Tok... Tok... Tok...
"Masuk."
Seorang pria masuk ke dalam ruang kerja Bima. "Permisi Pak, ini ada yang mengirim makan siang untuk bapak."
Bima terlihat kesal, "Kenapa bukan orangnya yang antar kemari? Orang yang mengantar makanannya mana? Saya kan tadi udah berpesan kalau ada yang antar makan siang buat saya, suruh antar langsung ke ruangan saya.
"Maaf Pak, orang yang mengantar makanannya seorang ojek online. Maka dari itu saya yang antar makanannya kesini."
Bima semakin kesal, "Ya sudah terima kasih."
Pria itu pun pamit keluar dari ruangan. Bima menatap rantang tupperware itu terselip sebuah surat untuknya.
Dear Mas Bima...
Maaf karena tidak menepati janji untuk mengantar makan siang secara langsung.
Ada hal mendadak yang membuatku tidak bisa mengantarkannya secara langsung.
Sekali lagi Tiara minta maaf.
Love you Mas
Bima membuka wadah yang masih terasa hangat. Wangi aroma masakan buatan Tiara menggugah seleranya. Bima segera menyantap menu makan siang hingga tandas.
Sementara itu, Tiara meringis kesakitan mengobati luka-luka di tubuhnya. Tangan mungilnya mungkin bisa menjangkau area luka bagian depan tapi bagian belakang tubuhnya ia kesulitan.
Untunglah ia di bantu oleh tetangganya Mba Atik yang tak tega tiap kali paman dan bibi Tiara datang, selalu meninggalkan luka ditubuh gadis itu. "Kali ini kenapa lagi?" tanya Mba Atik penasaran.
Selama ini Atik tak ingin ikut campur dengan urusan Tiara, tapi nampaknya rasa keingintahuan mendesak dirinya untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Tiara diam membisu, "Maaf kalo Mba ikut campur sama urusan keluarga mu, tapi Mba cuma penasaran kenapa badan kurus kamu selalu penuh luka. Kamu boleh cerita sama Mba apa yang terjadi. Siapa tahu Mba bisa kasih saran atau mungkin bisa membantu mengurangi kesedihan kamu."
Tiara menatap wanita yang selalu membantunya itu, "Tiara ngga tahu harus cerita dari mana, Mba. Tiara malu cerita sama Mba."
Atik terdiam, ia memberikan waktu bagi Tiara untuk bercerita. Tak lama ia pun menceritakan semuanya. Tiara menjadi anak yatim piatu sejak dia SMP. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan lalu lintas, tapi menurut kasak-kusuk yang sampai ditelinganya ada orang yang menjahili mobil ayahnya hingga kecelakaan itu terjadi.
Sejak ditinggal kedua orang tuanya, Tiara di asuh oleh adik sang ayah yaitu Wahyu dan Sri. Tiara mengatakan dulu paman dan bibinya sangat baik tapi entah mengapa mereka berubah. Jika dulu hanya teriakan dan bentakan saja yang sering ia dengar, tapi kali ini mereka sudah bermain fisik.
Entah berapa kali Tiara mendapat pukulan maupun tendangan dari paman dan bibinya itu, termasuk hari ini saat ia pulang pagi. Paman dan bibinya tak mau mendengar penjelasannya, mereka langsung menghajarnya begitu saja.
"Ya Tuhan ada yang manusia biadab kayak gitu. Kenapa kamu ngga lapor polisi, dek. Kasih pelajaran biar mereka tidak seenaknya sama kamu."
"Tiara takut Mba. Mereka tidak akan tinggal diam untuk melakukan hal yang lebih lagi dari ini. Dulu sekali Tiara pernah melaporkan mereka ke kantor polisi, tapi mereka pandai mengelak dan akhirnya Tiara berbaring lama di rumah sakit. Tiara tak punya kekuatan untuk melawan mereka. Bahkan Tiara yakin kalau uang santunan dan uang asurasi milik papa dan mama di habiskan oleh mereka, karena dulu Tiara belum cukup umur untuk menerima uang sebesar itu. Tiara cuma iya iya saja dan percaya paman dan bibi akan amanah tapi nyatanya Tiara salah."
"Semoga mereka mendapat ganjaran dari apa yang telah mereka lakukan sama kamu, Dek."
"Amin Mba. Tiara cuma bisa berdoa agar Tiara bisa mendapatkan keadilan, karena selama ini Tiara tidak bisa memperjuangkan satu-satunya harta warisan papa mama."
Atik memeluk tubuh Tiara yang ringkih. Tiara menangis dalam pelukan Atik. Saat ini ia hanya sendiri, tak punya siapapun yang dapat menjadi pegangan dan sandaran baginya. Tiara merasa lega karena sudah mengeluarkan isi hatinya sambil menangis. Ia pun terlelap.
Sementara itu Wahyu dan Sri tengah menyusun rencana gimana caranya mendapatkan harta keluarga Birowo. Tiara harus mau menjadi keluarga Birowo agar bisa mereka kuras hartanya.
"Jadi gimana Pak? Gara-gara anak sialan itu semua rencana kita hancur berantakan." ucap Sri kesal karena Tiara menghancurkan segalanya.
"Rencana yang sudah kita susun matang-matang tetap harus berjalan. Anak itu harus menikah dengan Alarick dan menjadi menantu di keluarga mereka. Tak akan ku biarkan dia mengacaukan lagi rencana yang sudah kita rancang."
"Gimana caranya Pak? Bapak tahu sendiri den Alarick udah malas dengan Tiara."
"Bapak yang akan merayu Alarick, lagi pula Bapak tahu dia menyukai Tiara sejak lama. Jadi tinggal rayu sedikit tak masalah."
Sri manggut-manggut. "Oke Ibu ngikut aja bagusnya kayak gimana, yang jelas kita udah kehabisan uang sekarang. Ibu malu ketemu teman-teman pakai yang itu lagi itu lagi."
Wahyu mengelus rambut istrinya, "Bersabarlah. Sebentar lagi kita akan mengeruk semua harta keluarga Birowo setelah Tiara di nikahi Alarick. Ibu bebas menghambur-hamburkan uang mereka."
Mata Sri berbinar-binar dan semakin tak sabar ingin segera hidup mewah, tak perlu pusing setiap bangun pagi memikirkan hidupnya. Tapi tiba-tiba raut muka Sri berubah.
"Tapi kalau anak itu ngga mau gimana?"
"Akan ku buat dia pergi ke neraka seperti kedua orang tuanya. Berani membantah ku nyawanya menghilang." ucap Wahyu dengan tatapan tajam.
Wahyu teringat kakaknya Seno dan istrinya Vania yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang berujung maut karena tak mengindahkan permintaan Wahyu untuk memberi suntikan dana untuk kantornya.
Seno bukannya tak mau memberi suntikan dana, tapi saat itu kondisi perusahaannya pun sedang terombang ambing karena ada pegawainya yang menggelapkan uang perusahaan.
Belum lagi Wahyu sudah berkali-kali meminjam dana perusahaan tanpa berniat mengembalikan lagi uang perusahaan yang ia pinjam.
"Alaah duit segitu mah buat perusahaan sebesar itu mah dikit." ucap Wahyu dengan santainya.
"Bukan gitu Dek, Mas beneran ngga bisa pinjemkan uang saat ini. Berkas kasus korupsi baru mau dilinpahkan ke meja hijau. Mas harus bisa keep sisa dana perusahaan yang masih ada untuk menggaji karyawan." jelas Seno.
Wahyu sangat kesal tak bisa mendapatkan apa yang ia inginkn untuk melunasi semua hutangnya. Maka dari itu ia merencanakan untuk menghilangkan nyawa Seno dengan menyabotasi mobilnya.
Rencana Wahyu memang berjalan sukses karena sang kakak mati dalam kecelakaan mobil di jalan tol. Tak hanya kakaknya yang mengalami kecelakaan, ternyata Vania dan Tiara pun turut mengalami kecelakaan.
Berencana ingin tamasya ke Taman Mini, ternyata mereka mengalami kecelakaan. Hanya Tiara yang selamat dan menjadi tanggung jawab paman & bibinya.
Uang asuransi dan santunan perusahaan telah habis dipakai Wahyu dan Sri foya-foya. Mereka pernah berkata kalau apa yang selama ini mereka lakukan adalah hutang yang perlu di bayar oleh Tiara, karena mengasuh seorang anak itu butuh biaya dan biaya itu tak murah.
***
TBC