2

1211 Words
2"Ada apa tadi malam mama dengar rame aja kamu sama Inayah, mama sempat keluar tapi kalian sudah pada bubar." Helena bertanya saat mereka sedang sarapan. "Heeeh ada-ada aja emang pembantu Mama yang satu itu, dia nyamar jadi pocong pas aku baru datang dari klab semalam." Helena dan Anggoro saling pandang. "Hati-hati dalam bergaul, mama tak ingin karena ceroboh nanti kau akan kesulitan menjalani kehidupanmu." "Aku bisa jaga diri Ma, kenyatannya bertahun-tahun aku jaga diriku dan kekasihku ternyata kekecewaan yang aku alami, kini tak ada yang bisa aku jaga lagi, aku nikmati masa muda sepuas-puasnya." "Jadi kau merusak hidupmu sendiri?" "Tidak, aku justru menikmati hidup, selama ini aku hidup bersih justru mendatangkan derita bagiku Ma, Pa, justru tiga tahun aku jauh dari semuanya, hidup bebas, malah aku mendapatkan kenyamanan dan kenikmatan yang selama ini tak aku dapatkan, aku berangkat Ma, Pa." Pagi itu Andra hanya menikmati sepotong cheese cake dan segelas jus jeruk lalu berangkat menuju kantornya. "Aku khawatir padanya Ma, dia anak baik, penurut, mengapa semua berubah jadi begini?" Anggoro terlihat kecewa bukan main. "Kekecewaannya saat kematian serta kehamilan Luna yang membuat dia shock Pa, lalu semua berubah, sungguh aku kecewa tapi aku memahami bagaimana ia menahan rasa marah." "Tak cukupkah bekal agama yang kita tanamkan sejak kecil padanya hingga protes dengan cara itu pada Sang Pencipta?" "Aku sudah cukup mendekatinya, berusaha meluruskan jalannya tapi apa jawabannya? Apa mama akan menjamin aku hidup bahagia lagi?" "Lalu kau jawab apa?" "Yah aku jawab jika kau yakin ada Tuhan bersamamu pasti datang kebahagiaan meski waktunya kita tak tahu kapan, dia hanya mendengus, aku tak tahu lagi harus bagaimana Pa, apa kita jodohkan saja dengan salah satu anak sahabat kita Pa?" "Nggak usah lah Ma, malah tambah runyam." "Ya gak papa namanya usaha, biar Andra kembali jadi anak manis seperti dulu, dulu kan kita pernah menjodohkannya dengan anak Dini sahabatku eh Andra malah lebih suka sama Luna dan anak Dini itu sampai sekarang masih sendiri, maksudku ya mau aku jodohkan sama itu lagi." "Terserah Ma, aku sudah waktunya istirahat dari hal semacam itu." Helena dan Anggoro hanya bisa menghela napas berulang, berusaha memahami kekecewaan Andra dan berusaha mencarikan jalan keluar meski tak yakin. *** Ya Maaa, ada apa? Sibuk nggak? Satu jam kayaknya ada waktu Mama ada di seberang kantor kamu Sayang, bentar ya ada perlu Cafe biru ya Ma? Yaaa Mama tunggu yaaa Ok Andra bergegas turun, sebelumnya ia melewati meja sekretarisnya dan berpesan jika ada apa-apa agar segera meneleponnya lalu bergerak melewati lift khusus menuju tempat yang disebutkan mamanya tadi. Dan kaget saat melihat mamanya duduk dengan seorang wanita yang sangat ia kenal karena dulu juga dekat dengan mantan tunangannya yang telah meninggal. "Ada apa Ma ..." "Duduklah, tadi mama sebenarnya janjian juga sama Dini, mamanya Eriska tapi Dini gak bisa, ada acara mendadak." Andra duduk, menatap tak mengerti maksud mamanya, sedang Eriska terlihat berusaha tersenyum manis padanya. Andra diam saja tanpa bereaksi apapun. "Ada apa sih Ma, aku banyak kerjaan hanya ya sekalian makan siang." "Udah mama pesenin, gini Sayang, kamu kan dah kenal Eriska ini, dia kan yang dulu pernah mama bilang ke kamu kalua sebaiknya kamu kenal Eriska dulu dan dia ..." "Sahabatnya Luna lalu?". Andra menangkap ada yang tak beres. "Iyaaa kalian kan dah saling kenal?" Eriska mengangguk sambil tatapannya tak lepas dari wajah tampan Andra. "Trus?" Andra terlihat tak sabar. "Jangan potong mama mau bicara, mama sudah umur segini Ndra, mama ingin kamu segera ..." "Menikah dan ini calon yang mama inginkan untuk aku gitu kan? Dulu juga dia tapi aku gak cocok, ok aku terima sementara dengan catatan kalo nanti ternyata dia gak bisa bikin aku jatuh cinta ato minimal suka, maka selesai, aku nggak ingin nikah Ma sebenarnya, sejak kejadian tiga tahun lalu aku merasa nggak akan pernah jatuh cinta lagi, nggak ada rasa percaya lagi karena ternyata kebaikan belum tentu dibalas dengan kebaikan pula, aku balik dulu kantor dulu Ma." "Heiii ... heeeiii Ndraaaa udah mama pesankan makan siang kamuuu." Andra terus melangkah meninggalkan mamanya dan Eriska begitu saja. Sejak dulu ia sudah tahu siapa Eriska, meski ia sahabat Luna tapi Eriska sering menatapnya diam-diam, entah apa yang ada dalam pikiran wanita yang meski cantik tapi berwajah penuh misteri, tinggi semampai dengan rambut hitam sepunggung tak akan pernah membuatnya tertarik. Hanya rasanya Andra tak tega langsung menolak keinginan mamanya, ia akan mencari cara untuk menggagalkan proyek aneh aneh itu. "Sabar ya Eris, sejak kematian Luna, dia kayak belum bisa melupakan semua kekecewaannya, kecewa karena ditinggal Luna dan sangat kecewa saat tahu Luna hamil entah dengan siapa?" Eriska mengangguk, lagi-lagi tersenyum manis dan Helena semakin menyukai gadis yang sebenarnya sejak dulu telah ia jodohkan dengan Andra tapi ia menghormati keputusan Andra yang memilih Luna sebagai kekasihnya saat itu. "Saya akan bersabar Tante, sejak dulu saya bersabar menunggu Andra, saat dia lebih memilih Luna yang manis dan sabar, saya juga tetap sabar, saya sebenarnya tahu siapa saja laki-laki yang dekat dengan Luna tapi kan nggak mungkin saya bilang pada Andra? Dia nggak akan percaya karena Luna bagi Andra adalah wanita sempurna." Mata Helena terbuka lebar, rasanya tak mungkin Luna yang lembut akan bertingkah aneh, yang ia tahu Luna bahkan tak pernah keluar rumah jika tak bersama Andra atau Eriska. "Rasanya nggak mungkin deh Eris, setahu Tante dia loh kemana-mana sama kamu ato kalo nggak ya sama Andra, Tante kan selalu komunikasi sama mamanya Luna kami sudah kenal baik dan saling menjaga, masa ia dia bohong sama Tante." "Terserah Tante, tapi memang begitu kejadiannya." Helena mengangguk tapi rasanya tak mungkin keluarga Luna berbohong, apalagi setahunya Luna selalu dalam pengawas kedua orang tuanya, sebagai anak tunggal dari keluarga kaya Luna adalah segalanya bagi mama dan papanya. Eriska tersenyum miring, perlahan tapi pasti ia harus mewujudkan apa yang ada di kepalanya, sejak dulu ia selalu mengalah pada sahabatnya dalam hal apapun termasuk laki-laki yang sangat ia inginkan, kini saat kesempatan itu ada maka ia tak ingin kehilangan Andra lagi, masih ada waktu, masih banyak cara untuk menjerat Andra untuk jadi miliknya. Dulu ia gagal tapi kini akan ia rebut yang sebenarnya telah menjadi haknya. *** "Inayaaah." "Iya Ibu." "Lagi masak apa?" tanya Helena saat ia masuk ke dapur bersih dan telah melihat Inayah yang menyiapkan lauk yang telah ia masak ke piring bersih. "Ibu tadi berpesan saya bikin opor ayam, telor balado sama sambal goreng ati kentang, maaf baru selesai, saya juga baru datang." "Sudah semua?" "Inggih Ibu." "Nggak papa toh ada lauk yang lain juga, tadi siang papanya Andra makan apa?" "Rawon Ibu, sudah saya siapkan sejak pagi, ini yang ibu minta untuk makan malam sudah saya siapkan." "Keren banget, kamu bener-bener pinter segalanya, ibadah juga ok, masak apalagi, trus gimana rencana mau lanjut S2?" Helena menatap gadis manis berkulit sawo matang tapi kecantikan alami yang dimilikinya mampu memancarkan kebaikan sifat yang ia miliki. "Sudah Ibu, kan beberapa waktu lalu saya minta ijin ngurus segala sesuatunya, sudah di terima di S2 ambil psikologi terapan." "Wah emang dulu jurusan kamu itu?" "Iya Ibu hanya S1 nya kan pendidikan bimbingan dan konseling, sudah ambil akta juga tapi kok tiba-tiba pingin lanjut ke S2 jadi ya S2 saya ambil yang terapan." "Hanya kamu harus bisa bagi waktu, antara kuliah dan beres-beres rumah, kamu kerja di sini harus beres dulu kalo nggak kan mending cari pembantu lain Ma." Tiba-tiba Andra datang, mencomot sambal goreng kentang dan memasukkan ke mulutnya. Helena menatap tak suka Andra yang tiba-tiba saja datang menyela tanpa menjaga perasaan Inayah. "Hmmm, enak, udah waktunya punya suami juga, kalo orang kampung kan kata Bi Sumi dulu, udah pinter masak ya langsung dinikahkan." "Saya bukan tipe wanita kampung seperti itu, saya akan bekerja, agar orang kota seperti Bapak tidak meremehkan saya yang terlahir sebagai wanita kampung."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD