CVC 11. Money is The antheme of success°

1216 Words
Debaran jantung Aaron bertambah cepat selaras laju aliran darahnya. Melihat punggung terbuka Cassandra yang tidak terlihat kaitan bra. Gadis itu mengenakan push up bra tanpa tali, berarti gundukan dadanya cukup kenyal untuk diremas. Bayangan melakukan itu membuat tuan muda Aaron menegak dan memanjang beberapa senti. Cassandra mendesah seraya menyibak rambut panjangnya yang tergerai, lalu merapikannya dengan jari. Gerakan sederhana yang membuat lelaki mana pun tergerak perasaannya. Aaron hampir menyuruh Cassandra mendekat untuk mengamati tuan mudanya lebih lekat, akan tetapi Gabriel datang membawakan pesanannya. Gabriel agak tercengang, selain melihat tubuh b***l Aaron, ia lebih terkejut melihat Cassandra dalam pakaian mini dan belahan da.danya terpampang. Gadis itu membungkuk melepas sepatu hak tingginya, membiarkannya tergeletak begitu saja. Kaki halus berbalut stoking hitam berjalan ke arahnya, melenggok anggun lalu tanpa ragu mengambil rak kopi di tangannya dan sekotak rokok dari dalam kantong belanja. Gabriel membelikan 4 cup minuman es kopi. Cassandra meletakkan rak itu di nakas lalu mengambil satu. "Terima kasih!" ucap Cassandra pada Gabriel lalu tanpa ragu mencobloskan sedotan ke tutup cup dan segera menyeruput minuman tersaji dingin itu. Sekali isapan Cassandra nyaris menghabiskan isi 1 cup. Ia mendesah panjang, sambil mengusap lehernya dan terpejam nikmat, merasa sangat lega rasa hausnya tertangani. Para lelaki memandang terpana pada ekspresi mengundang yang dibuatnya. Cassandra meletakkan minumannya lalu mengeluarkan sebatang rokok dari kotak dan menggigit di sela bibirnya. Bibir merah ranum itu tersengir angkuh. Banyak pria 'mengaku' tidak suka perempuan merokok, justru itu yang diinginkan Cassandra, agar Aaron kehilangan minat padanya. Cassandra meraba pinggang gaunnya karena kebiasaan mengenakan celana berkantong. Cassandra ke kursi untuk merogoh tasnya. Ia mencari macis, tetapi tidak menemukannya. "Apa kalian punya macis?" tanyanya pada Aaron dan Gabriel. Aaron yang tidak merokok menggeleng pelan. Ia masih terpana pada sikap memprovokasi Cassandra. Gadis itu mulai bersikap menguasai situasi. "Ah, sebentar!" seru Gabriel seraya merogoh saku celananya. Macis yang dibeli sekalian membeli rokok disimpan di sakunya. Alih-alih menyerahkan macis itu, Gabriel menyalakannya untuk Cassandra. Gadis itu tinggal menyodorkan ujung ro.koknya ke lidah api, lalu menyesap udaranya sehingga membara dan asap putih beraroma segar berembus dari sela bibir merah menggoda. Asap tipis menyapu wajah Gabriel. Cassandra menjauhinya. Ia kembali ke lukisannya, bersedekap menatap lekat kanvas, dengan santai ia menyeruput ro.koknya berkali- kali sehingga ruangan itu mulai beraroma campuran tembakau, cengkeh, dan mentol. Membuka baju membuatnya bisa bernapas lega. Kopi dan ro.kok membuatnya bisa berpikir keras. Cassandra mendapatkan konsentrasi tingkat tingginya. Sekarang Aaron maupun yang lainnya tidak akan mengganggunya lagi. Ia butuh sedikit pembangkit suasana. "Bisakah aku menyalakan musik ke pengeras suara?" "Tentu," jawab Aaron lalu menyambungkan wireless speaker-nya ke ponsel Cassandra dan ruangannya segera pe.kak oleh lagu yang dibuka dengan suara biola mirip lagu klasik. Tampaknya lagu National Anthem(*)-nya Cassandra. Gadis itu segera terhanyut dalam dunianya sendiri. Suara lembut sen.sual penyanyi perempuan merapalkan syair. Money is the anthem of success Uang adalah lagu kesuksesan So before we go out, what's your address? Jadi sebelum kita pergi, di mana alamatmu? Cassandra menurunkan kanvas gambar sketsa hitam putih wujud Aaron dan sekitarnya, merentangkan kanvas itu di lantai, lalu ia sendiri berlutut di hadapan lukisan itu. Menggambar garis tegas di atas segalanya. I'm your national anthem Aku adalah lagu kebangsaanmu God, you're so handsome Tuhan, kau sangat tampan Aaron dan Gabriel terpana menyaksikan bagaimana cara Cassandra mewarnai lukisannya. Kemurnian gai.rah sen.sual berpadu dengan penyaluran imajinasi tanpa batas dan kegembiraan anak kecil bermain dengan warna. Take me to the Hamptons, Bugatti Veyron Bawa saya ke Hamptons, Bugatti Veyron He loves to romance 'em, reckless abandon Dia suka bercin.ta dengan mereka, pengabaian yang sembrono Holding me for ransom, upper echelon Memegang saya untuk tebusan, eselon atas He says to be cool but, I don't know how yet Dia bilang tenang saja tapi, aku belum tahu caranya Menekan sebotol penuh beberapa cat minyak hingga menumpuk serupa lumpur berwarna warni. Dengan tangan kosong Cassandra mencampur cat itu, mengacaknya bagai membelai tubuh Aaron di permukaan kanvas. Cat- cat itu terciprat ke tubuhnya, meno.dai gaun desainer yang dikenakannya, tetapi Cassandra tidak peduli. Ia merangkak menyebarkan warna dasar lukisan tersebut dengan telapak tangannya sendiri. Money is the reason we exist Uang adalah alasan kita ada Everybody knows it, it's a fact (kiss, kiss) Semua orang tahu itu, itu fakta (cium, cium) I sing the national anthem while I'm standin' Aku menyanyikan lagu kebangsaan saat aku berdiri Over your body, hold you like a python Di atas tubuhmu, memegangmu seperti ular sanca And you can't keep your hands off me, or your pants on Dan kau tidak bisa melepaskan tanganmu dariku, atau pada celanamu Ini adalah perwujudan Aaron, seorang ba.jingan tengik yang bersenang- senang dengan mempermainkan perempuan. Kehidupan hedonisnya, kemunafikannya, kekejamannya. Aaron dan Gabriel terhipnotis menyaksikan "Tuhan" atas karya seninya memperlihatkan proses penciptaan. Berjam-jam berlalu serasa dicuci otak oleh irama dan syair lagu, ditambah visual Cassandra mengerahkan segala hasratnya ke dalam warna- warni indah alami, membentuk tubuh dan memberi nyawa pada benda- benda dua dimensi menjadi berwujud seperti aslinya. Dengan tubuh berlepotan cat, ceceran tetesan berwarna di lantai, sepasang tangan lekat oleh cat dan sepasang kaki membentuk jejak- jejak mungilnya di lantai. Cassandra meletakkan lukisannya ke penyangga kaki tiga. Ia menatap lekat Aaron yang berdiri di sisi lukisannya. Mata cokelatnya bukan lagi menatap wujud manusia Aaron secara utuh. Ia menatap ke dalam bola matanya, menyelami perasaannya, mendengarkan ucapan- ucapan setiap sel tubuhnya, bahkan merasakan denyut nadinya tanpa menyentuhnya. Pria itu berdiri diam merasa dihakimi hanya dari tatapan Cassandra. Gadis itu tidak bicara, melainkan syair sajak dari ponselnya yang terdengar sayup- sayup. Menceritakan bagaimana seseorang jatuh cinta, patah hati, tetapi tetap mencintai. Dan sorot mata Cassandra menyampaikan hal itu sampai ke relung hatinya. And I remember when I met him, Aku ingat saat aku bertemu dia. It was so clear that he was the only one for me. Sangat jelas bahwa ia satu-satunya untukku We both knew it, right away. Kami langsung tahu, begitu saja. And as the years went on, things got more difficult -- Dan setelah tahun- tahun dilalui, banyak hal semakin sulit We were faced with more challenges. Kami menghadapi banyak tantangan I begged him to stay. Aku memohon padanya untuk tinggal Try to remember what we had at the beginning. Mencoba mengingat apa yang kami miliki di awal. He was charismatic, magnetic, electric and everybody knew it. Dia karismatik, magnetik, elektrik dan semua orang tahu itu. When he walked in every woman's head turned, everyone stood up to talk to him. Ketika ia melangkah masuk, semua mata wanita memandang, semua orang berdiri untuk bicara padanya He was like this hybrid, this mix of a man who couldn't contain himself. Dia seperti sejenis hibrida, campuran seorang pria yang tidak bisa menampung dirinya sendiri. I always got the sense that he became torn Aku selalu punya perasaan bahwa ia akan tercabik between being a good person and ... Antara menjadi orang baik dan ... missing out on all of the opportunities that life could offer a man as magnificent as him. Melepaskan semua peluang yang bisa hidup berikan pada pria sehebat dia. And in that way I understood him Dan dengan cara itu aku memahaminya and I loved him. Dan aku mencintainya. I loved him, I loved him, I loved him. Aku mencintainya, aku mencintainya, aku mencintainya. Dan aku masih mencintainya. And I still love him. Aku mencintainya I love him. *** Bersambung .... (*) Song: National Anthem by Lana Del Rey
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD