bc

SURATAN TAKDIR

book_age16+
2
FOLLOW
1K
READ
family
sweet
like
intro-logo
Blurb

Meisya Humaira adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Ia merupakan tiga bersaudara. Dengan kedua adik laki-lakinya berparas tampan yang. mewarisi Ayahnya.Dulu kehidupan Meisya sangat berkecukupan, tapi ketika ia duduk di bangku SMA, Ayahnya memutuskan untuk pensiun dini karena sesuatu hal. Dan rodapun terus berputar.Dari sinilah awal kehidupan baru dimulai. Kedua orang tua Meisya terhimpit banyak hutang. Bahkan untuk makan sehari-hari saja Mereka harus mengandalkan belas kasih tetangga yang berbaik hati mau memberi sayur dan lauk dagangannya yg tidak habis terjual.Hingga Adiknya yg kedua, Evan lulus SMA. Ia memutuskan untuk memasukkan lowongan pekerjaan ke berbagai perusahaan. Berharap bisa membantuku untuk menstabilkan keadaan ekonomi keluarga. Baru saja Evan memulai awal perjuangannya, ternyata takdir berkata lain. Seperti pepatah yg mengatakan, mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Allah telah memanggilnya lebih dulu.Mau tahu kelanjutan kisahnya?Simak terus ceritanya ya!☺

chap-preview
Free preview
PROLOG
Assalamu'alaikum, readers ☺️. Ini adalah karya pertamaku, karya ini diangkat dari KISAH NYATA. Berbagai kisah kehidupan yang dituang dalam bentuk novel berjudul " SURATAN TAKDIR ". Banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dari kisah ini. Semoga Aku bisa menamatkan cerita ini. Mohon maaf ya, jika bahasa/kata yg tertulis masih acak adul, hehehe. Harap dimaklumi ya, karena aku masih dalam tahap belajar menulis. ☺️ Happy reading! ☺️ Jika berkenan jangan lupa follow, tinggalkan like, koment & subcribenya ya! Mari saling dukung! Terimakasih. ☺️ Wassalamu'alaikum..☺️ PROLOG Meisya Humaira, gadis ayu berusia 17 tahun yang merupakan anak sulung dari tiga bersaudara Kedua adiknya bernama Evan dan Desta. Wajah adiknya bisa dibilang cukup tampan, karena mewarisi wajah Ayahnya yang rupawan. Dengan postur tubuh yang tinggi dan warna kulit sawo matang, membuat Evan dan Desta menjadi incaran para gadis, baik di sekolah, maupun dikampungnya. Meisya dilahirkan dari rahim seorang wanita cantik. Ya, beliau adalah Sang Ibu. Wanita tangguh nan hebat yang selalu menjadi penyemangat hidupnya saat ini. Sedangkan Ayah Meisyamemutuskan untuk pensiun dini karena sesuatu hal, disaat usia Meisya menginjak 17 tahun. Lebih tepatnya disaat ia masih duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Atas. Dulu, walaupun keluarga Meisya belum mempunyai hunian tetap, tetapi Sang Ayah mampu membayar biaya sewa rumah selama puluhan tahun. Jika saja Sang Ayah dulu mengambil rumah KPR. Mungkin sudah lunas kali ya? Entahlah! Meisya juga tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua orang tuanya. Walaupun Mereka mengontrak, tapi kehidupan Mereka dulunya tak pernah kekurangan, mungkin terbilang sangat berkecukupan. Bahkan dulu Sang Ayah sempat mendapat predikat sebagai salah satu orang paling kaya di kampungnya. Disaat orang lain belum memiliki Televisi sebagai media hiburan. Ayah Meisya adalah orang pertama yang mampu membelinya. Disaat orang lain masih menggunakan sepeda manual sebagai sarana transportasi. Ayah Meisya sudah memiliki kendaraan roda dua. Berbagai sanjungan dan ucapan manis yang disematkan oleh para tetangga untuk keluarganya, sepertinya sukses membuat Sang Ayah lupa akan akhirat. Sehingga terlena akan kekayaan dan nikmat dunia yang sejatinya hanyalah titipin Sang Illahi. Sejak itulah perlahan muncul sifat riya' dan juga kufur nikmat dalam diri Ayahnya. Roda terus berputar. Kehidupan yang pada awalnya sangat manis, semanis madu. Sekarang telah berubah menjadi pahit, sepahit kopi tanpa gula yang sedang dinikmati oleh Meisya. Jangankan untuk membeli gula, untuk membeli kecap satu sachet untuk lauk makan saja tak mampu. " Ibu tak punya uang. " begitu katanya. Meisya hanya bisa menghembuskan nafasnya secara kasar. Kopi pahit yang masih tersisa setengah gelas itu ia tenggak hingga tandas. Mesya membaringkan tubuhnya pada sebuah lincak yang berada di halaman belakang rumah. Kalian yang orang Jawa pasti tahu lincak, kan? Lincak adalah kursi bambu yang dibuat khusus untuk bersantai ria, untuk kaum rebahan lah istilahnya. hehehe.. Meisya memandang rembulan diatas sana, berputar sebuah rekaman tentang memory manis akan kehidupan yang dulu ia jalani. Tanpa sadar Meisya dikagetkan oleh tepukan pelan di bahu kirinya. " Sudah malam, Nak! Tidurlah. Besok kan kamu sekolah." Ibu berucap lirih lalu ikut memandang cahaya rembulan yang begitu terang di atas sana. Seketika Meisya langsung mengalihkan pandangan kepada sosok wanita yang berada disampingnyq, rambut yang dulu hitam legam, kini sudah mulai memutih. Tubuh yang dulunya terawat dan terlihat bugar karena rajin mengikuti senam aerobik, berat badannya sekarang kian menyusut karena sehari-hari selalu berkutat dengan setrikaan para tetangga yang menggunung. Ya, Bu Jasmine membuka jasa setrika baju dari rumah ke rumah. Terkadang Beliau juga tak malu untuk menerima tawaran tetangga sebagai buruh cuci jika ada tetangga yang sedang punya jahat. Bahkan menjadi Asisten Rumah Tangga sekalipun Beliau lakoni. Demi sesuap nasi katanya. Walaupun cahaya disini temaram, tapi Meisya bisa melihat dengan jelas gurat lelah di wajah wanita yang 17 tahun lalu melahirkannya. " Mei nggak bisa tidur, Bu. Mei laper dari siang belum makan. " ucapnya dengan wajah lesu. " Maafin Ibu ya, Nak. Harusnya hari ini Ibu dapat upah cuci dari Bu Dijah. Tapi tadi Bu Dijah bilang gajinya mundur, jadi baru bisa bayar besok. Kamu tahan sampai besok pagi ya. Besok shubuh Ibu kan bantu Mbak Sinta masak buat di warung, jadi pasti besok Mbak sinta pasti kasih nasi & sayur. " " Ya sudah bu. Mei tidur dulu ya, bu. Alhamdulillah tadi udah diganjel pakai kopi pahit. " sambung Meisya berlalu meninggalkan Bu Jasmine yang masih terduduk lesu dengan tatapan kosong di halaman belakang rumah. Tanpa menunggu jawaban Sang Ibu, Meisya langsung bergegas masuk. Tak lupa membawa cangkir kosong yang tadi ia gunakan untuk menenggak kopi pahit. Saat melewati kamar adiknya, Meisya tak sengaja melihat Evan dan Desta tengah duduk di atas tempat tidur dan asyik berbincang lirih. Karena pintu kamar yang sedikit terbuka, membuat jiwa kepo Meisya meronta. Meisya mengendap-endap mendekati pintu kamar adiknya lalu menempelkan daun telinganya ke pintu kamar, berharap bisa mendengar pembicaraan mereka. "....... harus tahan. Ibu nggak punya uang, Desta! " ucap Evan lirih. " Tapi Aku lapar, Kak. Perutku sakit. Huhuhu!" Desta pun merintih sembari mengusap-usap perutnya. " Ya, sama. Kaka juga lapar!Tapi gimana lagi. Lah wong Ibu nggak punya uang kok. Kamu kan lihat sendiri di meja makan nggak ada apa-apa, nasi putih aja nggak ada! " Evan terus menasehati Desta. " Mencuri itu dosa kan, Kak? Tapi kalau seandainya kita mencuri karena kita lapar, apa tetap dosa? Apa Allah nggak akan mengampuni kita, Kak? " Mata Evan sontak terbelalak lebar. Seakan tak percaya akan pertanyaan polos adik bontotnya yang masih mengenyam pendidikan di bangku kelas delapan Sekolah Menengah Pertama. " Apapun alasannya, mengambil yang bukan milik kita itu tidak dibesarkan dalam agama kita, alias dosa, dan hukumnya sudah jelas, haraaaammm Destaaaa! " Mendengar perdebatan alot mereka membuat Meisya ingin menerobos masuk ke dalam kamar. Baru saja maju selangkah namun ia mengurungkan niatnya. Evan kan sudah besar, sudah paham mana yang baik, mana yang buruk. Dia pasti bisa menasehati adiknya. Jadi tak perlulah aku ikut menasehatinya. Meisya hanya bermonolog dalam hati kemudian langsung berbalik badan, dan berjalan gontai menuju kamar yang posisinya berada di dekat ruang tamu. Setelah menutup pintu kamar, saklar lampu yang berada di dekat pintupun segera ia matikan. Ctaakk!! Meisya bergegas menuju peraduan. Ia rebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk miliknya, ia raih guling kesayangan dan mendekapnya dengan erat. Ia pejamkan matanya secara perlahan dan berharap esok pagi Ibu bisa mendapatkan rezeki untuk mengisi perut Mereka yang sudah kosong sejak siang tadi *** Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

KEMBALINYA RATU MAFIA

read
12.0K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
862.1K
bc

Si Kembar Mencari Ayah

read
31.6K
bc

Menantu Dewa Naga

read
178.3K
bc

SESAL (Alasan Menghilangnya Istriku)

read
13.5K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
154.1K
bc

Aku Pewaris Keluarga Hartawan

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook