Andrea

1103 Words
Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, pria itu duduk di depan kap mobil dengan lengan bersedekap di d**a. Andrea yang baru saja menyelesaikan jam kuliahnya terkejut ketika para gadis berteriak histeris, ia mengikuti sumber suara dan memutar kedua bola matanya setelah menyadari seorang Ethan Keys baru saja membuat gaduh seisi kampus. Andrea memasuki mobil dengan raut wajah masam, sementara Ethan tersenyum melihat gadis yang terlihat kesal itu. Ia mematikan rokok lalu kemudian menyusul Andrea. Ethan melaju dengan kecepatan sedang, tersenyum miring setelah melihat kecemburuan yang terpancar di wajah gadis itu. Ethan mengerti, gadis itu terpaksa menerimanya kembali ketika ia merengek seperti anak kecil di dalam apartemen Andrea. Well, sepertinya bukan rasa kasihan tapi Ethan yakin gadis itu juga menginginkannya. "kau bisa memilikiku seutuhnya, jika kau menikah denganku." ucap Ethan sembari mengembangkan senyum. "apa itu sebuah lamaran?" balas Andrea tak mau kalah, Ethan hanya menaikan bahunya dan berfokus pada kemudi setir. Andrea melirik kesebuah benda, yang serasa tak asing ia menunjuk benda yang berada di sisi samping tubuh Ethan. Ia melotot ke arah Ethan yang dibalas senyuman nakal pria itu, terlihat dengan jelas jika Ethan mengedipkan satu matanya pada Andrea meski tertutup kacamata sekalipun. Senyum Andrea mengembang, ia mengangguk dan tak lama mobil yang ia tumpangi berbelok secara tiba-tiba dan melaju kencang. Membuat kendaraan lain berhenti dan mengumpati mereka. Kondominium milik Ethan, Andrea menyambar borgol yang tergantung di jeans yang dikenakan pria itu lalu duduk di lantai dengan kaki dilipat kebelakang. Ethan menggeram tertahan, gadis itu tertunduk dengan mengulurkan kedua lengan yang menggenggam borgol. Ethan mengerti maksudnya. God, help me! Batin Ethan. Ethan menjulang di atas Andrea, menyipitkan matanya melihat gadis itu dengan mata tertutup dan tangan terikat dengan borgol. "such a badgirl!" Ethan menekan tubuh langsing tersebut, jemarinya menelusuri perut rata dan memasukannya kedalam panties. Andrea mendesah, hidung mancung Ethan menyentuh dadanya yang membusung menantang menunggu jamahan darinya. Ruangan dengan penerangan minim tersebut makin membuat tubuh Andrea terlihat eksotis... "ah..." Andrea meringis setelah merasakan rintikan air panas yang akhirnya lengket di kulit mulusnya. "don't worry Babygirl, it's just candle." Andrea mengangguk, rasa panas di perutnya menjalar hingga ke s**********n dan makin membuat gairahnya membuncah. "Ethan!!!" Andrea menjerit, tubuhnya melengking menikmati orgasmenya. "yes baby, say my name!" ... Washington DC Prang!!! Lamunannya membuyar setelah dengan tidak sengaja Arthur menjatuhkan gelas yang terisi penuh air. "Uncle, kau baik-baik saja?" tanya Jane ketika mendengar suara pecahan dari ruang makan. Arthur terdiam, sementara Jane yang mengerti keadaan Arthur hanya dapat mengelus bahu dan lengan pria itu tanpa menjawab pertanyaannya. "aku ada di kamar jika Uncle membutuhkanku." ucap Jane, gadis itu hanya ingin membuat pamannya merasa lebih baik jika ditinggal sendiri. "tetap disini Jane!" titah Arthur, seketika tubuh Jane terhenti dan duduk di lengan kursi dimana pria itu duduk. Sekedar menenangkan pamannya, Jane memijit bahu yang biasanya terlihat tegap namun kini lesu dan lunglai. "Andrea sangat mencintai pria itu." Arhur meracau, jubah tidurnya pun terlihat tidak terurus. Jane meneguk salivanya, begitu melihat bulu-bulu halus yang menghiasi d**a bidang milik pamannya itu. "Jane..." Jane sangat terkejut, setelah sebuah jemari besar terasa meremas bokongnya. Ia berhenti bernafas, berharap yang ia rasakan hanya imajinasinya saja. Tapi jemari itu terus menekan dirinya hingga membentur tubuh Arthur, Arthur yang tidak menyadarinya akhirnya menenggelamkan wajahnya di leher milik Jane, tanpa sadar bahwa gadis itu terbujur kaku di duduknya saat ini. "Uncle..." ... Gadis dengan rambut bergelombang itu duduk di meja rias selama berjam-jam, ia sampai menguap beberapa kali. Orang-orang suruhan Ethan dengan sigap merias wajahnya sesempurna mungkin, ia melirik ke samping. Pria tua dengan kepala botak yang mengenakan kacamata itu adalah seorang desainer ternama, sahabat ayah Jane yang sangat Andrea kenal. Robert, begitulah nama yang sering Jane ucapakan. Lelaki tua itu sedang sibuk mempersiapkan gaun indah dengan ujung yang menjuntai ke belakang, Andrea menghela nafas kasar. Hanya untuk perayaan perusahaannya Ethan menghamburkan ratusan dolar hanya untuk dirinya. "saatnya mengenakan gaunmu Princess.." Robert tersenyum, beberapa orang membantunya memakaikan gaun berwarna light grey dengan potongan d**a rendah. Bahkan Robert memberikan sentuhan berlian di bagian sisi dadanya. "seharusnya kau menjadi supermodel, Andrea." puji Robert, terkagum melihat gadis dengan segala keindahan itu mengenakan karyanya yang hanya dibalas senyuman oleh Andrea. Andrea meraih kotak kecil, memakai cincin ulang tahunnya demi menyempurnakan penampilannya. ... "Andrea Jefferson." Andrea menjabat jemari lelaki yang sudah beruban tersebut, salah satu mitra bisnis Ethan yang berasal dari kota London itu adalah salah satu pengusaha bidang anggur dan wine. "Jefferson? Seperti Arthur Jefferson?" tanyanya. "iya, dia Ayahku." balas Andrea tanpa menghilangkan senyum manis yang membuat seorang pria dari kejauhan terpukau. "ah! What a surprise, Mr. Keys pasti lelaki yang sangat beruntung." puji pria itu lagi. Tak lama berbincang, Andrea mengitari sekeliling gedung. Mencari sosok Ethan yang ternyata sedang asyik mengobrol dengan salah rekan kerjanya. Andrea mendesah lemah, ia bersandar di balik pilar sambil menenteng segelas sampanye. "Andrea?" seseorang mengejutkannya, Andrea mengernyitkan kening. Tak mengenali pria tampan yang terlihat memukau dengan balutan tuxedo yang terlihat pas di tubuh besarnya. "kau tidak mengenaliku?" bulu mata Andrea naik turun, menelusuri wajah yang nampak tak asing itu. Ia melihat dari ujung kepala hingga kaki pria tersebut dan mengingat lebih dalam. "Sean!!" Andrea menghambur kepelukan pria yang menyambutnya dengan hangat tersebut, tanpa sadar ada sepasang mata yang terbakar api cemburu dari kejauhan. "apa yang kau lakukan disini?" senyum Andrea mengembang, lelaki yang sudah tak ditemuinya selama 3 tahun tersebut terlihat berbeda. Mulai dari postur tubuh yang jauh lebih berisi dan wajah yang proporsional. "hanya hadir dalam acara yang membosankan." balas Sean dengan senyum yang tak kalah dari Andrea. "dan kau? Akhirnya terjun dalam dunia bisnis?" tanya Sean, hanya orang-orang dari kalangan pebisnis saja yang dapat mengikuti perayaan semacam ini. Andrea menggeleng, "Daddy menyuruhku untuk melanjutkan studi, so untuk sementara perusahaan ditangani olehnya. Aku kemari dengan seseorang." jelas Andrea. "jangan bilang, pengusaha tampan itu." Andrea tersenyum masam, Sean mengangguk mengerti. "Sean, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu kepadaku dan Ayahku tiga tahun yang lalu. Aku berharap dapat melupakan kejadian yang lampau." "tak usah sungkan baby, lagipula kita masih sangat muda pada waktu itu. We're good?" Sean mengacungkan jari kelingkingnya yang langsung disambut oleh jari kelingking Andrea dengan senyuman manis dan anggukan. Keduanya tertawa lebar, hingga sebuah jemari besar menyeret lengannya secara kasar. Wajah angkuh yang terlihat menahan emosinya tersebut menatap Sean dengan tatapan tidak suka, Sean yang merasa dirinya dipojokan akhirnya berpamitan pada Andrea tanpa menghiraukan tatapan mematikan dari pria di sampingnya. "aku baru meninggalkanmu sebentar dan pacar kurusmu itu muncul secara tiba-tiba!" cecar Ethan tanpa melepaskan jemarinya di lengan gadis itu dan menyeretnya keluar aula ruangan, meninggalkan perayaan yang harusnya dihadirinya. "Ex-Boyfriend!" balas Andrea tak mau kalah, ia meringis menahan sakit di lengannya yang terlihat memerah dan pasti akan membiru nantinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD