Ch.09 Desah Bersama Rintik

1436 Words
Setelah melewati malam panjang dengan perasaan tak menentu, Dyandra menyegarkan diri di bawah guyuran air hangat. Terkadang masa-masa bahagia bersama Arka menyeruak di bulir-bulir kenangan. Antara senyum dan tangis, di situ ia berada sekarang. Mendadak, suara pintu dibuka terdengar. Ia langsung menoleh dan terkejut saat melihat sosok gagah tersebut sudah ada di dalam kamar mandi. Memandanginya dengan tatapan sendu sekaligus sangat menginginkan. Degup jantung sang wanita menjadi tidak beraturan. Suaminya masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah pelan, tetapi pasti. Membuat Dyandra kebingungan antara mengambil handuk di pintu kamar mandi kemudian bertengkar lagi dengan Arka, atau membiarkan saja apa yang harus terjadi dengan dirinya dan Arka? Mana yang harus dipilih? Hanya memiliki waktu beberapa detik untuk membuat pilihan. Pada detik terakhir, ia memilih … untuk diam dan membiarkan Arka mendatangi dengan mata yang tak berkedip. Lelaki itu sedemikian rindu dengan tubuh molek miliknya. “Dyandra … kamu seksi sekali, Yank,” desah Arka langsung menghambur lalu melumat bibir istrinya penuh nafsu. Pagutan demi pagutan melesak tanpa jeda. Air pancuran di atas mereka berdua membuat baju Arka basah. Maka, ia segera melepas semua kain yang melekat pada tubuhnya. Dyandra hanya bisa diam melihat sang suami mulai menampakkan tubuh gagahnya. Kini mereka sudah polos tanpa penutup apapun dibawah deras air hangat. Kulit putih sedikit kecokelatan milik Arka selalu terlihat begitu jantan di mata Dyandra. Teringat dengan jelas bagaimana lengan berotot liat ada di sisi kanan dan kiri wajahnya setiap tubuh mereka menyatu dengan posisi sang lelaki di atas tubuh telanjangnya. “Aku mencintaimu. Maafkan emosiku semalam,” desis Arka. Nafasnya berat dan memburu. “Aku hanya takut kamu pergi dariku. Kamu tahu aku selalu menginginkan dirimu, Dya.” Dyandra hanya mengangguk, sembari mengokohkan kedua tangannya di pundak Arka. Mata dipejamkan seiring ia mulai merasakan sesuatu menyentuh bagian paling sensitif di bawah pusar. Kejadian di villa dengan segala Arka mabuk dan surat cinta untuknya membuat batin terlalu lelah untuk menyangkal keinginan di lubuk hati terdalam. Tak bisa memungkiri bahwa ada cinta teramat dalam masih bergelora di sana. Rasa yang dikira telah mati akibat pengkhianatan ternyata ... masih bisa dibangkitkan dalam sebuah acara honeymoon. Iya, Dyandra benci perselingkuhan Arka. Namun, ia juga merindukan sentuhan sang suami. “Aaah … Arka … sayang …,” desah Dyandra tak beraturan. Jemari kokoh dan gemuk bermain di area kewanitaannya yang mulai terasa berdenyut. “Ssst … rasakan dan nikmati, Yank,” bisik Arka menciumi leher Dyandra semakin buas. Ia gigit tengkuk sang istri dengan hisapan-hisapan kecil. Sangat suka memberi tanda merah di sana sebagai kenang-kenangan kalau ia adalah pemilik tubuh molek tersebut. Ia terus menggerakkan jari tengahnya maju dan mundur secara perlahan. Menggesek manja sebuah area berbukit nan hangat. Sesekali jari itu menembus masuk ke dalam tubuh Dyandra, membuat istrinya memekik tertahan. “Sayaaaang! Aduuuh … aaah … please Arka, aku tidak kuat lagi! Aaah… .” Memekik dengan sensasi mencekam nikmat di seputaran telapak kaki hingga pangkal paha. Bagaimana jari tengah itu masuk dan keluar berkali-kali dari dalam tubuhnya dengan posisi mereka masih sama-sama berdiri telah membuat Dyandra digempur badai birahi kian memuncak. “Say, aduh ... hentikan sebentar ... aaahhh!” lenguh Dyandra makin meracau. “Tidak, aku tidak akan menghentikannya. Aku akan terus membawamu sampai ke puncak awan, seperti yang dulu sering kita lakukan,” bisik Arka tersenyum senang. Melihat tubuh dyandra meliuk-liuk tidak karuan telah membuat Arka semakin bersemangat. Sudah sangat lama, sejak terakhir ia melihat Dyandra begitu menggairahkan seperti ini. Desahan, erangan, jeritan, dan segala racauan yang keluar dari mulut Dyandra saat mereka bercinta selalu menjadi bumbu penambah semangat untuk Arka dalam melancarkan aksi-aksi berikutnya. Secepat kilat ia membalikkan tubuh Dyandra, memposisikan kepala istrinya menghadap tembok kamar mandi. Perlahan punggung Dyandra diturunkan oleh Arka, hingga kini bentuk tubuh sang wanita menjadi seperti angka tujuh. Ini selalu menjadi posisi favorit Arka dalam bercinta. Dimana ia bisa bebas melihat semua yang ingin ia lihat. Perlahan, ia menyatukan dirinya dengan Dyandra. Dalam sekali hentakan seluruh kejantanan masuk dengan sempurna mulai dari ujung hingga pangkal. “Aaahhh….” Dyandra mengerang saat merasakan kewanitaan miliknya diisi penuh oleh Arka. Bersamaan, mereka bergerak berdua, seiring seirama. Telapak tangannya menekan tembok setiap dihentak dari belakang oleh sang suami. “Gila …! Kamu benar-benar membuatku gila, Dyandra!” teriak Arka melepas semua rasa rindu tertahan di dalam d**a. Sudah terlalu lama ia tidak bercinta dengan istrinya. Apalagi bercinta dengan liar seperti sekarang. Ia sangat merindukan sang istri yang selama ini entah berkelana kemana batinnya di saat mereka sedang berdua. Hari-hari Arka yang dingin tanpa sentuh peluk hangat sang istri membuatnya tersiksa. Namun pagi ini, semua terasa berbeda. Ia kembali mendapatkan Dyandra yang dulu. “Arka, Sayang, aaaah …. Aku … aaaah …!” Hanya itu ucapan yang bisa keluar dari bibir Dyandra. Telapak tangannya semakin dirapatkan menyentuh dinding. Melakukan itu demi untuk menerima hentakan demi hentakan dari Arka yang semakin meningkatkan tempo gerakannya. Suara kulit bertemu dengan cipratan air terdengar jelas bergaung di kamar mandi. Setiap Arka menghentak masuk, setiap itu pula suaranya terdengar. “Arka! Aku tidak tahan lagiiii…!” jerit Dyandra merasakan sesuatu akan meledak dari dalam dirinya. Berlokasi persis di bawah sana. Suatu tempat dimana ia dan Arka sama-sama merasakan kenikmatan teramat sangat. “Almost there, Yank! Almost there!” Arka ikut menjerit, karena ia pun merasakan birahinya akan membuncah sebentar lagi. Dyandra mendengar ucapan Arka, bahwa ia hampir mencapai klimaks. Kalimat itu jadi seperti petir di siang bolong bagi sang istri. Kalimat yang sama, yang ia juga ucapkan kepada Cersey pada malam-malam perselingkuhan mereka. Suatu waktu, Dyandra mendengar sendiri Arka mengucap itu kepada wanita penyewa rahim tersebut. Bergejolak rasa panas di d**a Dyandra. Teringat cepat akan semua pengkhianatan serta sakit hati yang sebelumnya sudah ia rasakan. Seketika mood Dyandra menjadi jelek. Ia mulai kehilangan rasa yang akan segera terbebas meledak keluar. Logikanya kembali muncul. Mempengaruhi segenap hatin dan kembali merasakan perih. Bayangan bertanya, apakah Cersey kala itu juga sedang berada di posisi sama seperti dirinya saat ini saat Arka hendak mencapai titik puncak? Semua pemikiran itu sontak membuatnya muak! “Ugh! I’m there… !! Aaaah… .Dyandraaa…!!” jerit Arka panjang, melenguh puas. Menghentak satu kali sangat dalam, sangat keras. Air mata muncul di pelupuk mata Dyandra seiring jeritan klimaks sang suami. Ia memaki diri sendiri yang menerima Arka untuk bercinta pagi ini. Merasa betapa murahan dirinya. Sudah tahu diselingkuhi, kok, masih mau diajak bercinta? ‘Wanita macam apa kamu, Dya? Tidak punya harga diri sama sekali! Kamu t***l dan bodoh!’ geramnya memaki dalam hati. Entah karena cincin berlian dan suratnya. Entah karena betapa tampan dan gagahnya Arka saat ia menggantikan pakaian tadi malam. Entah karena sebuah rasa cinta yang memang belum padam. Entah ... Dyandra juga tidak bisa memastikan kenapa mau diajak bercinta pagi ini. Satu hal yang pasti, ia telah gagal mencapai puncak kenikmatan bercinta. Yang didapat hanyalah puncak kehancuran dalam jiwa. Untunglah air pancuran masih terus menyala. Menyembunyikan lelehan pedih air mata di pipi Dyandra. “Kamu sudah klimaks?” tanya Arka membalikkan tubuh sang istri dan menyenderkan punggung mulus di dinding kamar mandi. Ia mencium kening Dyandra dan memeluknya erat sekali. “Sudah,” dusta Dyandra terpaku diam dalam pelukan Arka. Napasnya tersengal, menahan rintik sedu. “Kita mandi sekalian ya. Berdua?” Arka menatap bahagia pada Dyandra. Akhirnya -menurutnya- ia telah berhasil bercinta dengan penuh gairah. Dikiranya sang istri telah kembali seperti dulu lagi. *** Malam ini, mereka berdua telah kembali ke rumah. Keduanya bersiap untuk tidur setelah melewati malam dengan berbincang dan menonton film kesukaan Dyandra di layar televisi. Arka melakukan kebiasaanya sebelum tidur. Masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Tepat beberapa detik setelah Arka masuk, bergetarlah ponselnya. Dyandra melirik cepat, melihat sebuah pesan masuk. Ariefan [Mas Bro, ayo main kartu di rumahku. Tadi pagi kamu sudah berjanji.] Dyandra tahu bahwa chat yang baru saja masuk adalah Cersey meskipun diberi nama berbeda. Kening wanita malang itu berkerut karena nomor ponsel itu bukanlah nomor ponsel Cersey yang ada di ponselnya. Menggulirkan layar ke atas, membaca chat-chat sebelumnya. Ternyata tidak ada chat apa-apa dari yang bernama Ariefan tadi pagi. Pasti Arka sudah menghapusnya. ‘Siapa yang akan mengajak teman lelakinya untuk bermain kartu pada jam satu dini hari? Tidak masuk akal! Itu pasti kode mereka berdua, bukan?’ erang Dyandra terengah frustasi. ‘Semoga saja Arka tidak turun menemui Cersey. Tidak setelah dia bersamaku pagi ini. Kalau dia benar-benar bisa bercinta dengan dua wanita sekaligus dalam satu hari dan tidak merasa berdosa kepadaku, sungguh dia berarti sudah tdak waras!’ Suara kran di kamar mandi terhenti. Dyandra segera meletakkan kembali ponsel suaminya di sebelah tempat tidur. Lalu, keluarlah lelaki itu dan melompat naik ke atas ranjang bersamanya. Momen mendebarkan, apakah Arka akan turun memenuhi undangan main kartu di jam satu pagi?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD