Aku mempercepat langkahku ketika bel di pintu masuk kembali berdering beberapa kali. Matt, kah? Saat kubuka pintu, aku melihat seorang lelaki tampan yang dibaluti jaket denim tersenyum manis padaku. Tebakanku tidak meleset sedikitpun. "Hi!" Aku terlalu terkejut, "MATT!" Tidak ada babibu, tubuhku reflek melompat kepelukannya. Kutenggelamkan wajahku di lehernya sambil kakiku melingkar di perutnya. Kupeluk ia seerat mungkin, melampiaskan rasa rindu yang kupendam selama dua minggu ini. "Kau kembali." "Ka-kau men-cekikku..." Sontak aku terlompat dan melepaskan pelukanku. "Ups." Matt terbatuk sambil tertawa. Mukanya memerah, "Sepertinya kau tidak main-main dengan kata-katamu, Bianca." "Maaf." Ucapku tertawa garing. Kulirik jam tanganku sekilas, "Kau datang lebih cepat, Matt." "Tidak sab