Bab 10 Erangan yang lolos.

1029 Words
Arga mencium kulit jenjang leher Nindy dengan pelan dan menggoda, rutin meninggalkan jejak basah di sepanjang sisi jenjang leher yang terbuka itu. Nindy tersengal sembari merintih pelan tampak begitu terkejut dengan ciuman tiba-tiba itu. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya seolah dialiri sengatan listrik dengan sensasi yang membuat perut Nindy terasa mengerucut menciut. Nindy merasa tidak bisa menahan perasaan yang tercipta yang ia rasakan saat itu ia ingin menjauh dari serangan kombinasi bibir lidah dan gigi lelaki itu di sana. Tapi Nindy malah menemukan dirinya yang turut mengangkat dagu lebih tinggi seolah mendongak agar Arga bisa leluasa menciuminya. "Nindy... ini gila! gila... tapi aku menyukainya. Inilah yang aku inginkan," ucap gerutu Gadis itu kemudian dalam hati yang baru menyadari sensasi luar biasa yang meledak di dalam dirinya. "Ini pekerjaanku bukan? akan ku tunjukkan padamu apa yang aku suka. Pelan dan dalam. Bersama-sama, kita akan mencari tahu apa yang kamu suka." Bisik lirih lelaki itu di atas kulit jenjang leher Nindy yang saat itu tampak memanas merah. Nindy bisa merasakan lelaki itu mengecup lama dan dalam disana, menghisap kulit jenjang leher nindy yang lembut sebelum melepaskannya dan selama itu pula Nindy ikut menahan napas karenanya. "Kau pasti suka dengan yang kuat dan cepat," bisik lelaki itu lagi yang lalu kembali menghisap, kali ini lebih keras. "Atau mungkin juga pelan dan kuat. Kau akan tahu nanti apa yang kau sukai," bisik lelaki itu lagi saat menyudahi aktivitasnya. "Aku mohon Arga..." terdengar suara nindy yang bergetar perlahan bahkan gadis itu tidak tahu apa yang ia mohonkan pada lelaki itu. Apakah itu memohon untuk berhenti ataukah ia memohon untuk Arga agar melanjutkan aktivitasnya saat itu. Nindy bisa merasakan denyutan panas di area bawah pusarnya semakin menjadi saat lelaki itu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah Nindy di sana dan tatapan itu bertemu satu sama lain, barulah Nindy sadar bahwa ia tidak ingin berhenti. Kedua mata Nindy melebar saat Arga mendorong tubuhnya hingga merapat ke dinding, berat tubuhnya menahan Nindy dengan kedua tangan kekarnya berada di kedua sisi kepala Nindy mengurung tubuh gadis itu di sana. "Deg," jantung Nindy seolah berhenti berdetak ketika ia menyadari bahwa lelaki itu sudah mulai mengincar bibirnya dan sedetik kemudian lelaki itu mencium bibir Nindy melahap bibir Gadis itu setelah beberapa saat berpandangan. Ciuman itu lama dan pelan dan dalam. Awalnya menelusuri pinggiran bibir Nindy dengan cara yang begitu lembut kemudian lidahnya menyeruak menggantikan bibirnya. Nindy bisa merasakan nafas mereka bercampur berbaur menjadi satu saat lelaki itu mengeksplorasi permukaan bibirnya dengan bibir serta lidahnya. Nindy juga bisa merasakan lelaki itu mengecup lembut terkadang terkesan menjilat. dan saat yang lain ia menghisap keras. Nindy berteriak pelan dan lidahnya menyusup masuk seperti pencuri yang tidak diundang ke dalam rongga mulut Nindy. Bibirnya masih mencium rakus sementara lidahnya menjelajah bagian dalam mulut Nindy lalu Gadis itu merasakan sesuatu di bagian antara kedua kakinya. "Tangannya! Oh ya Tuhan," tangan lelaki itu sudah berada di sana. tepat di atas panas yang sedang berdenyut. Hingga tanpa sadar Nindy mengerang perlahan lalu ia mendengarkan ucapan lelaki itu yang terus membuat Nindy terngiang. "Kau basah?" ucap tanya lelaki itu dengan bisikan lirihnya di sana tepat di ujung bibir Nindy setelah lelaki itu untuk beberapa saat menyudahi aktivitasnya ketika melihat Nindy yang tampak menggeliat. Gadis itu membalasnya dengan gelengan saja. "Kalau begitu aku akan mengeceknya," ucap lelaki itu kemudian yang langsung buru-buru membuat Nindy menahan tangan lelaki itu di sana agar tidak menyentuh bagian inti Nindy. Gadis itu bisa melihat Arga mengangkat wajahnya, tangannya yang bebas bergerak untuk menahan kepala Nindy di sana mata birunya yang dalam memaku di tempat. Nafas gadis itu masih memburu dan yang ia tahu bahwa ia semakin lemah. Rasa denyut di bagian bawah sana bertambah menggila Nindy tidak yakin ia bisa bertahan lebih lama jika lelaki itu sedikit memaksa. "Aku bilang aku ingin mengeceknya," ucap lelaki itu lagi. "Tidak...!" balas Nindy dengan segera. "Ya, kau ingin aku mengeceknya," ucap lelaki itu kemudian dan Nindy tidak sempat membantah apa yang lelaki itu katakan. Arga sudah mendorong punggung Nindi hingga menempel sepenuhnya di dinding keras yang ada di belakangnya. Sebelah lengannya menahan bahu gadis itu agar tidak memberontak, sedangkan ujung tangannya berhenti di sisi kepala Nindy dengan jemarinya yang panjang sudah menyusup di antara helaian rambut gadis itu ia menarik rambut Nindy hingga kepala gadis itu setengah menengadah dan menahan Nindy tetap dalam posisi seperti itu. dengan kedua mata Lelaki itu yang seolah terus memaksa kedua mata Nindy agar bertatapan dengannya. Lelaki itu kemudian menunduk untuk berbisik tepat di ujung bibir gadis itu. "Kau mungkin Ingin menutup mulutmu, kau tidak mau orang-orang mendengarmu mengarang, benar bukan?" ucap lelaki itu kemudian yang ia tujukan pada Nindy. Kata-katanya sukses mengalihkan perhatian gadis itu. Nindy menatapnya dan menyadari keberadaan dirinya dan juga Arga di sana. tubuhnya Mungkin cukup besar untuk menutupi tubuh Nindy saat itu tapi Nindy tidak bisa membayangkan bahwa ia akan membiarkan seorang lelaki menyentuhnya di tempat umum. mata Nindy membelalak nanar dan ia mulai menggeleng keras ketika menyadarinya. namun beberapa detik yang digunakannya untuk mengacaukan pikiran Nindy tidak disia-siakan oleh lelaki itu. Tangannya sudah bergerak cepat. lelaki itu mungkin sudah melakukannya jutaan kali dengan banyak wanita di luaran sana dan wanita-wanita lainnya. Andai saja akal sehat Nindy masih berfungsi mungkin akan mendorong kasar tangan lelaki itu dan berlari menjauh dari tubuhnya. Tapi Nindy tidak bisa melakukan itu. Lelaki itu telah mencuri akal sehat Nindy di hari gadis itu menemukannya. Nafas Nindy sudah tertahan tercekat di kerongkongan, matanya yang nanar kini berpindah ke wajah lelaki itu tersesat dan terperangkap di dalam tatapan mata birunya. Nindy tidak bisa menggerakkan tangannya yang tiba-tiba saja lemas dan lunglai lumpuh seketika. bahkan kedua kaki Gadis itu saja tanpa gemetaran ia merasakan resleting nya ditarik turun oleh lelaki itu dengan tenang dan tangkas menurunkan jeans yang dipakai hingga ke pinggul. nafas Gadis itu tersentak saat jemari tangannya menggesek halus melalui bahan tipis celana dalam membuat gadis itu menggeleng dan menggigit ujung bibirnya sendiri. Tapi gadis itu tidak bisa menahan diri saat satu jari lelaki itu mulai menggodanya. Erangan pun lolos dari mulut Nindy begitu saja. Nindy begitu terkejut terkesan kaget luar biasa ketika mendengar suara yang sama sekali tidak mirip dengan suaranya dan tangan Gadis itu otomatis bergerak naik untuk menutup mulutnya sendiri.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD