Satria menyusul ke Mirror setelah terpaksa lembur dan mengantar Rena pulang. Terbiasa punya tangan kanan Rena yang cekatan, dua hari ini dia dibuat sakit kepala menghadapi sekretaris barunya yang masih belum bisa mengikuti ritme kerjanya. Seperti tadi, kalau tidak dibantu Rena mungkin dia terpaksa harus tidur di kantor. Nightclub milik iparnya yang kini dipercayakan pada Xena itu tampak dipenuhi pengunjung. Dengan tubuh penat dan kepala pening dia melangkah gontai menuju ruang VIP di lantai dua. Suara hingar bingar dentuman musik sampai membuat Satria meringis. Dulu baginya tempat seperti ini adalah surga, sekarang terasa tidak nyaman sejak perlahan sudah biasa dia tinggalkan. “Aku pikir Atha cuma bercanda saat tadi bilang kamu mau menyusulnya kesini,” ucap Johan yang berdiri bersedekap