NISIR 09 || Nasihat

1242 Words
Malam itu malam yang panjang bagi keduanya. Malam yang berkesan terutama bagi Tiara yang baru saja melepas keperawanannya untuk pria yang ia cintai. Rasa nyeri di area intimnya pas di awal perlahan mulai memudar, tergantikan dengan kenikmatan yang luar biasa.  Tubuhnya terlonjak-lonjak seiring dengan gerakn Bima yang menghujam intinya dengan cepat dan dalam. Racauan keduanya pun saling bersahutan memenuhi kamar. Bima begitu menikmati penyatuan mereka malam itu. Bima tak sabar mengajak Tiara melakukan berbagai macam gaya. Tiara yang masih belum berpengalaman berusaha mengimbangi kekasihnya itu. Ia mengalami beberapa kali pelepasan yang membuat tubuhnya ringan.  Keduanya saling menatap mesra. Tiara tengah bergerak naik turun di pangkuannya. Bima merasa sudah waktunya ia untuk menyebar benihnya. Ia pun bergerak menumbuk dari bawah membuat Tiara menjerit nikmat beberapa saat sebelum keduanya terkulai lemas di ranjang.  Tiara menekan tubuhnya agar benih Bima masuk dan memenuhi rahimnya. Bima pun tak membiarkan Tiara beranjak dari tubuhnya. Beberapa kali hentakan menyudahi pergumulan keduanya malam itu. Bima memeluk Tiara erat. Ia mengecupi wajah kekasihnya yang tampak kelelahan namun bahagia luar biasa. "Makasih sayang udah jaga ini buat Mas." Tiara tersipu malu. Ia mengeratkan pelukannya, menyembunyikan wajahnya yang memerah.  Bima tertawa. Dengan lembut ia mengusap rambut kekasihnya itu. "Masih sakit banget ngga? Biasanya pas bangun tidur kerasa ngga nyamannya."  "Ngilu dikit Mas. Tapi emang wajar kan seperti itu untuk yang baru pertama mengalaminya." "Iya sayang wajar banget. Kalau sering udah ngga bakal sakit lagi, ketagihan." "Sekarang aja ketagihan kok." ucap Tiara mencium bibir Bima. Pria itu membalas ciumannya sembari meremas b****g indah itu.  Tiara mengambil alih dengan menduduki tubuh Bima. "Adek tahu Adek masih sangat pemula untuk hal ini. Adek hanya ingin membuat Mas puas dengan Adek. Ijinkan Adek melayani Mas seperi yang dilakukan Mba Astrid kepada Mas." ucap Tiara sambil membelai wajah Bima.  Pinggulnya bergerak perlahan berputar pelan membuat Bima kelenjotan. "Yank... Ough..." Bima ingin Tiara segera memulainya.  "Adek akan memuaskan Mas. Penuhi rahim Adek dengan benihnya Mas. Adek ingin mengandung anaknya Mas."  Bima menarik wajah kekasihnya dan menciumnya. Gerakan keduanya semakin cepat, menimbulkan bunyi perpaduan yang terdengat indah. "Hanya Mas yang boleh memiliki Adek. Tak ada yang boleh memiliki kamu selain Mas." Tiara mengangguk tersenyum bahagia. Tiara memeluk tubuh Bima bahagia. Tiara mengerang nikmat mendapat gempuran panas kekasihnya. Malam itu Bima berkali-kali memenuhi rahim Tiara dengan cairan kentalnya yang hangat, sampai keduanya terlelap.  *** Tiara bangun lebih awal. Ia tersenyum melihat pria yang ia cintai masih terlelap diranjang setelah semalaman bercinta. Dengan perlahan ia turun dari ranjang dan berjalan ke luar kamar untuk membersihkan dirinya.  Tiara meringis dan berjalan tak nyaman karena semalam ia baru saja menyerahkan harta berharganya untuk Bima. Setelah segar, ia pun bersiap membuatkan Bima sarapan.  Tak lama Bima pun bangun. Ia mencari kekasihnya yang ternyata tengah bersenandung ria di dapur sambil memasak sarapan. Bima menyandarkan tubuhnya di tembok. Tiara mengenakan kemejanya yNg kebesaran dan hanya mengenakan celana dalam saja. Ia pun menghampiri kekasihnya itu, memeluknya dengan erat dari belakang membuat Tiara kaget. "Morning sayang." sapa Bima mengecupi tengkuknya. Tangannya masuk ke dalam kemeja dan meremas breast kenyal itu.   Tiara mengerang nikmat. "Pagi Mas... Aaah..." Bima menyentil putingnya yang menegang. Ia pun tertawa melihat Tiara meringis nikmat.  "Jangan di sentil Mas sakit."  "Abis Mas gemes yank. Bagaimana bisa seindah ini. Sama seperti yang Mas bayangkan dulu, tapi ini jauh lebih indah." Tiara merasa bangga memiliki d**a montok yang proporsional. Membuat kekasihnya semalaman menyusu padanya. "Semua ini punya Mas." "Iyaa... Maaas..." erang Tiara. Bima mematikan kompor dan membalik tubuh kekasihnya menghadap dirinya.  Tanpa perlu pemanasan lagi, Bima kembali menggauli Tiara di dapur. Tiara bergerak lincah mengimbangi gerakan kekasihnya. Kegiatan panas mereka berlanjut di kamar mandi.  Seperti yang di katakan Bima sebelumnya kalau ia tak akan melepaskan diri sebelum ia puas, dan Tiara tak mengeluh disaat tubuhnya sudah tak mampu lagi mengimbangi gerakannya. Ia hanya pasrah sampai Bima selesai dengan urusannya. *** "Ngga usah bete gitu yank, jelek tahu." ucap Bima mencium bibir Tiara yang mengerucut. Ia paham kenapa kekasihnya itu cemberut, pasalnya ia jadi tak bisa berangkat mengajar karena Bima membuatnya kelelahan. "Mas jahat Adek jadi bolos kerja hari ini." "Kalo kerja juga kamu ngga akan bener sayang. Badan kamu kecapean, lebih baik istirahat yang cukup. Apalagi jalan kamu kayak pinguin gitu, temen-temen dosen pasti ngakak lihat jalan kamu kayak gitu. Keliatan banget abis kehilangan perawannya."  Tiara cemberut. Perkataan Bima ada benarnya. Dari semalam hingga beberapa saat yang lalu ia dibuat jalan mengangkang oleh Bima. Rasanya nyeri untuk merapatkan kakinya agar bisa berjalan seperti biasa. Bisa jadi mereka tahu kalau dirinya sudah tidak perawan lagi.  "Lebih baik kamu istirahat aja. Habis sarapan Mas mau ke kantor. Nanti kita ketemu lagi ya." "Iya Mas. Hati-hati di jalan ya. Kalau udah sampai kantor kabari Adek ya Mas." "Pasti." Bima mencium bibir Tiara mesra lalu ia pun beranjak pergi dari rumah kekasihnya. Tiara melambaikan tangan ke arah Bima yang berjalan menjauh dari kontrakannya. Saat membalikkan badannya ia di kagetkan dengan kemunculan Atik yang penasaran dengan Bima. "Ya ampun Mba, bikin kaget aja." Tiara mengelus dadanya.  "Apa dia pria yang kamu ceritain waktu itu?" tanya Atik penasaran. Tiara tersipu malu. Ia menganggukkan kepalanya.  Atik manggut-manggut, "Pantesan kamu sampe klepek-klepek dibuatnya lah gagah kayak gitu."  "Ah Mba Atik bisa aja. Tapi sayang suami orang Mba." ucap Tiara sedih.  "Bentar lagi jadi suami kamu. Toh semalam kalian gencar banget mainnya." Wajah Tiara memerah. "Ngga usah kaget gitu ah. Untung kontrakan sepi cuma Mba aja yang denger." Tiara semakin malu. Kepalanya tertunduk malu. Ia tak habis pikir pergumulannya semalam terdengar ke tetangga. Yang ia pikirkan semalam adalah bagaimana caranya ia bisa memuaskan Bima.  "Ya ampun Mba aku malu. Aku kira ngga akan ada yang denger, ngga tahunya..." ucap Tiara menutup wajahnya dengan kedua tangan. Atik tertawa. Ia membawa Tiara masuk ke dalam rumah.  "Suara kalian semalam bikin Mba merinding. Mana semalam Abang lembur lagi belum pulang sampai sekarang. Bingung kan mau salurin sama siapa kalo suami lembur." "Maafin Tiara Mba. Tiara ngga bermaksud begitu." ucapnya malu.  "Kamu tenang aja Mba udah tanya Abang kapan pulang. Katanya sih lagi di jalan. Nanti pas udah sampe rumah baru deh giliran Mba sama Abang yang bikin kamu merinding disko." goda Atik sambil tertawa.  Tiara benar-benar malu. Belum ada ikatan suci pernikahan tapi ia sudah berani berhubungan intim dengan kekasihnya, apalagi kekasihnya itu adalah pria yang sudah memiliki istri dan anak. Atik menepuk pundak Tiara perlahan. Ia tersenyum melihat kegundahan di wajah Tiara. "Dek Mba ngga akan menjudge kamu tentang yang udah kalian lakukan semalam. Itu urusan kalian, Mba ngga berhak ikut campur. Mba hanya akan mendoakan yang terbaik saja buat hubungan kalian kedepannya." ucap Atik menasehati.  "Kamu pasti paham kan konsekuensi berhubungan intim diluar pernikahan? Apalagi sepertinya kalian bermain tanpa menggunakan pengaman, jadi besar kemungkinan benih itu akan tumbuh di rahim mu." Atik mengelus perutnya yang rata.  Tiara mengangguk, "Mas Bima memang selalu membuangnya di dalam Mba. Itu pun karena aku yang memintanya. Aku juga ingin mengandung benih Mas Bima, maka dari itu aku ngga mempermasalahkan memberikannya semalam karena aku mencintai Mas Bima."  "Mencintai orang yang kita cintai memang tidak salah, hanya saja Mba ngga mau kamu hanya di manfaatkan oleh pria itu demi kepuasannya sendiri. Syukur-syukur dia menikahi kamu secara resmi jadi kalau pun kamu hamil posisi mu adalah wanita yang sudah menikah. Kamu mengandung anak dari suami mu. Kamu paham kan maksud Mba." Tiara kembali mengangguk. "Mba cuma titip pesan berhati-hatilah dalam berhubungan, karena bagaimana pun nantinya tetap kamu yang akan di salahkan. Kasihan anak kamu nanti."  "Iya Mba. Makasih sudah mengingatkan aku."  "Sama-sama. Eh Abang udah pulang tuh. Mba balik dulu ya mau eksekusi Abang dulu. Bye..." Atik keluar dari rumahnya dan segera menghampiri suaminya yang baru pulang kerja. Sepertinya tetangganya itu sudah tak tahan untuk berteriak-teriak nikmat seperti Tiara dan Bima, karena tak perlu menunggu waktu lama Tiara mendengar suara erangan dan desahan Atik dan suaminya.  *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD