagi, aku penasaran ingin melakukannya seperti di video yang aku tonton," ucap Bagas yang masih di kuasai nafsu dan mencium bibir Sinta agar Sinta tidak berbicara "Mmm... Aaah...," desahan Sinta yang kesakitan tapi menikmati dan Bagas begitu kuat menyerangnya Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Susan yang tertidur pun terbangun karena ponsel berdering, dengan penglihatan nya yang masih samar karena masih setengah sadar, (mamah) "Mamah.... kenapa mamah menghubungi ku???" tanya Susan yang bangun dari tempat tidur "Hallo mah," sapa Susan "Susan, kamu kemana saja, mamah tungguin di rumah kenapa belum pulang juga?" tanya nyonya Hilda "Su-susan lagi bareng Bagas mah," jawab Susan "Ya sudah ini sudah malam cepat pulang, kamu sudah makan malam belum?" tanya Bu Hilda "Belum mah," jawab Susan yang melihat jam ke ponselnya "Ya sudah kalau gak makan di luar nanti mamah minta bi Ira untuk menghangatkan makan malam buat kamu, mamah lelah mau ke kamar dulu untuk istirahat," ucap nyonya Hilda "Ia mah," jawab Susan Nyonya Hilda mengakhiri panggilan nya.... Susan yang kaget melihat jam sudah pukul sembilan malam dia langsung bangun... dan berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya karena dia sangat mual "Duh ngapain sih aku segala mabuk, untung mamah gak tahu," ucap Susan yang sibuk membasuh wajahnya "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Bagas yang baru masuk kamar "Bagas, kamu darimana aja?" tanya Susan "Aku tadi di bawah sama teman-teman, karena kamu mabuk aku sengaja bawa kamu ke kamar ini," jawab Bagas "Aku mau pulang," ucap Susan "Biar aku antar," ajak bagas "Ia," jawab Susan yang tidak menolak Bagas segera mengantarkan Susan ke rumahnya "Sayang, ayo mampir dulu," ajak Susan "Lain kali saja ya, aku harus pulang," ucap Bagas "Yah... ya udah deh gak papa, makasih ya buat hari ini," ucap Susan "Oke sayang, dah sampai jumpa besok," Ical Bagas yang kemudian kembali mengendarai mobilnya Susan masuk kedalam rumah yang sepi itu... Tidak ada satu orangpun yang terlihat, hanya bi Ira yang datang menyambut Susan "Selamat malam nona," sapa bi Ira "Malam bi," jawab Susan "Nyonya menyuruh saya menyiapkan makan malam untuk nona," ucap bi Ira "Mamah mana bi?" tanya Susan "Nyonya di kamarnya non," jawab bi Ira "Susan gak jadi makannya bibi istirahat saja," ucap Susan yang berlari menaiki tangga dan masuk kedalam kamarnya Susan berbaring di tempat tidur "Malu-maluin aja, aku sampai mabuk saat bareng sama Bagas, untung dia cowok baik-baik, jadinya dia gak macam-macam," ucap Susan yang melihat ke arah langit-langit kamarnya Susan pergi ke kamar mandi untuk membersikan diri.. Sedangkan Bagas Kembali ke bar untuk melanjutkan permainannya bersama Sinta, tapi Sinta tertidur karena kelelahan.. "Sayang, mau lanjut?" bisik Bagas "Aku sudah menyingkirkan si pengganggu itu," ucap Bagas yang terus berbisik dan membelai Sinta "Aku lelah sayang...," terdengar suara manja Sinta yang bangun dan memeluk Bagas "Tidurlah, aku tidak akan melakukannya," ucap Bagas yang mencium kening Sinta "Aku cinta kamu sayang," ucap Sinta yang memeluk Bagas Bagas kembali tidur bersama Sinta *** Pagi hari yang cerah dan indah tiba, tapi seperti biasa rumah mewah dan megah itu selalu dingin "Pagi mah," sapa Susan yang menghampiri kedua orangtuanya di meja makan tanpa menyapa papahnya "Pagi sayang, semalam kamu pulang jam berapa?" sapa dan tanya nyonya Hilda "Semalam Susan pulang sekitar jam sepuluhan mah," jawab Susan "Mamah kira kamu kemana?" ucap nyonya Hilda "Susan bareng Bagas mah," ucap Susan "Oh ia mamahnya bagus kemarin malam menghubungi mamah dan dia ingin membahas pertunangan kalian," ucap nyonya Hilda "Susan sih terserah mamah saja," ucap Susan yang malu-malu "Ya sudah nanti mamah yang akan mengaturnya, sekarang kamu sarapan dulu terus berangkat ke kampus," ucap nyonya Hilda "Ia mah," jawab Susan Pak Bram sama sekali tidak ikut bicara dengan mereka "Akhirnya kalian kena jebakan juga" ucap pak Bram dalam hatinya "Mah, Susan berangkat dulu ya," ucap Susan yang selesai sarapan "Ia sayang, hari ini pulang jam berapa?" tanya nyonya Hilda "Sekitar jam empat sore mah," jawab Susan "Ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan ya sayang," ucap nyonya Hilda "Ia mah, Susan berangkat dulu ya dah..," ucap Susan yang berpamitan pada nyonya Hilda tanpa menghiraukan pak Bram Setelah Susan pergi nyonya Hilda berjalan meninggalkan ruang makan "Mah, kita perlu bicara," ucap pak Bram "Mamah sibuk lain kali saja," ucap nyonya Hilda yang kembali melanjutkan langkahnya Ketika hendak keluar dari ruang makan nyonya Hilda berpapasan dengan Sinta yang baru saja turun, tanpa kata mereka saling mengacuhkan dan Sinta masuk menghampiri pak Bram "Pagi pah," sapa Sinta "Pagi, bagaimana tidurnya?" tanya pak Bram "Kurang nyenyak pah, Sinta kepikiran mamah terus, kasihan mamah tinggal sendirian," jawab Sinta dengan wajah sedih "Jangan khawatir sebentar lagi papah akan menyingkirkan mereka berdua, dan kalian bisa tinggal bersama disini," ucap pak Bram "Makasih pah, papah adalah papah terbaik buat Sinta," ucap Sinta yang memeluk pak Bram "Sudah papah harus pergi ke kantor, kamu makan dulu baru nanti setelah selesai pergi ke kampus," ucap pak Bram "Ia pah, dah," ucap Sinta Tanpa rasa malu Sinta duduk di ruang makan dan menikmati sarapan sendirian "Sebentar lagi semua kekayaan ini akan menjadi milikku," ucap Sinta dengan keserakahannya "Selamat pagi nona Sinta," sapa bi Ira "Pagi bi," sapa Sinta "Bagaimana apakah nona betah tinggal disini?" tanya bi Ira "Ia Bi, saya sangat betah tinggal disini. Tapi ada yang kurang," jawab Sinta "Apa nona?" tanya bi Ira "Mamah, Sinta tidak sabar untuk membawa mamah tinggal di rumah megah ini," jawab Sinta "Bibi yakin sebentar lagi nyonya Sari bisa segera tinggal di rumah ini," ucap bi Ira "Bibi benar," ucap Sinta "Kalau begitu bibi permisi dulu mau memberikan obat untuk wanita tua itu," ucap bi Ira "Baguslah, makin cepat dia mati, makin cepat Sinta bisa membawa mamah kesini," ucap Sinta "Bibi ke atas dulu," ucap bi Ira Bi Ira pergi ke kamar Nyonya Hilda untuk memberikan obat "Selamat pagi Nyonya," sapa bi Ira "Pagi bi," sapa nyonya Hilda "Saya datang membawakan obat untuk nyonya, silahkan di minum," ucap bi Ira yang memberikan obat pada Nyonya Hilda "Terimakasih bi," ucap nyonya Hilda yang meminum obat itu "Apa ada yang anda butuhkan?" tanya bi Ira "Tidak bi, saya hanya mau menghubungi mamahnya Bagas agar datang ke rumah untuk membicarakan pertunangan Susan dan Bagas. Jadi saya mohon bibi siapkan makanan untuk menyambutnya," jawab Nyonya Hilda "Baik nyonya saya akan menyiapkan makanan dan kue untuk menyambut nyonya Siska," ucap bi Ira "Kalau begitu bibi boleh pergi," ucap nyonya Hilda Nyonya Hilda menghubungi Bu Siska (ibu kandung Bagas) "Hallo selamat pagi mba Siska," sapa Nyonya Hilda "Pagi jeng Hilda apa kabar?" sapa Bu Siska "Saya berniat mengundang anda ke rumah sore ini untuk membicarakan tentang pertunangan Susan dan Bagas," ucap nyonya Hilda "Kebetulan saya sudah lama menunggu undangan dari anda, suatu kehormatan bagi saya jika Anda mengundang saya untuk membicarakannya," ucap Bu Siska "Baiklah untuk kelanjutannya kita bicarakan di rumah saya," ucap nyonya Hilda "Baik jeng, saya akan datang sore ini," ucap Bu Siska

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD