?4

673 Words
Happy Reading! Mawar membuka matanya dan langsung terkejut saat mendapati dirinya terbaring di kamar yang tidak ia kenali. Ceklek "Kau sudah bangun?" Revan masuk dengan segelas s**u di tangannya membuat Mawar spontan memeluk tubuhnya. "Tuan_" "Sssttt! Jangan memanggilku tuan!" Ucap Revan lalu menutup pintu kemudian segera beranjak mendekati wanita yang dinyatakan tengah mengandung bayinya itu. Mawar menatap sekeliling. "Kita ada di mana tuan?" Tanya Mawar membuat Revan menggeram marah. "Sudah kubilang jangan panggil aku tuan. Apa kau tuli?" Bentak Revan membuat Mawar menciut ketakutan. "Ma_maaf tu__eh" Mawar segera menutup mulutnya. Ia hampir keceplosan memanggil tuan lagi. Revan menghela napas. "Mulai sekarang panggil aku sayang!" Titah Revan membuat Mawar mengernyit bingung. "Sayang? Tapi kan tuan majikan saya." ucap Mawar membuat Revan langsung menyentuh perut rata mawar. "Di dalam sini. Ada bayi saya. Kamu sedang mengandung, Mawar." ucap Revan memberitahu membuat Mawar melotot kaget. "Apa? Tapi tuan, saya_ bagaimana dengan nyonya? Tidak tuan_ saya tidak boleh hamil. Ini__" "Pssstt! Diam Mawar!" Bentak Revan membuat Mawar langsung diam. "Saya akan bertanggung jawab dan lupakan tentang Meysa karena saya akan menceraikan dia." ucap Revan membuat tubuh Mawar mematung. "Jangan tuan_ tidak boleh. Kasian nyonya. Saya_ saya bisa kok merawat anak ini sendiri. Tuan_ tidak perlu bertanggung jawab." Tolak Mawar cepat. Ia tidak ingin disebut pelakor. Revan menatap Mawar tajam. "Di sini saya yang memutuskan bukan kamu. Besok kita akan menikah dan saya tidak menerima penolakan." ucap Revan lalu memberikan s**u yang tadi ia bawa. "Minum itu!" Titahnya membuat Mawar perlahan meneguk s**u. "Habiskan!" bentak Revan saat Mawar berhenti minum. "I_iya tuan" Ucap Mawar lalu segera menghabiskan s**u itu. "Bagus."Revan mengambil gelas itu kembali lalu duduk dihadapan Mawar. "Dengar Mawar! Orang tuaku pikir kita sudah menikah. Jadi bersikaplah seolah kau adalah istriku. Mengerti?" Tanya Revan datar membuat Mawar mengangguk pelan. "Pintar." Ucap Revan sembari menepuk pelan kepala Mawar. "Sekarang istirahatlah! Jaga anak kita dengan baik karena aku akan membunuhmu jika janin itu cedera sedikit saja." ucap Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar kembali mengangguk. Jujur saja saat ini Mawar sangat ketakutan. Dan memang ia selalu ketakutan jika berhadapan dengan tuan Revan. Setelah mengatakan kehamilan Mawar dan sedikit mengancamnya, Revan bergegas keluar dari kamar itu. Sekarang ia hanya perlu mengurus Meysa, istri tukang selingkuh. Saat ini wanita itu pasti sedang sibuk bermain dengan seorang pria. "Kirim surat cerai dan tawarkan beberapa aset sebagai hadiah perpisahan." "Tapi bagaimana jika nyonya Meysa menolak untuk bercerai, tuan?" "Singkirkan seperti biasa!" "Baik tuan." Revan segera mematikan telponnya lalu melangkah menuju meja makan. "Kau sudah berikan susunya pada menantu mama?" Tanya Widya membuat Revan mengangguk. Berkat Mawar akhirnya ia bisa kembali bersama dengan keluarganya. Sebenarnya ia sangat ingin menemui orang tuanya namun kepergiannya saat itu yang lebih memilih Meysa membuatnya malu untuk pulang. Tapi sekarang, orang tuanya sendiri yang memintanya untuk pulang. Dan itu karena Mawar. Terlebih sekarang ia mendapat dua berkah, berkumpul bersama keluarganya kembali serta mendapat seorang anak. Keuntungan terbesarnya adalah saat itu orang tuanya sama sekali tidak tahu siapa wanita yang ia nikahi. Dan Revan bisa tebak bahwa orang tuanya juga tidak mencoba untuk mencari tahu. "Revan, maaf jika mama mengatakan ini tapi__ apa kau tidak memperhatikan istrimu. Mama senang karena dia adalah orang yang sederhana tapi memakai pakaian lusuh tidaklah baik. Bagaimana jika orang lain melihatnya." Ucap Widya menyampaikan pemikirannya saat pertama kali melihat pakaian yang dikenakan oleh menantunya. Revan langsung menghela napas. Pakaian yang dikenakan Mawar tadi memang sangat lusuh bahkan warna aslinya sudah memudar. "Dia memang sangat sederhana mah. Tapi justru itu yang membuat Revan tertarik." ucap Revan membuat Widya tersenyum. "Mawar memang sangat cantik tanpa make up. Wajahnya benar-benar seindah bunga mawar." puji Widya membuat Revan tersenyum tipis. Ia juga menyadari itu. Jika Meysa cantik wanita modern maka Mawar adalah jelmaan cantik natural yang wajahnya begitu meneduhkan. "Mama benar." Ucap Revan membuat Widya tertawa. "Sekarang pergilah ke kamar. Temani istrimu istirahat, sesekali tanyakan apa ada yang ingin dia makan. Karena mama lihat Mawar adalah tipe yang tidak mau merepotkan orang lain." ucap Widya membuat Revan mengangguk. Sepertinya mamanya benar. Ia harus menemani Mawar sekaligus melakukan kegiatan menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD