Prolog

967 Words
Seorang gadis muda menangis di depan cermin. Dirinya tengah dirias dan baju yang dipakainya adalah kebaya. Sudah jelas kalau gadis itu akan menikah hanya saja dia tak mau. Pasalnya mempelai prianya adalah seorang pria tua yang seharusnya pantas untuk menjadi kakek gadis itu. "Sudahlah Bulan, jangan menangis ini hari pernikahanmu sama Pak Bejo. Tak baik di hari bahagia seperti ini kamu nangis," "Hari baik? Bapak bilang hari baik?" Bulan--gadis itu mendekat pada Bapaknya dengan tatapan tajam. "Hari baik apanya jika Bulan dipaksa menikah sama Kakek Bejo?! Pak Bulan nggak mau nikah! Bulan kepengen kerja di kota." kata Bulan dengan nada memelas. "Maaf ya Bulan, bukannya Bapak nggak mau tapi ingat kita hutang sama Pak Bejo, uang kuliahmu itu semua yang bayar Pak Bejo dengan catatan kamu menikah sama dia." "Tapi Pak--" "Sudah, sudah Bapak tak mau kau mengeluh lagi. Kamu senang bukan selesai kuliah?" Mau tak mau Bulan mengangguk. "Jadi anggap saja ini bayaranmu pada Pak Bejo. Bapak dan Ibu akan tunggu kamu di ruang tamu, ya? Jangan lama-lama dandanannya." Sepeninggal Bapak, Bulan kembali menangis. Dipandanginya wajah cantik miliknya yang terpantul dicermin. Bulan benci dengan tampangnya itu, jika saja dia tak cantik mungkin semuanya tak akan seperti ini. Semua lelaki selalu saja memandang Bulan dan menggodanya punya kecantikan sekaligus kemolekan badan yang tak bisa dibandingkan dengan wanita di seluruh desa. Begitu banyak wanita yang menghujat dirinya karena hal ini. Bulan pernah dituding perebut suami orang padahal yang sebenarnya terjadi adalah lelaki itu yang mencoba untuk mendekati Bulan. Bulan semakin sakit hati saat mengingat semua ucapan keluarga yang mengatakan bahwa semua ini adalah takdirnya dan menyerah saja. Tidak, Bulan tak terima dengan kondisinya. Bulan segera mengemas barang-barang yang dia punya ke dalam tas yang agak besar. Dia tak memiliki waktu yang cukup jadi Bulan segera mengambil jalan pintas ke jendela lalu membawa juga izajah sekaligus kacamata besar juga masker untuk dia pakai. Mulanya Bulan mengeluarkan tas baju dan melompat keluar. Memakai sandal jepit, dia pun berlari melewati halaman belakang yang berupa hutan, memotong jalan untuk sampai ke jalan raya. Gadis itu mempercepat langkahnya saat mendengar suara anjing sekaligus kilatan senter. Bulan sontak berlari cepat berusaha mengabaikan semua suara itu. Tepat saat dia sampai ke jalan raya, Bulan kaget ketika di hadapannya ada mobil yang melintas. Beruntung mobil itu mengerem cepat tak sampai menabrak tubuh Bulan. Keluarlah seorang sopir dan mendekati gadis itu. "Hei kalau mau nyebrang lihat-lihat dong!" "Maafkan saya. Saya benar-benar tak tahu kalau ada mobil." Si sopir terus menggerutu kesal pada Bulan namun Bulan tak memikirkan sopirnya ini dia mencari cara agar bisa kabur dan mujurnya Bulan telah mengenakan kacamata. Sesosok pria dengan setelan kemeja hitam berjalan mendekati mereka lalu menepuk bahu si sopir. "Sudah Remon, jangan usik gadis muda ini. Ayo kita lanjutkan perjalanan." Di balik kacamatanya yang besar, Bulan terpana melihat ketampanan bos dari sopirnya itu. Pria itu lantas memandang juga pada Bulan. Langsung saja Bulan segera memutuskan pandangan. Namun kembali melirik. Apa dia harus memanfaatkan pria ini? Mendengar suara anjing yang mulai mendekat, Bulan buru-buru meraih tangan si pria kaya yang kembali menatapnya. "Tuan tolong saya, saya kabur dari pernikahan saya sebab orang tua saya memaksa untuk menikahi seorang pria tua karena hutang." Sepasang mata indah pria itu memicing. "Lalu apa keuntunganku untuk menolongmu?" Lagi-lagi Bulan berpikir cepat dan langsung membalas. "Saya akan menjadi pelayan anda sebagai gantinya. Saya jamin anda tak akan menyesal sebab saya akan melayani anda dengan baik." Si pria lalu beradu mata dengan si wanita yang kemudian tertawa kecil. "Ide yang menarik. Aku pun sebenarnya ingin mencari seorang pelayan pribadi. Kalau begitu ayo naik, kita ke rumahmu." Bulan tersenyum cerah. Dia memperbaiki letak kacamata yang agak turun kemudian mengikuti pria asing itu ke dalam mobil. 🌸🌸🌸🌸 "Bagaimana ini Pak Herman? Anak anda kabur karena tak mau menikah dengan saya." ucap Pak Bejo dengan muka memerah menahan amarah. Tampak di antaranya ada dua orang bertampang layaknya preman juga memandang galak pada Ayah dan Ibu Bulan. "S-saya mohon maaf pak. Ini semua warga lagi mencari Rembulan." "Pokoknya kalau mereka tak bisa menemukan Bulan, saya akan sita rumah Bapak!" "Jangan pak, kalau Pak Bejo menyita rumah kami, kami mau tinggal di mana." "Yah itu terserah kalian bukan urusanku." sela Pak Bejo masih dengan pandangan kesal. Suara klakson mobil sukses mengambil perhatian semua orang yang sibuk bercerita. Pria asing yang menyelamatkan Bulan keluar beserta gadis itu juga. "Bulan, syukurlah ayo ke sini." permintaan Ibunya sendiri tak dipatuhi oleh Bulan malah putrinya itu bersembunyi di balik punggung si pria asing. Semua mata memandang si pria. Tak ada yang menampik dengan ketampanannya. "Anda siapa? Berani-beraninya anda membawa calon istri saya?" Si pria tampan tersenyum. "Tapi gadis ini nggak mau tuh nikah sama anda." balas si pria sarkatis. "Kau?! Selain kau berani kau juga tak punya sopan santun. Biar bagaimana pun Bulan calon istri saya. Keluarganya punya hutang dan mereka berjanji akan menikahkan Bulan dengan saya." "Kalau begitu berapa hutangnya? Biar aku bayar semuanya." Perkataan tersebut membuat semua orang diam beberapa saat sampai tawa ejekan Pak Bejo terdengar. "Hei dengar ya biar kau punya uang banyak kau pasti tidak akan bisa membayarnya." Si pria tidak memperhatikan ucapan Pak Bejo, dia mengisyaratkan agar si sopirnya itu untuk keluar dan membawa cek kosong. Si pria segera mengambil cek lalu memberikan tanda tangan. "Ini ... isilah sesukamu asal kau lepaskan gadis ini dan keluarganya." Tertulis di sana namanya Alexandra Surya. "Dasar pria sombong, aku tak mau uangmu aku ingin calon istriku!" Pak Bejo hendak meraih Bulan namun tangannya segera dicekal dan dipatahkan begitu saja oleh si pria asing. Pria tua itu menjerit kesakitan. Tubuhnya jatuh ke tanah masih meringis kesakitan. Semua orang mematung melihat peristiwa itu. Kedua preman milik Pak Bejo juga gemetaran ketakutan melihat mata si pria menyorot dingin. "Jangan pernah menyentuh milikku. Gadis ini punyaku sekarang." ujarnya seraya merengkuh tubuh Bulan yang juga terdiam. Dia syok sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD