Happy Reading!
"Mawar!!" Teriak Meysa memenuhi rumah, lalu tidak lama terdengarlah suara langkah kaki yang berlari.
"I_iya nyonya?" Tanya Mawar ngos-ngosan.
Mesya menatap pelayannya itu tajam. "Bawa semua belanjaan saya ke atas!" Titah Mesya lalu berlalu dari sana namun kemudian ia berhenti tanpa berbalik.
"Apa suami saya sudah pulang?" Tanya Mesya membuat tubuh Mawar menegang.
"I_iya nyonya, tu_tuan baru saja pulang." Jawab Mawar gagap membuat Mesya langsung melanjutkan langkahnya.
"Huhh"Mawar menghela napas lega lalu segera mengambil semua paper bag yang berserakan di lantai kemudian membawanya ke kamar utama.
Mawar menaiki tangga dengan pelan, karena banyaknya barang yang ia bawa serta daerah kewanitaannya yang masih sakit. Tadi tuan Revan masih sempat menyerangnya saat ia sedang membersihkan dapur.
"Sayang, maaf ya. Namanya juga kerjaan nggak bisa di cancel." Ucap Mesya sembari duduk dipangkuan suaminya.
"Lupakan saja."Ucap Revan sembari menatap Mawar yang masuk untuk menata barang-barang nyonya Mesya.
Mesya menatap tajam pelayannya lalu menyentuh wajah suaminya dengan wajah merajuk. "Sayang, kenapa kamu lihatin pelayan itu?" rengek Mesya membuat Revan menyingkirkan lengan Mesya dari wajahnya.
"Kamu belanja lagi?" Tanya Revan membuat Mesya tersenyum lalu mengelus d**a bidang suaminya yang terbalut kemeja.
"Cuma 300 juta kok sayang, nggak banyak kan?" Tanya Mesya dengan wajah sok manis membuat Revan mengangguk saja. Uang 300 juta memang tidak seberapa untuk seorang pengusaha tambang seperti dirinya.
"Nyonya_ ini mau ditaruh di mana?" Tanya Mawar pelan membuat Mesya berdecak kesal.
"Taruh di lemari kan bisa! Gitu aja pakai tanya." Bentak Mesya membuat Revan mengepalkan tangannya. Merasa kesal akan tingkah istrinya, entah karena apa. Padahal sikap Mesya memang selalu seperti itu.
Mawar menunduk lalu berbalik berusaha menyusun barang-barang di lemari yang sebenarnya sudah penuh agar bisa dimasuki beberapa barang lagi.
"Oh ya, sayang. Besok aku ada pemotretan di puncak. Mungkin selama satu minggu, nggak papa kan?" tanya Meysa membuat tubuh Mawar menegang. Jika nyonyanya pergi maka sudah pasti tubuhnya akan menjadi sasaran empuk tuan Revan.
'Semoga nyonya Mesya ngajak aku pergi' Batin Mawar penuh harap. Tidak masalah jika ia harus dibentak sepanjang hari asalkan tidak harus terus dilecehkan oleh tuan Revan.
Revan tersenyum licik lalu mengangguk dengan lirikan mata yang mengarah ke punggung Mawar.
Mesya tersenyum senang lalu memeluk suaminya. "Terima kasih, sayang. Kamu memang sangat pengertian." Ucap Meysa bahagia.
"Nyonya_ apa saya ikut?" Tanya Mawar membuat pelukan Meysa pada suaminya melonggar.
Meysa menatap pelayannya itu lalu membatin 'Bagus jika Mawar ikut, diakan telaten kalau disuruh. Tapi masalahnya Danu juga ikut. Bagaimana jika Mawar melihat sesuatu yang tidak aku inginkan. Bisa kacau nanti'
"Tidak. Kamu di rumah saja. Lagipula saya sudah punya asisten khusus untuk pemotretan."
Deg
Tubuh Mawar rasanya ingin meluruh ke lantai. Itu berarti ia harus siap-siap dirodi oleh tuan Revan selama tujuh hari.
"Kenapa masih di sini? Pergi sana!" Usir Mesya membuat Mawar beranjak pergi dari kamar itu dengan langkah lemah.
Mesya turun dari pangkuan suaminya lalu berjalan untuk mengunci pintu.
"Karena aku akan pergi selama satu minggu, bagaimana jika kita__"Mesya menghentikan ucapannya berganti dengan tindakan. Ia mulai melepas dress seksi yang tadi ia pakai.
Revan tersenyum manis lalu menurunkan celananya hingga memperlihatkan kejantanannya yang sudah tegak karena melihat Mawar tadi.
Mesya segera menghampiri suaminya lalu duduk dipangkuan Revan. Mesya memposisikan dirinya lalu bergerak turun hingga kejantanan sang suami perlahan masuk ke tubuhnya.
"Akhhh_sesaakk"Desah Mesya. Hanya Revan yang bisa membuatnya sesesak ini. Mengingat ukuran yang dimiliki oleh suaminya juga sangat besar.
Revan memegang pinggang istrinya lalu mengehujam ke atas dengan keras hingga tubuh Mesya terhentak kuat dan langsung mendesah keras. Tak tanggung-tanggung, Revan langsung menusuk cepat, keras dan dalam membuat Mesya kelimpungan. Ia terus mendesah dan meneriakan nama suaminya itu.
"Ohh_akhh_Revannn__akhh" Desah Mesya membuat Revan berdiri dan membawa tubuh sang istri dalam gendongannya. Dan dalam posisi itu, Revan bahkan tidak mengurangi laju hujamannya.
Bukk
"Akhh_sakitt" rintih Mesya saat Revan mendorong tubuhnya ke dinding dengan keras sementara tubuh bagian bawahnya masih dihujam dengan cepat.
Namun rasa sakit dipunggungnya tidak bertahan lama karena kenikmatan yang diberikan oleh sang suami pada daerah intimnya.
"Ohh_shhh_aku keluarrr_akhh" Desah Mesya keras dibalas tusukan kasar Revan hingga tubuhnya mengejang dan.
"Arghhhhh__"