Pemuja Cinta
Hempasan angin meliuk liuk manja, dedaunan seolah penari yang menari-nari karnanya, seakan sedang menyambut kedatangan sepasang kekasih.
"Sayang kenapa di tutup begini sih ...?."
"tenanglah..! aku tidak akan membunuh mu Jullia, sayang."
Hempasan angin lembut menyapu wajah Jullia dan Jonnatan menambah kesan rileks kepada keduanya. Perlahan Jonnatan membuka penutup mata yang menutupi bola mata indah Jullia.
"Lihatlah...!!sayang."
Seketika mata Jullia membulat.
"AMAZING, This beach view is truly amazing!. Sayang ini luar biasa," ucap Jullia.
Jullia sangat bersemangat melihat semua keindahan alam di balut pernak pernik kemewahan. Terlihat pantai exsotic yang indah, dengan dekorasi seperti acarap pernikahan di sepanjang pantai, juga di lengkapi berbagai macam kemewahan.
Di sudut tepi pantai terdapat meja bundar besar, dengan sepasang kursi. Juga tampak kue tar menjulang tinggi, lengkap dengan berbagai maacam hidangan.
Tiba tiba suara angin gemrumuh di sertai suara bising dari langit-langit. Seketika Jullia merebut pistol yang selalu menempel di saku depan celana Jonnatan, dengan posisinya yang siap membidik ke langit-langit.
"Hahahaha..., kamu di sini sebagai sekasih ku, bukan Bodyguardku, sayang," Jonnatan tertawa sampai menggenang air mata di kelopaknya.
Jullia menatapnya heran. Masi di posisi sigap membidik, ia menoleh melihat kapal jet mengeluarkan ratusan balon dengan di ikat kain sepanjang dua puluh meter, bertuliskan happy anniversary 2th.
Ya, buhungan Jullia dan Jonnatan sudah dua tahun lamanya, entah apa yang ada pada Jullia sehingga seorang Jonnatan pengusaha sukses yang dingin bisa sangat memujanya.
"Sial sial sial, kau berhasil menipu Ku Jonnatan," ucap Julia kesal.
Jullia menaikan sudut bibir, mulai mengembangkan senyumnya dan mendaratan ciuman di bibir sexy Jonnatan. Tatapan mereka saling beradu menjadi sebuah ciuman hangat penuh cinta.
Tangan kekar Jonnatan menarik paksa pinggang ramping Jullia, memeluk erat seakan Jullia miliknya seorang.
"Cup."
Julia melepaskan ciumannya. Seketika dahi Jonnatan mengerut, tatapannya begitu tajam seperti sangat kesal. "Sayang aku telah memberikan segalanya, tapi kenapa kau sangat pelit untuk ciuman manismu?."
Jonnatan akan bersikap konyol dan manja hanya dengan sang Kekasih, bahkan tidak dengan ibunya sekalipun. Tidak pernah, apa lagi dengan rekan bisnisnya, Jonnatan akan bersikap dingin dan kejam.
"Aku hanya meminta cinta mu, tapi kau malah memberikan segalanya, itu bonus ku bukan, ?" Julia terkekeh.
"Awas saja, apa yang akan ku buat nantim malam.'' Bibir Jonntan membentuk seringai licik.
Jonnatan menggendong Jullia dari depan, berjalan sepanjang bibir pantai. Sesampainya di meja yang telah di siapkan. Ia menurunkan Jullia, segera mendorongkan kursi mempersilahkan nya untuk duduk.
"Aku seperti wanita yang terkena Kanker, tak sanggup berjalan Sayang." Jullia melirik tajam Jonnatan.
"Nikmati saja sayang." Jonnatan terkekeh.
Mereka menikati hidangan sambil berbincang-bincang.
"Sayang, setelah ini kita bermalam di kapal pesiar," ucap Jonnatan.
"Baiklah..tapi belikan aku senjata laras Panjang keluaran rusia," Jullia sambil mengayunkan gelas berisi wine.
Selain cantik dan sexy, Jullia juga wanita pemberani. Pernah suatu malam ketika hendak pulang dari tempat dimana ia bekerja, ia mengalahkan tujuh orang gengster yang hendak memperkosanya, dengan bidikan.
Ya, hobi Julia adalah menembak dan memanah. Ia wanita yang juga aneh, sering merengek pada sang kekasih untuk di jadikan bodyguardnya.
"Hahaha. Baiklah sayang..kau adalah wanita yang sangat sexy ketika menembak," ucap Jonnatan.
"well jadi aku akan menjadi bodyguard mu, sayang?," tanya Jullia.
"No no!apa kau tidak ingat ?, kau pernah menebak kaki ku sayang..," goda Jonnatan.
"Jika aku tidak menembak mu pada Saat itu apa sekarang ini kau masi hidup hmm?," ketus Jullia.
FLASCBACK
Pertemuan pertama kali mereka tiga tahun yang lalu, saat Jonnatan mengunjungi pamanya. Pada saat itu umur Jullia masi sembilan belas tahun dan Jonnatan dua puluh dua tahun.
Saat itu, di tepi danau dengan pepohonan yang cukup lebat, dengan selalu di kawal para bodyguard. Jonnatan sedang melihat ratusan buaya seakan mengamatinya.
Danau penuh buaya itu adalah milik pamannya, danau yang di tunjukan untuk para penghianat keluarga Adward Jonsep, tidak lain adalah kelurga dan kerabat ia sendiri.
"Dor!."
Tiba tiba suara tembakan tertuju padanya. Para bodyguard langsug dengan posisi sigap. Anehnya tidak ada peluru yang mengenai mereka. Seketika Sesuatu yang besar yang bertengger di atas pohon jatuh tepat di kaki Jonnatan.
"Dorr!!."
Untuk kedua kali tembakan mengenai pergelanga kaki Jonnatan.
"Aaaak!." Suara ringisan Jonatan terdengar.
"Cari siapa pelakunya!!," ucap ketua bodyguard.
Gadis cantik bermata hanzel keluar dari semak-semak. ya, dia adalah Jullia. Para bodyguard langsung menadahkan pistol mereka ke arah Jullia.
"Hei hei tenanglah...lihat!! di samping kaki tuan kalian, ular kingkobra sudah aku lenyapkan. Aku Telah menembak kepala ular itu, tapi ular itu masih hidup.
Taringnya sudah siap menyalurkan bisa ke kaki anda, jadi aku tembakan saja," ucap Jullia dengan santai.
Jonnatan memberikan kode denga tangan, agar bodyguard membiarkan Jullia melangkah.
"Aku baru belajar menembak, maaf Mengenai kaki mu," ucap Jullia.
Tepat di hadapan Jonnatan, Jullia mengeluarkan besi runcing di saku celananya, kemudian berjongkok tepat di kaki Jonnatan. Jonnatan hanya menaikan sudut bibir menatap gadis itu seakan tau apa yang akan dilakukanya.
Ia menancapkan besi runcing di pergelangan kaki Jonnatan.
"Aaaaak!," terdengar ringisan Jonnatan. Peluru berhasil di keluarkan Jullia.
"Bagaimana kau bisa menembak tepat di kepala ular itu?, kalau kau baru Belajar?." Jonnatan menatap wajah Jullia secara intens, seolah telah terhipnotis.
"Aku memang baru belajar menembak, aku tidak ada niat jahat terhadap mu. Perlu yang menancap di Kaki anda ini yang ke lima," Ucap Jullia dengan wajah datar.
Itu berati ia baru belajar menebak lima kali. Tidak aneh, karna ia gadis Jennius. Di usianya sembilan belas tahun, Jullia sudah memulai s2.
Dengan otak yang jenius Jullia tidak pernah pusing mengenai biaya pendidikan, pasalnya ia dari keluarga biasa. Tentu dengan biaya siswanya.
"Sudah beres..," ucap Julia.
Ia tersenyum cerah, lalu bediri menatap salah satu bodyguard. Dengan gerakan cepat ia merebut pistolnya.
"Pistol ini menjadi upah menyelamatkan mu, Tuan." Jullia melangkah pergi meniggalan merek begitu saja.
Jonnatan menaikan kedua sudut bibirnya, memandangi punggung gadis itu yang perlahan menghilang.
"Aneh rasanya, seharusnya aku sudah menembak kalian yang sudah memuatku terluka, bahkan sekedar tergores.
"Tapi aku malah merasa telah mendapatkan sepotong es cream," batin Jonnatan.
Flasback off
"Oke oke, kau selalu benar sayang," goda Jonnatan. "Apa kau sudah selesai sayang..??, kita Akan beristirahat di kamar," tambahnya.
Jullia mengangguk kecil, ia menaikan sudut bibir tersenyum tipis, seolah tau yang ada di kepala Jonnatan, tentu dengan otak mesumnya.
Mereka berjalan menuju awak kapal pesiar yang sudah bertengger tak jauh dari tempat mereka.
Jullia lagi-lagi dibuat nanar matanya, melihat di dalam kapal sudah di hiasi manik-manik romantis, seperti bunga mawar segar di sepanjang lorong koridor kapal.
"Sayang, kau akan membuat repot pembersih kapal dengan mawar mawar mu ini!,"ucap Julia.
Tangan kokoh Jonnatan tiba-tiba melingkari pinggang sexynya.
"Ikut aku!, aku sudah tidak sabar sayang," bisik Jonnatan.
"Kenapa kau tidak memberiku waktu untuk ku menikmati pemandangan ini, hmm.?"