"Diem! Berisik!" ucap seseorang dengan muka datar dan dingin nya sehingga semua orang mengalihkan pandangannya pada orang tersebut.
"Eh dek, lo ngagetin aja. Ngapain lo kebawah?" tanya Kevin membuka pembicaraan karna sedari tadi hanya ada keheningan.
"Masalah?" tanya Aurel singkat plus datar plus dingin. Sambil terus berjalan kearah dapur, tepatnya kearah kulkas.
Orang itu adalah Aurel yang berniat kebawah untuk mencari kue kesukaan nya, tapi karna disana masih ada teman abang nya jadi lah Aurel si jutek, datar, dingin, dan cuek. Lebih tepatnya hanya untuk menutupi rasa malunya karna sudah berteriak tadi.
"Yee gue kan cuma nanya dek" ucap Kevin kesal. Sedangkan Aurel hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
"Cari apaan lo dek?" kini Levin yang bertanya karna sedari tadi dia perhatikan Aurel mengacak-acak isi kulkas itu.
"Nih" ucap Aurel setelah menemukan apa yang dia cari. Brownies coklat dengan keju di atasnya. Dia berjalan mendekat kearah abang dan sahabat abangnya berada.
Bisa di lihat, sahabat twins menahan nafasnya saat melihat Aurel semakin dekat kearah mereka.
Aurel yang melihat itu terkekeh sedangkan twins hanya memutar bola matanya malas.
"Nafas kali, mati entar gue gak tanggung jawab ya" ucap nya saat sudah berada di hadapan mereka. Sahabat twins gelagapan sendiri karna ketahuan sedang menatap Aurel dengan intens.
"Boleh gabung?" tanya nya lagi
"Boleh dong, sini sini duduk sama bang tamvan" ucap Yudis menepuk tempat kosong di sebelahnya mengisyaratkan Aurel duduk di sana.
"Enak aja lo, sini dek duduk deket abang aja. Dia gigit orang dek" sanggah Levin cepat menarik tangan Aurel untuk duduk ditengah antara dia dan Kevin.
"Nama nya juga usaha Lev, lo sebagai sahabat dukung gue napa sih" kesal Yudis karna rencananya gagal.
"Maaf anda belum beruntung" jawab twins asal membuat Yudis makin kesal .
(Kalau author nulis nya twins berarti dua-duanya ya alias Levin sama Kevin.)
"Dek mereka mau kenalan tuh sama lo" ucap Kevin tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangan nya pada tv.
"Alhamdulillah untung lo peka orang nya Kev, dari tadi kek" ucap Sandy semangat.
"Hai dedek emez, kenalin nama babang Trisandy Gabriel Dominik, panggil aja ganteng, tamvan, sayang juga boleh" ucap nya sambil mengulurkan tangan nya pada Aurel tak lupa mengedip kan sebelah matanya pada Aurel.
"Aurelia Laurenz Gavrel, panggil aja Aurel. " jawab Aurel menyambut uluran tangan Sandy.
"Hai dek, nama abang Yudisthira Venon, kusus buat adek, panggil aja baby, oke" ucap nya sambil mengedip kan sebelah matanya sama seperti yang di lakukan Sandy.
"Hai bang, gue Aurel" jawabnya.
"Gue, Joshua Geral Nick, lo boleh panggil gue Geral, atau bang Jo terserah" ucap Geral, mengulurkan tangannya pada Aurel sambil tersenyum.
Aurel agak ragu melihat sahabat abangnya yang satu ini, penampilan nya seperti preman, rambut acak-acakan, telinga di tindik terlihat seperti... berandalan?
"Nama gue Aurel" ucap nya menyambut uluran tangan Geral, dan juga ikut tersenyum.
Deg
Deg
Dua orang yang ada di sana tampak menegang melihat senyum yang di berikan Aurel, entah apa sebabnya hanya mereka, author dan tuhan yang tau.
"Bang, hello" Aurel melambaikan sebelah tangan nya di depan wajah Geral. Geral kaget dan langsung melepaskan tangan nya dari Aurel.
"Sorry, gue jadi inget seseorang liat senyum lo" ucap nya pelan tapi masih dapat di dengar oleh yang lainnya.
"Oh oke nggak apa-apa" jawab Aurel.
"Arleo Laurenzo Nick panggil aja Renzo" ucap Renzo datar .
"Gue Aurel " ucap nya .
Aneh, Aurel dan Renzo merasa ada aliran pada diri nya saat bersalaman. Keduanya merasa ada ikatan yang entah apa itu mereka pun tidak tau
"Axenic Marcelo Morty, Axen" ucap Axen datar tanpa mengulurkan tangan nya pada Aurel.
"Cih sombong" batin Aurel .
"Aurel" jawab nya tak kalah datar plus dingin.
"Dia orang nya emang gitu dek, jadi maklumin aja" bisik Levin pada Aurel yang tau ketidak sukaan Aurel melihat sifat Axen sahabatnya itu.
"Hm" deham Aurel membalas ucapan Levin.
"Rel, gue kok baru lihat lo disini? Selama ini lo dimana?" tanya Yudis memecah keheningan.
"NY" jawabnya singkat.
"Widih cuek bener, ada juga manusia yang lebih datar selain Axen sama si Renzo" batin Yudis.
"Ck. Pake ngebatin segala"gumam Aurel pelan sehingga hanya dia yang bisa mendengarnya.
"Aurel sifat nya emang gini kalau sama orang yang baru dia kenal, tapi aslinya asik kok" jelas Kevin melihat raut canggung di wajah para sahabatnya nya.
"Trus disini lo sekolah dimana?" tanya Sandy.
"Homeschooling "
"Oo kenapa gak di sekolah sama kita-kita aja di LIHS?" tanya Sandy lagi.
"Males "
Huft.. cukup. Sandy menyerah kalau begini keadaan nya, jangankan mendapatkan hati seorang Aurel, bicara dengan nya saja membutuhkan proses yang sangat panjang.
"Bentar deh, kalau di perhatiin lagi muka lo kok mirip sama artis top itu ya?" ucap Geral meneliti setiap inci wajah Aurel.
Uhuk uhuk
Aurel tersedak kue yang dia makan. Bagaimana kalau semuanya terbongkar? Bisa gawat ini. Kenapa sahabat abang nya yang satu ini bisa se-teliti itu dalam menilai nya? Oke yang perlu di lakukan saat ini adalah harus tenang.
"Maksud lo Angel?" ucap Aurel berusaha tenang.
"Nah iya, Angel artis top yang multitalenta itu. Itu lo ya?" tanya nya lagi.
Krik krik
"Hahahaha " tiba-tiba Aurel tertawa sendiri seperti orang kesurupan menimbulkan kebingungan di wajah Axen dkk.
"Lo kenapa dek? Kesurupan?" tanya Levin setelah Aurel menghentikan tawanya.
"Enak aja lo bang. Lagian teman lo ada-ada aja, masa gue di sangka artis top, kalau iya pasti lo, bang Kevin Mom and Dad juga ikut kebawa berita lah. Lah ini ada gak wartawan yang ngintilin lo?" jelas Aurel tenang yang pasti nya itu kebohongan.
Ada betul nya juga, dan alasan nya juga masuk akal pikir Axen dkk. Aurel memang jenius dalam segala bidang.
"Iya juga sih ya" gumam Geral sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Banyak sih yang bilang kalau gue mirip sama artis itu, secara kan cantik gue gak nyelow" ucap nya kelewat Pd.
"Pd gila lo dek" ucap twins.
"Udah ah gue mau keatas, bye semua, " ucap nya langsung berjalan ke atas ke kamarnya.
"Huft.. untung otak gue jenius kalau enggak, bisa mampus gue" gumam nya saat berjalan menaiki tangga.
Setelah selesai dengan ritual sebelum tidurnya yaitu mencuci tangan, kaki dan menggosok gigi, Aurel membaringkan tubuhnya di atas kasur Queen size nya. Pikirannya masil berkelana saat acara perkenalan nya tadi.
"Kok gue ngerasa ada yang beda ya pas gue salaman sama si.. siapa ya itu nama nya.." gumam nya seraya mengingat-ingat salah satu nama sahabat abang nya
"Reren, rezi, rinso.. lah kok rinso sih buat nyuci dong." ucap nya sendiri. Seperti orang sawan saja.
"Nah iya Renzo, kok gue kayak udah kenal lama ya sama dia, kayak ada hubungan lebih, apa gue ada hubungan ya sama dia?" monolog nya sendiri setelah itu menggeleng kan kepala nya seperti membantah pikirannya itu.
"Ih apaan sih kok malah mikirin itu sih, mending gue bocan dari pada mikir gak jelas" ucap nya seraya memejamkan matanya. Tak lama sampai lah Aurel ke alam mimpinya.
Di lain tempat
Dua orang laki-laki juga sedang memikirkan acara perkenalannya dengan adik dari sahabatnya tadi.
"Kok dia mirip banget ya sama Lea.. senyuman nya, gue inget banget itu senyum milik Lea kembaran gue. Pas kita salaman tadi juga gue ngerasain jiwa gue ada di dia" gumam laki-laki itu yang tak lain adalah Renzo.
Dia terdiam sambil terus menatap sebuah foto yang ada di tangan nya itu. Lama terdiam, akhirnya dia membaringkan tubuh nya sambil terus memeluk foto itu.
"Dek kamu kemana? Abang kangen kamu sayang.. abang udah cari kamu kemana-mana tapi kenapa kamu seperti menghilang? Kamu marah sama abang dek? Abang salah apa sama kamu Princess? Kembali sayang kembali... bawa abang pergi sama kamu.. hiks.. hiks" lirih Renzo terisak sambil memeluk foto masa kecil nya bersama adik nya yang bernama Lea itu .
Selalu saja seperti itu, setiap malam Renzo pasti akan menangis sambil memeluk foto nya dan adik kembar nya itu berharap adiknya datang untuk menghapus air matanya dan membawanya pergi dari rumah itu.
Tak ada yang mengetahui seorang Renzo yang terkenal cuek, dingin, datar, dan tak peduli akan lingkungannya bisa menangis serapuh itu .
Ralat tak semua orang ada satu orang yang tau itu semua. Yang akan ikut menangis melihat kerapuhan lelaki itu.
Geral.
Ya Geral kakak nya. Kakak nya yang berandal, hobi tawuran, suka mabuk-mabukan dan merokok. Dia yang setiap malam ada di depan kamar adik nya mendengar semua apa yang di ucap kan adiknya itu. Dia yang setiap malam ikut menangis bersama sang adik. Dia yang setiap malam yang akan menghapus air mata adiknya dan menyelimuti adik nya itu.
"Dek abang sakit, kamu kapan pulang nya sayang? Abang disini menderita gak ada kamu, maafin abang dek, maafin abang" gumam nya di sela-sela tangisannya.
Lama Geral duduk menelungkup kan kepalanya di antara kedua lututnya. Tak mendengar suara isakan lagi, Geral bangkit dan bergegas masuk kedalam kamar Renzo .
Dengan hati-hati dia membenarkan posisi tidur Renzo melepaskan foto adiknya dari dekapan Renzo, dan menyelimutkan nya sampai kedada.
"Jangan gini terus dek, abang sakit lihat kamu kayak gini. Bagi rasa sedih kamu ke abang, jangan kamu pendam semuanya. Abang sayang kamu sama Lea. Ingat kamu itu punya abang dan gak akan abang biarin siapa pun ngambil kamu dari abang" lirih Geral mengusap pelan surai coklat milik adiknya.
"Good night little boy nya abang, mimpi indah ya" bisik nya pelan di telinga Renzo setelah mengecup singkat kening adik nya itu. Lalu berjalan ke kamar nya tepat di sebelah kamar milik Lea untuk tidur melepas rasa lelahnya.
Seorang gadis cantik sudah siap dengan seragam sekolah nya .
Sedang berdiri di depan cermin memutar badan nya untuk melihat-lihat pakaian sekolah yang di pakai nya saat ini.
"Yaa lumayan bagus lah, gak kucel-kucel amat dan cukup membantu penyamaran gue." gumam nya meneliti penampilannya dari pantulan cermin.
"Tinggal tambah kaca mata, pasang softlens trus apa lagi ya..." ucapnya sambil mengetuk kan jari telunjuknya di dagu seperti sedang berpikir.
"Oh ya gue buat poni kali ya.. iya deh. Nah rambut nya gue kuncir 1 aja deh. Perfect. Emang ya Aurel itu mau di apain aja tetap cantik ckck" monolog nya di sertai kekehan di akhir kalimatnya.
Ya gadis itu adalah Aurel. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah itu berarti hari pertama rencananya di mulai.
"Let's play the game black blood" ucap nya pelan dengan suara beratnya dan senyum miring terukir di wajah manisnya.
"Pagi semua" sapa nya pada keluarganya yang berada di meja makan untuk sarapan.
"Pagi Prin- loh kok kamu dandan nya kayak gitu dek?" pekik twins melihat penampilan adiknya.
"Ada yang salah emang nya?" tanya nya setelah duduk di kursi nya seraya mengambil roti dan mengoleskan selai coklat di atasnya.
"Astaga! Anak gue nape jadi gembel gini sih? " ucap Laura heboh.
"Yah kambuh gaul nya ni emak satu" batin Aurel
"Laura!" tegur Tirta mendengar ucapan istrinya itu, sedangkan yang di tegur hanya cengengesan.
"Kan Aurel udah bilang Aurel mau nyamar, ya udah gini jadinya" ucap nya santai sambil mengunyah roti milik nya.
"Ya gak gini juga kali dek, yang ada nanti lo di bully abis-abisan sama siswi di sana" ucap Kevin terlihat sekali raut khawatir di wajahnya.
"Betul itu Aurel. Nanti kalau kamu di apa-apain disana gimana? Daddy khawatir nak" sambung Tirta menyetujui ucapan Kevin.
"Udah semua nya tenang aja Aurel bisa jaga diri kok. Disana kan juga ada bang twins, tapi ingat ya kalian jaga jarak sama Aurel oke. Aurel udah selesai, Aurel berangkat dulu bye. Assalamualaikum " ucap nya setelah mencium satu persatu pipi keluarga nya bergantian begitu juga mereka membalas mencium pipi Aurel.
"Waalaikumsalam" jawab semuanya
"Gak bareng dek?" teriak Levin
"Gak bang gue pake sepeda" balas Aurel berteriak tak kalah kencang nya.
"Ya udah kita juga berangkat dulu Mom Dad, Assalamualaikum " ucap Levin sambil menyalim kedua tangan orang tuanya.
"Waalaikumsalam hati-hati jangan ngebut" teriak Laura saat twins sudah sampai di luar.
"Kalau ngebut gak janji Mom" teriak twins kemudian mengendarai mobil nya masing-masing dengan kecepatan di atas rata-rata.