Mata Andra menyipit ketika Zakiya datang ke meja makan lalu memegang keningnya. Ia tahu apa maksud dari kelakuannya itu. Hahaha. Lantas ia tepis tangan Zakiya yang membuat adiknya itu tertawa.
"Lagian aneh. Baru pulang udah minta ngelamar aja."
"Beneran itu, Kiya," sahut Papanya.
Zakiya terbatuk-batuk. "Sama siapa?"
"Cewek lah."
"Ya iya cewek lah, Bang! Sejak kapan Abang suka cowok coba?"
Andra hanya mendengus. Satu rumah ini menyangka ia sedang bercanda. Hahaha. Padahal ia benar-benar serius. Tak lama ia mengeluarkan ponselnya lalu menunjuk sebuah alamat rumah kedua orangtua cewek itu.
"Serius nih?"
Zakiya memastikan sekali lagi. Andra mengangguk. "Anaknya baik. Solehah lah," ungkapnya. Meski ia justru ragu terhadap diri sendiri. "Dia mau menerima Andra yang begini," tambahnya yang membuat Zakiya terbahak. Kedua orangtuanya terkekeh. Ya paham maksud Andra. Dari kata yang begini itu mengandung arti Andra yang masih begini loh imannya. Masih banyak belum paham agama. Padahal perempuan itu dan auranya sangat solehah. Tapi mau menerima Andra jelas membuat Andra kaget sekaligus....eung apa ya? Takjub dan salut.
Andra sadar betul kalau ia bukan lelaki yang mungkin bisa setara dengan perempuan itu. Setara dalam ilmu agama yang Andra rasa. Mengenal perempuan itu dengan singkat saja membuat Andra tahu perempuan ini seperti apa. Makanya, ia sebetulnya agak-agak malu. Tapi dalam edisi bertemu dengan perempuan yang menurutnya terbaik dan akan sangat sayang ia lewatkan, ia mencoba untuk menawarkan diri. Lalu tada....yang benar-benar mengejutkan adalah perempuan itu mau menerimanya.
Kemudian Andra bercerita bagaimana ia bisa bertemu dengan perempuan itu. Hal yang awalnya mengundang tawa. Tapi semakin menuju ke akhir cerita, keluarganya juga jadi paham kenapa Andra memutuskan untuk berani melamar perempuan itu dengan Andra yang apa adanya itu. Akhirnya yaaa Andra tetap ke kantor hari ini karena memang harus bekerja. Ia berencana untuk izin esok hari dan berangkat ke rumah perempuan itu bersama keluarganya. Dengan mendadak membeli tiket pesawat menuju rumah kedua orangtua dari perempuan itu.
Zakiya terpekur di sepanjang jalan. Ya memang sih yang namanya hidayah tak ada yang tahu. Barangkali kalau berjodoh, jalan Abangnya bertemu dengan perempuan itu adalah jalan menuju Allah juga. Abangnya mungkin sering lalai. Ya kalau solat lima waktu sudah pasti lah. Hanya sering menunda saja. Jarang juga solat jamaah di masjid. Menghadiri taklim apalagi. Jangan ditanya. Mungkin kalau pun pernah ya beberapa tahun sekali. Abangnya lebih sering nongkrong bersama teman-temannya dibanding ke masjid. Zakiya juga mengerti kenapa Abangnya tak berjodoh dengan Farras saat itu. Mungkin karena Farras sudah menunjukan perubahannya lebih dulu. Sehingga perempuan itu lebih membutuhkan pendamping yang menurut Allah lebih bisa membimbingnya dibandingkan dengan Andra kala itu. Ya kalau sekarang, Abangnya benar-benar berjodoh dengan perempuan itu, barangkali jalan hidayahnya memang baru datang sekarang. Mungkin diawal, akan lebih banyak perempuan itu mengarahkan Abangnya. Tapi Zakiya yakin kalau nanti, setelah Abangnya banyak belajar dan mengamalkan, Abangnya akan bisa memimpin.
Ya Zakiya tak tahu apakah ada hubungannya atau tidak dengan posisi Abangnya di perusahaan. Abangnya kan manajer. Sekelas manajer seharusnya bisa memimpin. Perusahaan saja bisa apalagi rumah tangga. Seharusnya kan begitu. Ini hanya persoalan proses dan waktu saja. Memang yang namanya hidup itu tak ada yang tahu ya? Karena jujur saja, Zakiya benar-benar masih terkaget-kaget.
@@@
"Gue baru paham deh, Kiya."
Zakiya terkekeh.
"Pantas aja si Mas Nando ini Begitu diburu ya. Ternyata semua transaksi keuangan itu harus lewat mejanya dan itu artinya yaa butuh persetujuan darinya."
"Betul. Bahkan dia yang merencanakan desain pajak itu."
"Dibaut untuk mengelabui negara?"
Zakiya mengangguk lagi. Lona mengangguk-angguk. "Oke, gue perbaiki lagi deh artikelnya."
Zakiya mengangguk-angguk. Ia biarkan saja Lona pergi. Gadis itu memang membantunya untuk mengerjakan beberapa artikel yang hendak mereka rilis. Sementara itu, Zakiya mendengarkan lagi rekaman dari percakapannya dengan Nando saat di Singapura. Bukti ini yang sepertinya sedang dicari oleh pihak kepolisian. Zakiya tentu saja tidak akan merekamnya dengan ponsel. Segala isi ponsel Kiya tanpa perlu diambil saja, mereka bisa mengobrak-abrik isinya dari jauh.
"Setiap tahun kami memasang target tax planning mencapai 1 triliun."
"Apa saja bentuk penyimpangannya, Mas?"
"Ada banyak. Transfer pricing, pembuatan biaya fiktif, dan yang lain. Saya punya semua buktinya. Mereka tahu kalau saya sedang berusaha membuka kedok mereka."
Zakiya mengangguk-angguk. Mungkin mereka juga sadar kalau Nando hendak membongkarnya. Mereka merasa dibidik, makanya Nando ingin secepatnya memberikan data-data itu sebelum dirinya tertangkap. Ya dari pada sudah keburu disita polisi kan? Itu adalah pelariannya beberapa tahun lalu sebelum ke Singapura.
"Saya lari ke Singapura. Kalau di Indonesia, pasti mereka dengan gampang bisa berbuat seenaknya. Anda tahu sendiri siapa pemimpinnya. Mereka punya kuasa dan uang."
Banyak buronan Indonesia yang lari ke Singapura. Tahu kenapa? Salah satunya karena perjanjian ekstradisi yang belum diratifikasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1979, ekstradisi merupakan penyerahan oleh suatu negara yang meminta penyerahan seorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang menyerahkan dan di dalam yuridiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan menghukumnya. Indonesia sebenarnya telah menandatangani perjanjian ekstradisi dengan Singapura pada tahun 2007 silam. Akan tetapi, perjanjian tersebut tak berlaku karena belum diratifikasi oleh DPR. Beberapa kali pemerintah Indonesia telah mengupayakan untuk meratifikasi perjanjian itu, tetapi selalu menemui jalan buntu. Apalagi pada tahun 2012, perjanjian itu pernah dibahas lagi. Namun pemerintah Indonesia keberatan dengan beberapa pasal yang diajukan oleh pemerintah Singapura. Saat itu, Indonesia keberatan jika wilayahnya digunakan untuk latihan perang militer Singapura. Wajar? Iya lah. Itu adalah perkara yang sangat sensitif.
Zakiya mengecek semua bukti yang disimpan di dalam sebuah memori khusus. Tidak akan ada di laptop karena akan mudah dilacak. Revan bahkan beberapa kali melaporkan padanya kalau ponsel barunya sedang mereka upayakan untuk dibobol lagi hanya agar bisa mencuri data-datanya untuk menghapus semua bukti. Bukan kah itu perkara gila? Bagaimana bisa sebuah lembaga pengayom masyarakat malah secara terang-terangan membantu penjahat? Ya ya bukan hal umum lagi memang. Sudah biasa jika terjadi di negara ini.
"Mereka masih mengejar saya sampai sekarang karena saya banyak membawa dokumen rahasia perusahaan."
Dan kini, beberapa dokumen rahasia itu ada padanya. Makanya Zakiya juga dikejar-kejar. Ya ini memang suatu hal yang sangat mengerikan.
@@@
Dari yang awalnya ia simpan sendiri, kini ia mulai bagi. Rangga berpendapat, beberapa orang harus benar-benar tahu. Bukannya ingin mendoakan yang tidak baik pada Zakiya. Tapi kalau terjadi sesuatu dengan Zakiya, yang lain masih bisa memegang pemberitaannya. Maka jadi lah siang ini mereka rapat dan Zakiya memaparkan keseluruhan kronologinya yang membuat semua orang terkejut-kejut. Selain Rangga, tentu saja ada Kang Syamsul, Lona, Indra, Revan, dan Anggia. Mereka juga mengundang beberapa rekan sesama LSM yang bergerak di dalam bidang hukum dan korupsi.
"Awalnya memang salah Mas Nando. Beliau bersam temannya, Taufan, membuka sebuah perusahaan bodong dengan keseluruhan datanya fiktif. Dari KTP dan dokumen lainnya juga fiktif. Di sini saya memiliki semua dokumennya," tukasnya. Zakiya juga menampilkan keseluruhan datanya. Ini jelas membuat keterperangahan. Bahkan Nando kabur ke Singapura juga dengan paspor palsu. Kalau tidak, ya mana mungkin bisa kabur kan? Pasti sudah tertangkap lebih dulu di Imigrasi karena identitasnya dicari perusahaan. Perusahaan malah bekerja sama dengan pemerintah. Bekerja sama dengan kejahatan itu sudah jelas kekonyolannya.
"Akta pendirian perusahaan ini juga memiliki nama yang hampir persis dengan Abdi Agro Negoro. Teman-teman bisa baca di sini."
Ia menunjuknya. Yang lain mengangguk-angguk.
"Dari akta pendirian perusahaan yang palsu sampai dengan kantornya juga palsu. Mereka memang menyewa dua kantor di lokasi yang yah teman-teman tahu sendiri. Kalau bilang berkantor di sana, semua orang akan percaya dan mengira kalau gajinya tinggi. Nah lokasi kantornya yang strategis itu ya mungkin membuat Abdi Agro Negoro Group juga tak menyadarinya. Terlebih Mas Nando juga bekerja di bawah perusahaan mereka."
Yang lain menyimak dengan baik. Ini jelas kasus yang mengerikan. Awalnya, mereka mengira kalau Nando adalah korban bukan salah satu tersangkanya. Tapi ternyata termasuk tersangka utama juga dan mereka baru paham kenapa Zakiya menulis berita tentang Nando yang ikut mengambil uang dari perusahaan. Karena sulit untuk lolos kalau menggunakan rekening pribadi. Tapi ternyata dengan rekening perusahaan fiktif yang jelas tidak terdaftar dengan benar. Sekalipun ada di pemerintahan yaaa sayangnya, pemerintah belum benar-benar mengecek kebenarannya. Sehingga tak heran kalau data-data semacam ini mudah sekali untuk dimanipulasi.
Tak heran juga kalau Zakiya mengingat-ingat perusahaan di mana Echa sempat bekerja. Echa sempat memberitahu kalau bosnya memiliki dua buah perusahaan fiktif setiap ikut tender. Sehingga ya jatuh ke perusahaan manapun tak akan menjadi masalah karena ia adalah pemilik dari perusahaan-perusahaan itu. Bukan kah itu adalah sesuatu yang mengerikan? Termasuk penipuan bahkan uang yang masuk juga haram. Apa bahagianya hidup seperti itu?
Hal-hal semacam ini jelas bertentangan dengan nurani Zakiya. Maka itu, ia memilih bekerja di media massa di bawah LSM milik Rangga alih-alih media massa nasional yang bisa disogok pemerintah maupun non pemerintah. Ya memang masih ada media nasional yang jujur. Zakiya tak bisa menampik hal itu. Hanya saja terkadang urusan semacam ini membuatnya tak habis pikir.
"Kronologinya bagaimana, Kiya?"
"Jadi diam-diam Mas Nando membuat nota transfer untuk kedua perusahaan fiktif itu yang diajukan ke Fortus Bank. Namun tentu saja butuh persetujuan dari pihak keuangan di Singapura dan Malaysia. Karena memang begitu alurnya. Nah, kejadian awal ini tercium oleh pihak sana. Karena adanya laporan debet dari Fortis Bank ke kedua perusahaan fiktif itu. Soalnya, Mas Nando malsuin tanda tangan kedua pejabat di Malaysia dan Singapura itu."
Aaaaah. Mereka kompak mengangguk-angguk.
"Karena adanya penemuan itu, segala hal tentu saja dilaporkan kepada Mas Nando. Ya alhasil memang digelar rapat. Beliau yang berakting paling bersemangat. Bahkan beliau juga yang menawarkan agar kasus itu diblokir. Lalu diputuskan untuk mengusut kasus ini melalui pihak kepolisian. Sayangnya, dana sudah masuk kan ke rekening Mas Nando. Bahkan sampai ke rekening pribadinya di sebuah bank swasta di Indonesia. Nah rekening itu langsung diblokir sama Mas Nando."
Zakiya menghela nafas. Ia masih melanjutkan penjelasan dari kasus ini. Kasus yang sangat sensitif tentunya. Selain urusan manipulasi pajak ya urusan pembobolan yang dilakukan oleh Mas Nando sendiri.
"Dari keterangan bank swasta, uang masuk sekitar jam sepuluh pagi. Waktu itu memang rekening Mas Nando tapi tentu denga nidentitas palsu tersebut. Mereka langsung mencairkan uang dihari yang sama. Waktu itu kalau tidak salah, yang dicairkan secara tunai sebesar lima ratus juta. Karena uang tunai nya hanya tersedia sebanyak itu. Sisanya tetap masuk rekening perusahaan fiktif itu. Nah yang uang tunai itu ditukar sama mereka menjadi uang dollar. Lalu tadinya, mereka hendak menarik lagi dari bank swasta yang sama tapi dari bank lain. Namun karena udah lewat limit lima puluh juga, otomatis ya gak bisa. Dan gara-gara limit itu kan si bank swasta harus mengontak kantor cabang atasnya. Tapi sembari menunggu konfirmasi itu, mendadak merasa tidak yakin. Karena mereka pikir pasti sudah terendus. Akhirnya ya ditinggal pergi begitu saja."
"Dari situ berarti perusahaan melaporkan ke pihak berwenang?"
Zakoya mengangguk. "Tim hukum mereka langsung berangkat ke bank swasta tersebut setelah rapat dilakukan. Rapat itu juga dihadiri okeh Mas Nando. Jadi ya pasti tahu bagaimana pergerakan perusahaan kan? Beliau kaget juga sebetulnya. Karena baru sekali membobol sudah ketahuan."
"Tapi uang satu triliun itu memang bukan perkara kecil, Zakiya."
"Betul sekali, Mas. Namun ya dalam sekali pembobolan lantas langsung ketahuan, itu justru membuktikan kalau sistem keuangan mereka memang bagus sekali. Tak heran kalau sangat lihai memanipulasi pajak."
Yang lain langsung tertawa. Betul sekali yang dikatakan Zakiya. Untuk kasus pembobolan pertama yang langsung tertangkap berarti sistemnya memang benar-benar bagus. Tak heran memang kalau bisa memanipulasi selama bertahun-tahun.
"Berarti mereka berhasil mengambil lima ratus juta dari sekian banyak yang masuk itu?"
Zakiya terkekeh. Betul sekali. "Lima ratus juga lumayan besar."
"Pantas bisa mengakomodir pelarian Nando ke Singapura selama beberapa tahun."
Zakiya tertawa. "Saya rasa, uangnya lebih dari itu. Untuk hidup di Singapura dengan fasilitas yang memadai pasti sangat mahal. Uang lima ratus juga untuk beberapa tahun tak akan cukup. Maka, intuisi saya mengatakan kalau gajinya juga besar."
Mereka tertawa lagi. Kalau itu sudah jelas. Tak mungkin kecil. Apalagi untuk posisi Mas Nando.
"Tapi sejujurnya, mereka berhasil mengambil uang di lima bank cabang swasta itu."
"Totalnya berapa, Kiya?"
"Hampir dua miliar."
Mereka mengangguk-angguk. Mencatat semua bagian penting dari informasi yang dituturkan oleh Zakiya.
"Dari bank swasta, tim investigasi pasti bergerak ke semua kantor fiktif itu kan, Kiya?"
"Betul sekali. Bahkan ke rumah rekanannya Mas Nando juga berdasarkan alamat KTP fiktif itu. Rekanannya sudah kabur lebih dulu dan masih sempat bertemu dengan Mas Nando dimalam sebelum kabur."
"Lalu dari sekian banyak data palsu itu bagaimana menemukan titik terangnya, Kiya?"
"Nah ini. Dari salah satu petugas teller bank, Mas. Kala itu adiknya Maa Nando yang ikut mendampingi rekanan Mas Nando dalam mencairkan uang ternyata memberikan KTP aslinya."
"Waaaah!"
Zakiya terkekeh dan menjentikan jarinya. "Yah keteledoran ini lah awal mula terungkapnya semua."
@@@