Semua orang terdiam dan menunduk. Beberapa dari pelayan itu melirik pada Ayu yang juga bungkam. Ada perasaan menyesal dan benci kepada pelayan kesayangan Surya tersebut.
"Kenapa kalian diam?! Bukankah dari tadi kalian tertawa keras?!" Rasa-rasanya Surya ingin menjambak rambut mereka satu per satu saking emosinya. Ini bukan tentang pembelaannya kepada Bulan tetapi membuli seseorang bukanlah pembenaran.
Keluarga Alexandra tak pernah melakukan hal yang buruk terhadap orang lain termasuk pada para pelayannya. Mereka ingin menunjukkan pada bawahannya agar mereka mengikuti sikap baik dari majikannya.
"Tuan Surya," suara dari Ayu menginterupsi membuat dia menjadi pusat perhatian. Ayu mendekat dengan wajah sendu.
"Tuan Surya sebenarnya ini ulahku. Aku tak punya niat untuk menyudutkan Bulan kok," Surya membuang napas.
"Tapi tetap saja salah. Apa kau tahu kelakuanmu ini sudah membuli namanya."
"Maafkan aku Tuan, aku janji tidak akan melakukan hal ini lagi." sahut Ayu memakai nada lembut.
"Baiklah, tugasmu besok pergilah ke peternakan sapi di sana kau harus membersihkan semua kandang." Mata Ayu terlihat membulat namun dengan cepat dia menunduk agar Surya tak melihat ekspresinya.
"Iya Tuan saya mengerti." Surya lantas memandang pada Bulan. Gadis itu tetap diam tanpa ada niatan untuk bergerak.
"Pergilah bersihkan dirimu dan kalian semua bubar sekarang!" Semuanya patuh mengikuti arahan Surya. Pria itu kemudian membuang napas berat sambil memijit pangkal hidungnya.
"Kelakuan mereka hanya bikin pusing saja." gerutu Surya kesal. Dia lalu masuk ke rumah melewati dapur dan kamar mandi khusus untuk para pelayan.
Kala itu Bulan lekas mengambil handuk dan pakaian ganti. Secara terburu-buru dia menuju kamar mandi ingin cepat membersihkan tubuhnya yang lengket.
Namun Bulan dilanda rasa kecewa sebab ketika Bulan menyalakan pancuran, air tak keluar. Dia mencoba semua kamar mandi namun tak ada yang berfungsi.
Mungkin ini ulah dari para pelayan. Bulan lalu keluar dari kamar mandi. Pikirannya melambung tinggi karena tak tahu harus mandi di mana. "Bulan, kenapa kau belum mandi?"
Gadis itu terperanjat dan menoleh pada Surya yang memandangnya penuh intimidasi. Melihat tatapan menakutkan dari Surya, Bulan merinding kala mengingat bagaimana pria itu mematahkan tangan Pak Bejo.
Sontak Bulan menunduk lalu berbicara pelan disertai gemetaran. "Ka-kamar mandinya ... air tak ada."
Kening Surya tertaut. "Maksudnya tak berfungsi?" Bulan mengangguk dalam diam tak sampai melihat pada Surya.
Surya diam tanda sedang berpikir. Jika memakai kamar mandi tamu, itu tidak mungkin sebab air di kamar mandi tamu juga tengah rusak. Dia tak punya pilihan selain membawanya ke kamar. "Ikut denganku."
"Ke mana?"
"Sudah ikut aku saja." Surya melangkah terlebih dahulu sedang dalam kebingungan Bulan mengikuti Surya.
Tiba-tiba Bulan berhenti saat Surya menaiki tangga menuju kamar. Pria itu menyadarinya dan menoleh pada Bulan. Raut wajahnya yang datar kini menjadi heran.
"Kenapa kau berhenti?"
"Tuan mau ke mana?"
"Ke kamarku."
"U-untuk apa ke kamar Tuan?"
"Agar kau bisa mandi sekaligus bisa beristirahat."
"Apa boleh?"
"Iya boleh. Asal kau ikuti perintahku."
"Tapi--"
"Jika kau mau mandi ayo ikut aku saja." Pada akhirnya Bulan naik ke tangga kembali mengikuti Surya dan tiba di kamar pria itu.
Begitu masuk indera penciuman Bulan langsung disapa aroma parfum khas milik Surya menciptakan dirinya yang tegang berubah nyaman. "Kenapa kau berdiri di depan pintu? Ayo masuk."
Bulan melangkah ragu-ragu. Dia langsung diintruksikan ke kamar mandi oleh Surya yang melepas jas sekaligus aksesoris. "Terima kasih." Gadis itu melangkah cepat untuk masuk ke dalam dan tak berapa lama suara shower terdengar.
Setelah menanggalkan sepatu, Surya bermalas-malasan dengan berbaring di ranjang. Matanya dibuat terpejam membuat dirinya terlihat seperti orang yang tertidur lelap. Sekitar tiga sampai lima menit Bulan mandi karena tak mau Surya mengeluh akan dirinya.
Bulan keluar sehabis mengganti baju. Tangannya sibuk menggosok rambut handuk sebab masih basah. Kacamata yang selalu dia pakai berada di tangan bersama pakaian kotor. Dia melirik pada Surya yang menurutnya tertidur dan langsung membuang napas.
Surya tertidur tapi tak memakai selimut. Bulan pun mendekat begitu meletakkan bajunya yang kotor di meja, berjingkrak pelan dia lalu berhati-hati menarik selimut ranjang untuk menyelimuti majikannya itu.
Saat menutup tubuh Surya, Bulan tak sengaja melirik wajah Surya dan memandangnya cukup lama. Wanita mana yang tak tergoda untuk melihat wajah tampan Surya, Bulan pun mengagumi pria itu. Apa lagi saat dia tenang sungguh peristiwa yang tak bisa Bulan lewatkan.
Di sisi lain Surya merasa lebih nyaman saat mencium aroma sampo dan sabun. Dia menyadari jika ada seseorang di dekatnya tapi siapa. Karena penasaran perlahan Surya membuka matanya dan langsung bertemu pandang dengan sepasang mata cantik milik seorang gadis.
Dia juga melihat wajah cantik si gadis asing yang membuatnya tertegun sedang Bulan langsung panik melihat Surya memandangnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Bulan segera meluruskan punggung untuk berdiri namun sebelum itu terjadi Surya menarik lebih dahulu tangannya dan menarik kuat hingga tubuh Bulan terjungkal menimpanya.
Surya menangkap Bulan lalu memosisikan dirinya duduk. Dikuncinya tubuh Bulan agar tak ke mana-mana dan benar saja Bulan tak bisa bergerak. Surya memandang Bulan yang menunduk tanpa menggunakan ekspresi.
Dia lalu menyentuh dagu Bulan agar wajahnya memandang padanya. Bulan yang menurut Surya adalah gadis asing tampak membeku ketika mereka saling menatap lagi dan jantungnya serasa jatuh kala sebuah pertanyaan keluar dari mulut Surya. "Siapa kau?"