When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Tak terasa waktu yang akan membuat Nessa punah telah tiba. Ia berlari secepat mungkin ketika gerbang mansion terlihat. Sembari membenarkan tas ransel dan rambut tak beraturan, Nessa mengitari seluruh halaman mencari keberadaan Emily. Tapi apa yang Nessa cari tak terdapat di sana, tapi samar suara riang terdengar di dalam mansion. Nessa memasuki ruang utama dan menuju kamar Emily. Namun langkahnya terhenti oleh kepala pelayan yang membawa kotak berukuran sedang di tangan, "Maaf nona, tidak ada orang yang bisa masuk kedalam!" Sial! Nessa menepuk kening untuk membentuk sel otak yang berantah mendengar pernyataan Deborah. "Tidak bisa bagaimana? Emily menungguku, dia..." "Tapi tuan melarang siapapun termasuk... Anda, maaf." Sergah Deborah menundukkan kepala. Tawa ri