Terpana selama beberapa detik akibat mata tajam kecokelatan sang lelaki, Dyandra segera kembali pada kesadaran utamanya yang membenci rekan kerjanya tersebut. “Lelaki m***m! Sekali m***m, tetap saja m***m!” sentak Dyandra terus cemberut. “Tapi, meski aku m***m, kamu butuh aku, ‘kan?” tanggap Skylar menahan tawa. Wajah Dyandra salah tingkah baginya seperti sebuah hiburan. “Amit-amit! Kapan aku butuh kamu?” “Waktu di pesawat? Kamu peluk aku!” “Itu aku ketakutan!” “Ya, berarti butuh aku, ‘kan? Di saat kamu takut, kamu butuh kejantanan dan perlindungan dariku?” Skylar menaikkan kedua lengan ke atas. Membuat gerakan seperti seorang binaragawan. Membuat mata dan mulut Dyandra terbelalak lebar. “Kamu gila? Sudah! Aku tidak mau berdebat! Tunggu, aku ambil tas dulu!” Dyandra bersungut-sungut