NISIR 05 || Kencan

1260 Words
Bima pulang dalam keadaan kacau. Selain karena mobil kesayangannya kembali berulah, ia juga di pusingkan dengan pengakuan cinta Tiara si dosen cantik kampusnya. Setibanya di rumah Bima memilih masuk ke ruang kerja untuk menenangkan diri. Ia masuk begitu saja mengabaikan istri dan putri bungsunya yang menyapanya saat tiba di rumah. Astrid dan Syafa putrinya saling berpandangan, "Ma si papah kenapa ya? Pulang-pulang langsung nyelonong aja ke ruang kerja. Kita nyapa ngga di anggap." "Mama juga ngga tahu dek." "Pasti si papa lagi pusing sama urusan kantor sampe nyuekin istri dan anaknya." "Iya kayaknya. Ya udah kamu istirahat gih. Mama mau samperin papa kamu dulu di kantor. Kasihan papa mu takut belum sempat makan malam." ucap Astrid kepada Syafa. "Ya udah deh. Syafa balik ke kamar lagi ya. Kan si papa udah pulang tuh." Astrid mengiyakan. Ia tadi meminta putri bungsunya yang sedang belajar di kamar untuk menemaninya menonton TV sambil menunggu papa mereka datang. Setelah Syafa kembali ke kamar, Astrid berinisiatif membuatkan teh manis hangat untuk suaminya yang lelah sehabis pulang kerja. Astrid mengetuk pintu ruang kerja, lalu ia pun masuk setelah di persilahkan. "Tumben pulangnya terlambat, sayang?" tanya Astrid memulai percakapan. Ia meletakkan secangkir teh hangat di atas meja. "Mobil ku mogok dan juga hape kehabisan batre. Untungnya bertemu kenalan saat kunjungan ke kampus lama." "Oh gitu. Pantesan kita di cuekin tadi." Bima meraih tangan istrinya lalu mengecup lembut, "Maaf bukan maksud ku untuk mengabaikan kalian, tapi..." "Iya sayang kami mengerti. Kamu suka kayak orang linglung kalo lagi mumet otaknya." Bima tersenyum. Ia menarik tubuh istrinya untuk duduk di pangkuannya. "Kamu ngapain hari ini pergi ke dokter Mitha,hm." Bima bertanya kepada Astrid sambil mencumbu leher istrinya. Kedua tangannya meremas p******a yang berukuran sedang tsb. "Kamu mata-matain aku." ucap Astrid tak suka. "Tentu saja. Untuk mendapatkan yang aku inginkan aku tak segan-segan memata-matai kamu. So ngapain kamu ke dokter kandungan?" Bima menarik paksa baju tidur istrinya hingga robek. "Aah... aku periksa rahim ku." Astrid menggigit bibir bawahnya saat Bima asik memainkan putingnya. Bima menghisap dan memainkan benda coklat yg sudah mengeras itu dengan kuat. "Kau yakin? Tidak berbohong?" Astrid mengangguk. Suara desahannya terdengar tatkala jari-jari tangan Bima berhasil masuk ke area terlarangnya. Astrid bergerak naik turun di pangkuan Bima. Tubuh polos mereka berkilat terkena cahaya bulan yang terang benderang malam itu. Peluh bercucuran menandakan panasnya pergumulan sepasang suami istri itu. Sama seperti sebelumnya, Bima kembali membayangkan Tiara tiap kali bercinta dengan Astrid. Bima melakukannya lebih kasar dari biasanya, sehingga membuat Astrid merasa ada yang aneh dengan suaminya itu. "Sayang... Kamu kasar." protes Astrid selepas Bima membuang benihnya. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya terasa sakit tiap kali melayani Bima. "Apanya?" ucap Bima datar. "Kamu melakukannya sangat kasar sayang dan itu menyakiti ku." "Yang benar? Aku melakukannya dengan lembut sayang. Kamu terlalu sensitif dengan program kehamilan ini." "Ngga yank, aku yang rasain beberapa hari terakhir ini kamu kasar banget. Kalau ada masalah di kantor tolong jangan dilampiasin sama aku kayak tadi." Bima memeluk erat tubuh istrinya, dikecupnya dahi istrinya dengan lembut. "Maaf kalau itu membuat kamu ngga nyaman. Tapi aku ngga bisa mengontrol diri aku sendiri kalau ketemu kamu yank." "Tapi akunya ngerasa sakit, Bim. Biasanya kamu lembut banget tadi tuh beringas." Bima tertawa,"Tapi kamu tadi seru banget erangnya yank. Ku kira kamu doyan di kasarin kayak tadi." "Ngga. Aku ngga sanggup kamu kasarin lagi yank. Ngga sanggup aku. Aku ngga mau layani kamu lagi kalau kamu kasar terus." Mendengar itu amarah Bima mulai muncul, "Oh begitu ya. Jadi kamu menolak melayani kebutuhan suami kamu cuma gara-gara kamu aku kasarin di ranjang, begitu." Astrid tampak ketakutan mendengar intonasi suara suaminya yang mulai marah, "Kalau begitu ucapkan selamat tinggal untuk bisnis mu itu." "Sayang bukan begitu maksud..." Bima membungkam mulut istrinya dengan ciuman kasar. Ia juga kembali menggerakkan miliknya dan menghentakkannya dalam-dalam. Astrid berusaha melepaskan diri dari kungkungan suaminya tapi tak bisa. Astrid tak henti menangis saat di gauli oleh Bima, lain halnya dengan Bima yang semakin b*******h mendengar isak tangis istrinya. Sepertinya ia menikmati hard s*x yang ia jalani saat ini. Astrid terkulai lemas tak berdaya setelah dihantam bertubi-tubi oleh suaminya sendiri. Bima membawa istrinya ke kamar dan keduanya pun terlelap. Sementara itu, Tiara tengah di pusingkan oleh sang paman yang berniat menjodohkan dirinya dengan seoranv pria anak kenalannya. Tiara bersikeras tak mau meski hanya cuma bertemu sekali, tapi pamannya terus memaksa. "Ayolah ketemu sekali saja. Kamu lihat dulu orangnya kalo sreg monggo di lanjut, kalo ngga ya Mamang ngga akan maksa. Tapi setidaknya ketemu dulu baru ambil keputusan." ucap Mamang Wahyu saat mengunjungi Tiara di rumahnya. "Kenapa sih mamang maksa aku terus. Aku cuma ngga mau nantinya dia ngarep. Mending ngga usah ketemu sekalian Mang." ucap Tiara menegaskan. Wahyu kekeuh meminta keponakannya untuk ketemu meski hanya sekali. Tiara yang kesal akhirnya setuju untuk bertemu dengan anak teman Pamannya. "Oke deh Tiara mau ketemu, tapi ingat cuma kali ini doank. Tiara ngga mau ada pertemuan-pertemuan lainnya lagi." ucap Tiara menperingati. "Oke oke Mamang paham, ini pertama dan terakhir kalinya kalian bertemu. Mamang ngga akan paksa kamu untuk suka sama dia yang terpenting kalian udah ketemu dan berkenalan." "Ya udah Tiara pegang janjinya Mamang. Awas kalo sampe ingkar." Tiara pun janjian bertemu dengan pria yang bernama Alarick hari minggu yang cerah di sebuah cafe. Tiara menolak untuk di jemput dirumahnya. Ia memilih pergi menggunakan angkutan umum bukan motor yg biasa menemaninya kemana pun. Wahyu sang Paman sempat mengomentari cara berpakaian Tiara yang terkesan cuek. Namun Tiara mengabaikannya. Ia hanya mengenakan kaos, celana jeans dan sandal serta tas kecil untuk menyempurnakan penampilannya. Wajahnya pun tidak di hias karena malas. "Kalau Mamang protes terus, lebih baik Tiara batal nih pergi ketemu orang itu." Ancam Tiara sebelum ia berangkat. "Oke oke terserah kamu aja." Bima turun dari mobilnya, ia membuka pintu untuk sang istri. Astrid menggandeng suaminya berjalan menuju sebuah cafe. Lelah melayani Bima, Astrid meminta Bima untuk kembali berkencan karena sudah lama mereka tidak berkencan. "Tumben kamu mau makan malam di cafe, Yank. Biasanya pengen restoran langganan." tanya Bima saat keduanya tengah menikmati makanan yang baru saja tersaji. "Kali-kali kencan di Cafe sayang. Lagian Cafe ini lagi happening banget di IG. Terus bagus juga interiornya." "Jadi kamu kesini karena biar bagus buat foto-foto?" "Iya donk. Emak-emak jaman sekarang juga harus ikutan trend terkini yank. Si adek tuh suka nyindirin aku karena ngga tahu yang lagi happening." Bima menggelengkan kepalanya, "Ada-ada aja sih kalian tuh." "Masih mending si adek sayang, kalo si kakak ada di rumah udah deh aku ngga ada yang belain." "Makanya bikin anak lagi biar nanti ada yang belain kamu." "Ini kan lagi proses sayang." Bima mencium bibir istrinya. "Abis dari sini bikin lagi ya." Astrid langsung cemberut, Bima tertawa karena senang mengjahili istrinya. Tiba-tiba wajah Bima mengeras saat matanya menangkap sosok wanita yang selalu menghantui pikirannya akhir-akhir ini. Ia melihat Tiara baru masuk ke Cafe yang ia datangi bersama Astrid. Gadis itu nampaknya tidak menyadari kehadirannya. Bima terus memperhatikan gerak-gerik Tiara yang bertemu dengan seorang pria muda di meja sebrang sana. Bima semakin kesal saat pria muda itu mencoba akrab dengan Tiara, namun Tiara tidak terlalu menanggapinya. Merasa di abaikan, Astris pun menegur suaminya. "Yank, kamu dengerin aku ngomong ngga?" ucap Astrid kesal karena ucapannya tidak ditanggapi. "Eh... Apa yank? Kenapa?" "Tuh kan aku ngomong panjang lebar di cuekin. Aku bilang aku mau beli cincin berlian di toko temen ku yank. Boleh ya." "Iya beli aja. Nanti aku bayar." ucap Bima tanpa mengalihkan perhatiannya dari Tiara. "Yank, aku ke toilet dulu ya." Bima langsung pergi menyusul Tiara ke toilet. Bima sengaja menunggu di luar. Tiara tampak terkejut saat melihat Bima berdiri menjulang di depannya dengan tatapan kesal. "Mas... Bima. Ngapain disini?" ucap Tiara terkejut bertemu Bima. "Harusnya aku yang tanya kenapa kamu disini sama seorang pria." ucap Bima menahan kesal. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD