Di hari H, Bulan memberikan lipstik merah di bibir agar selaras dengan gaunnya yang merah. Dia melihat sekali lagi penampilannya di cermin dan beberapa kata muncul di benak Bulan.
Dewasa, seksi, nakal dan juga cantik. Hanya dengan polesan make up yang tak terlalu tebal membuat Bulan jadi terpesona sendiri. Entah kenapa detak jantungnya jauh lebih cepat dari biasanya seakan ada sesuatu yang terjadi tapi Bulan sangat berharap semuanya akan lancar.
Dia kemudian memakai topengnya yang selaras dengan warna bajunya dan berlalu keluar dari kamar untuk menemui sopir yang akan mengantar dia ke tempat pesta. "Maaf ya pak sudah menunggu lama, ayo kita pergi." ucap Bulan seraya mendekat.
Si sopir tampak menganga melihat penampilan Bulan. "Maaf anda siapa ya?"
"Pak masa tak tahu? Ini saya pak Bulan." ucap Bulan seraya memberikan senyuman.
"Oh ya ampun neng, saya tak tahu. Eneng cantik dengan gaun itu, bapak yakin kalau eneng pasti akan jadi pusat perhatian kalau sudah berada di sana."
"Terima kasih Pak, ayo kita pergi jangan sampai Tuan Surya jengkel."
"Silakan neng." balas si sopir sambil membuka pintu.
"Kita lewat belakang atau depan neng?"
"Saya ini, kan pelayan pak. Tentu saja lewat di belakang."
"Oh siap Neng." Mobil pun berjalan keluar dari pekarangan rumah dengan tujuan ke tempat pesta. Sementara itu Surya tampak gelisah.
Ini sudah lama tetapi Bulan tak kunjung datang. Sebenarnya wanita itu ada di mana? Padahal Surya sudah membelikan dia gaun, jadi tidak ada masalah, kan?
Sialnya Surya tidak memiliki nomor ponsel Bulan dan ya dia sangat gelisah sekarang. "Tuan Surya, kenapa anda terlihat kurang senang? Apa ada sesuatu yang salah?"
"Tidak ada, maaf aku harus pergi." Surya kemudian beranjak menghampiri sosok Dona yang dibalut dengan gaun seksi.
"Dona, kenapa Bulan belum datang juga?"
"Maaf Tuan saya juga tak tahu. Mungkin karena sedang bersiap, anda harusnya mengerti jika seorang wanita itu butuh waktu yang lama untuk berdandan." Surya mendengus kemudian pergi dari ramainya orang.
Surya melangkahkan kakinya menuju balkon belakang rumah tersebut. Di sana dia mengeluarkan rokok dan korek api untuk menenangkan pikiran.
Sebenarnya Surya bukanlah perokok aktif. Dia melakukan ini hanya karena sedang gelisah saja. Dari balkon tersebut dia bisa melihat beberapa pelayan yang keluar masuk termasuk beberapa pelayan wanita yang mengenakan gaun.
Saat itulah dia melihat sosok wanita dengan gaun merah keluar dari mobil yang paling akhir. Mata tajamnya terus menatap si gadis yang melewati beberapa pria dan mengembangkan senyuman tatkala dia ditatap.
Semua pria yang memandangnya selalu terpaku termasuk Surya. Tak lama senyuman muncul di bibirnya, dia langsung mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Tomy.
"Tom, dia datang. Gadis itu mengenakan gaun merah dan kau harus memperhatikannya, aku akan mendekati dia." Tom yang berada di ruangan CCTV langsung meminta penjaga agar menyorot wanita yang mengenakan gaun merah.
Ternyata untuk mencari Bulan sangatlah gampang. Wanita itu sukses menarik perhatian sekitar dengan gaun yang merah menyala dan Tom segera mengonfirmasi pada Surya. "Kita sudah menyorotnya. Aku jamin kita tak akan kehilangan jejak wanita itu."
"Baik." Sementara itu Bulan tampak kikuk dengan pesta tersebut. Bagaimana tidak? Semua mata memandang ke arahnya. Apa karena dia mengenakan gaun merah ya?
"Kau akhirnya datang juga. Tuan Surya menunggumu dari tadi." ucap Dona seraya mendekat pada Bulan.
"Bu Dona, kenapa ya mereka memandang saya? Penampilan saya burukkah?" Dona menatap Bulan dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Tidak malah kau terlihat sangat menawan. Mereka melihatmu karena kau cantik."
"Terima kasih Bu, ngomong-ngomong di mana ya Tuan Surya? Saya mau minta maaf karena telat."
"Saya pun tak tahu tapi dari tadi saya lihat Tuan Surya bergerak ke taman. Lebih tepatnya di sisi bangunan ini."
"Oh kalau begitu makasih ya." Bulan bergerak ke tempat yang sesuai diarahkan oleh Dona tapi di sana tak ada siapa pun yang membuat Bulan bingung.
Cahaya rembulan yang awalnya tertutup oleh awan mendadak menerangi tempatnya berdiri. Bulan membuang napas kasar lalu melepas topeng yang dia kenakan. Rasanya kegerahan sekali.
"Wah, wah, akhirnya kau muncul juga sendiri." Jantung Rembulan rasanya mau copot mendengar suara berat dari Surya.
"Tuan Surya?" ucapnya otomatis. Sial sekali, Surya datang di waktu yang tepat jadi ini artinya Surya tidak mengenalnya sebagai ....
Surya lalu menampakkan diri. Dia lalu berjalan mendekat pada Bulan yang mematung. Tak tahu harus melakukan apa.
Bulan terkejut saat Surya menggenggam lengannya dengan erat. Sudah pasti Bulan tak akan dilepaskan.
"Kau tak bisa lari kemana-mana lagi. Ada banyak penjaga di sini dan juga CCTV jadi mau lari ke mana pun aku akan tahu kau bersembunyi di mana." Gadis itu bukannya pergi malah diam saja.
"Kenapa kau diam saja, kau mencari akal untuk keluar dari sini?" Sungguh jawaban yang tak terduga, Bulan menggeleng.
"Berarti kau akan patuh padaku?"
"Tidak ada yang bisa saya lakukan Tuan. Anda telah menangkap saya dan Anda juga bilang kalau saya tidak akan bisa bersembunyi jadi apa yang harus saya lakukan selain pasrah?" Surya menyeringai. Dia memojokkan Bulan dengan merangkul pinggang Bulan sekaligus menghimpitnya.
Sekarang wajah Bulan sangat dekat dengan wajah Surya. "Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa namamu?"