Satria yang nyaris kehabisan stok sabarnya sudah berniat menyusul masuk, ketika akhirnya pintu ruang kerja iparnya terbuka dan mereka berdua keluar dari sana. Instingnya mengatakan ada yang tidak beres saat melihat ujung bibir Ibra menyeringaikan senyuman aneh. Rena kembali duduk di tempatnya semula. Matanya terus mencoba menghindar untuk tidak membalas tatapan Satria yang tajam menusuk. Dia bahkan sangat yakin sebentar lagi pria itu akan mulai mengamuk mendengar hasil pembicaraan mereka barusan. “Aku sudah bicara dengan Rena. Dia setuju untuk tidak jadi resign, tapi mulai besok aku akan memindahnya ke bagian lain.” ucap Ibra yang langsung mendapat reaksi keras dari Satria. “Aku tidak setuju, Rena akan tetap bekerja denganku!” “Kamu tidak berhak mengatur Rena, apalagi memaksanya untuk