When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Buka mulutmu, Na.” Ucap Mahesa membuat Kana mengernyit bingung. “Aaaa…” Mahesa mempraktekkan dengan bersuara aaa, membuat Kana akhirnya membuka mulut. Mahesa memperhatikannya lagi dengan seksama. “Kau sariawan?” Tanya Mahesa membuat Kana mengangguk, memang sudah dua hari ini bibir bawahnya sariawan. Kenapa Mahesa bisa seteliti itu? “Mas, dari tadi aku bercerita panjang lebar dan kau justru memperhatikan apa aku sariawan atau tidak?! Ih menyebalkan.” Kana jadi kesa sendiri, Mahesa kembali mengulum senyum. “Aku hanya ingin memastikan kau baik. Nanti aku resepkan obat. Sudah berapa lama?” Tanya Mahesa lagi, namun Kana semakin kesal. “Kau menyebalkan.” Kana merajuk dan beranjak dari meja makan menuju wastafel untuk mencuci piringnya. Mahesa kembali mengulum senyum dan tertawa lalu m