14. Tersulut Emosi

1798 Words
Kegiatan salon kembali dimulai. Seperti biasa sebelum salon buka, Irsan atau Siti membersihkan serta merapikan salon dulu. Ini sudah menjadi tugas mereka sehari-hari sebagai CR. Dan hari ini kebetulan adalah tugas Irsan masuk pagi. Sebelum salon buka, Irsan pun bertugas bersih-bersih salon. Dari menyapu salon, mengepel lantai, serta mengelap kaca salon. Irsan juga harus mencuci gelas-gelas kotor bekas karyawan pakai saat jam senggang. Terakhir Irsan menyemprot salon dengan pengharum ruangan. Salon pun kembali bersih dan wangi. Dengan begini, tamu akan betah berlama-lama di salon. Tak lama kasir pun muncul. Lalu diikuti Romi tak jauh dari Norma datang. “Loh Sir, Shandy ke mana kok Romi yang masuk pagi?” Tanya Irsan. Biasa yang satu sif sama Irsan memang Shandy. Tapi ini yang datang Romi. “Iya, tadi ada tamu telepon salon terus minta Romi! Katanya sih mau potong rambut pagi-pagi. Kan dari pada Romi lembur, aku suruh Shandy siang aja lah! Biar mereka tukaran sementara. Memangnya kau kenapa kalau satu sif sama Romi? Jangan bilang kau tak suka ya?” Norma masih tampak logat bataknya. “Enggak ji, saya cuma tanya saja.” Irsan menggeleng. Salon pun dibuka. Satu persatu tamu salon mulai berdatangan. Dari beberapa tamu yang datang, mereka meminta potong rambut sama Romi. Para tamu juga rela antre menunggu giliran mereka. Sembari menunggu Romi, para tamu salon biasanya melakukan perawatan lain dulu seperti creambath atau pijit kaki yang biasa disebut refleksi kaki. Irsan yang biasa berpasangan dengan Shandy merasa heran. Biasa sama Shandy, Irsan lebih banyak santai. Tamu datang hanya satu dua. Sangat jauh dengan keadaan sekarang bersama Romi. Sebagai capster, Irsan sih senang-senang saja. Karena salon ramai berpengaruh pada penghasilan Irsan. Dari salon buka Irsan terus saja sibuk. Mencuci rambut tamu, creambath, lalu manicure padicure. Sebagai orang salon yang cukup berpengalaman, Irsan memang bisa menilai hasil kinerja teman-temannya. Termasuk Shandy sahabat lamanya dengan Romi yang baru dia kenal. Kalau boleh jujur kerjaan Romi memang lebih bagus dibanding kerjaan Shandy. Dari segi kecepatan Shandy memang menang. Namun kecepatan tak menjamin hasil yang memuaskan. Tamu lebih menilai hasil dari pada waktu kecepatan. Cepat tapi hasil tak memuaskan buat apa? Sebagian tamu datang ke salon juga ingin santai dilayani bukan buru-buru. Bagi tamu salon yang penting hasil memuaskan. Tapi karena Shandy adalah sahabat lama yang sudah dikenalnya dulu, Irsan merasa gak enak. Apa lagi melihat sikap Shandy yang sedikit angkuh dan keras kepala. Irsan tak mau membuat masalah dengan Shandy. Irsan lebih memilih diam menurut. Apa lagi sebelum Romi datang, Shandy adalah satu-satunya teman laki-laki yang ada di salon cabang Yogya. Shandy yang selalu menolong saat Irsan dalam kesusahan. Terutama dalam hal materi. Shandy berasal dari keluarga kecukupan. Shandy bekerja hanya untuk dirinya. Orang tua tak pernah mengharap. Sementara Irsan berasal dari keluarga sederhana. Irsan masih harus membantu biaya pendidikan adiknya. Belum orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Irsan sebagai anak sulung pun harus ikut membantu biaya orang tuanya. Sering Irsan mengalami kesulitan keuangannya. Saat itulah Shandy yang selalu memberi bantuan padanya. Irsan dan Shandy sebelumnya pernah bertemu di cabang Bandung yang masih satu salon. Lalu mereka dipisahkan. Dan kini mereka kembali dipertemukan satu cabang lagi. Itulah mengapa Irsan dan Sandhy cukup dekat. Karena faktor ekonomi yang pas-pasan membuat Irsan belum bisa meningkatkan jabatan kerjanya. Sudah hampir tujuh tahun Irsan menjadi capster namun belum juga dia melanjutkan sekolah untuk jadi seorang penata rambut atau hair stylist. Irsan bukannya tak punya keinginan, tapi karena biaya yang selalu saja terpakai untuk kebutuhan keluarganya. Irsan pun selalu mengundur keinginannya. *** Jam sif siang akhirnya tiba. Siti telah tiba lebih dulu dari Shandy. Begitu selesai absen, Norma meminta Siti untuk langsung siap-siap melayani customer. “Siti langsap crembong ya! Nanti sekalian mawar gentes mentes Romi!” ( Siti, langsung creambath ya! Nanti sekalian gunting minta Romi! ) “Iya, ke belakang aja!” Siti meminta Norma untuk memanggil tamunya ke belakang mencuci rambut dulu. “Silakan Bu! Mau creambath ya? Dikeramas dulu ya rambutnya?” Ucap Siti sopan. Ibu yang merupakan tamu tadi pun duduk lalu merebahkan tubuhnya di tempat cuci rambut yang sudah disediakan. “Maaf ya Bu?” Kedua tangan Siti meletakkan handuk kecil di kedua pundak tamu. Lalu kedua tangan Siti meraih kepala si tamu agar tak terbentur bak keramas. Setelah si kepala tamu tadi sudah pas pada posisinya, tangan kiri Siti memutar keran air sementara tangan kanannya memegang shower ke arah rambut tamu. Kedua tangan Siti bergantian menyiram dan memegang shower. Setelah dirasa rambut tamu sudah basah, Siti mengusapkan sampo secukupnya lalu menggaruknya pelan sembari dipijat sedikit. Siti menyiram busa sampo yang menempel kemudian mengulang kembali mengusap sampo agar rambut tamu benar-benar bersih. Setelah bersih, Siti pun memakaikan handuk bersih kembali ke rambut tamu. Lalu meminta tamu duduk di tempat yang sudah disediakan untuk creambath. Karena tamu mau dicreambath, Siti memang tak memberi kondisioner atau pelembut. Kecuali untuk cuci blow atau potong rambut saja, baru Siti mengoles kondisioner setelah sampo. “Maaf Bu, creambathnya mau pakai apa? Yang biasa atau yang perawatan?” Tanya Siti kembali “Yang biasa ada apa aja, yang perawatan ada apa aja?” Tanya ibu tamu. “Yang biasa ada alpukat, ginseng, madu, sama lidah buaya. Kalau yang perawatan ada hair spa, apel, s**u, sama greentea. Ibu mau yang mana?” Siti menjelaskan lalu kembali bertanya. “Itu fungsinya beda-beda ya Mbak? Rambut Ibu itu rontok, bagusnya apa ya? Ginseng apa lidah buaya?” Tamu kembali bertanya. “Kalau rontok bisa pakai ginseng atau lidah buaya. Tapi bagus lagi hair spa aja Bu, obatnya lebih bagus. Tapi harganya juga lebih mahal. Gimana Bu?” Siti terus menjelaskan. “Yo wis hair spa aja!” Jawab tamu. Siti mengambil cream hair spa sesuai pesanan ibu tadi. Tangan Siti mulai mengoles cream spa ke kepala dan rambut tamu selapis demi selapis. Setelah rata Siti mulai memijat kepala tamu. Karena keenakan dipijat ibu tadi pun terkantuk. Siti telah selesai memijat kepala, punggung serta kedua tangan ibu tamu tadi. Siti kembali mencuci rambut tamu kembali untuk membersihkan cream spa yang menempel di rambut dan kulit kepala. Setelah bersih Siti kembali mengajak tamu duduk di kursi semula. Siti memberi hair tonik ke kulit kepala tamu yang masih basah. Lalu memberi pijatan sedikit. Fungsi hair tonic sendiri untuk mengurangi atau mencegah kerontokan. Sesuai keluhan ibu tadi yang katanya rambutnya rontok. “Mbak saya mau potong rambut juga, tapi sama Mas-mas yang dari Bandung. Siapa namanya lupa?” Ucap ibu tamu. “Mas Romi Bu. Iya Ibu tunggu sebentar saya panggilkan Mas Romi dulu!” Siti hendak berlalu dari ibu tadi. “Tunggu Mbak!” Ibu tamu membuka tas lalu mengambil uang dua puluh ribuan. “Ini buat Mbak ya!” Ibu melipat uang tadi lalu memberikannya pada Siti sebagai bonus atas kepuasan tamu pada Siti atau biasa disebut tips. *** Baru sebentar Romi bisa duduk, kini dia kembali dipanggil kasir Norma. “Rom gentes ibu yang dicreambath Siti tadi ya!” Perintah Norma pada Romi. Shandy yang merasa dari datang belum sekalipun memegang tamu, sementara Romi dari tadi sejak Shandy datang selalu sibuk pun berucap. “Kok Romi lagi!” Shandy sedikit naik darah. “Mentes!” Jawab Norma jelas. “Oh!” Shandy memajukan kedua bibirnya. Sebenarnya Romi juga merasa lelah. Sejak pagi tadi salon buka Romi tak berhenti dari pekerjaannya. Rasa lapar sudah mengundang perutnya. Namun bagaimana, pekerjaan salon memang tak mengenal waktu. Tidak seperti pekerjaan lain yang punya jadwal jam istirahat tertentu. Di salon, saat sepi itulah jam istirahat karyawannya. Kalau lagi ramai seperti ini, Romi harus bisa mengatur waktunya. Begitu ada sela sedikit Romi harus bisa memanfaatkannya untuk makan ataupun minum. Entah itu harinya Romi atau memang hanya kebetulan saja. Hingga sore hari, tamu yang datang ke salon hampir meminta dipegang Romi. Shandy baru sekali pegang tamu itupun cuma potong rambut. Rasa kesal serta cemburu tumbuh jadi satu di d**a Shandy. Bahkan rasa itu seperti sudah tak bisa ditahan lagi. Emosi Shandy sudah ingin dikeluarkan dengan segala isi-isinya. Sementara Romi terus sibuk dengan tamu-tamunya. Romi hanya istirahat sebentar untuk makan tadi. Itupun Romi sudah ditunggu tamunya lagi. Rasa lelah sudah tampak jelas di wajahnya. Tapi bagaimana, tamu-tamu meminta Romi yang memegangnya. Tak mungkin kasir Norma menyuruh Shandy untuk menggantikan kerja Romi. Yang ada kasir kena komplain. Beberapa kali kasir memanggil nama Romi sudah terdengar di lubang telinga Shandy. Rasa cemburu semakin menggebu. “Sir, ekek tidore ejong ya di atasia! Di sindang juga ekek cuma dukria-dukria aja!” Ucap Shandy ketus. Shandy sengaja pakai bahasa salon karena sedang banyak tamu. ( Sir, aku tidur aja ya di atas! Di sini juga aku cuma duduk-duduk aja! ) “Ya sana, nanti biar kau aku alfa aja!” Jawab Norma sinis. “Gak masalah! Dari pada di sini!” Shandy hendak berlalu dan berniat menaiki tangga. “Jengong, ini kan masih kerajaan! Sabar ejong sebentar leges pasti ada tamara ye!” Romi melarang. ( Jangan, ini kan masih kerja! Sabar aja sebentar pasti ada tamu kamu! ) “Ah ye, pasti ye sukria kan! Karena semrewi tamara mentes ye!” Shandy dengan intonasi tinggi. ( Ah kamu, pasti kamu suka kan! Karena semua tamu minta sama kamu! ) “Tinta, kita kan sastra cabang harus bisa saling mendukung!” Romi menjelaskan. ( Gak, kita kan satu cabang harus saling mendukung! ) “Gak usah muna lo!” Emosi Shandy memuncak. Rasa lelah yang mendera serta ucapan Shandy yang kurang mengenakan membuat Romi ikut emosi. Selama ini Romi sudah berusaha sabar dan baik pada Shandy. Tak tahu kenapa Shandy selalu benci Romi. Romi tak pernah berusaha menyaingi Shandy. Karena bagi Romi rezeki sudah ada yang atur. Apa lagi Romi yang tak terlalu mementingkan materi. Karena kalau Romi mau dengan mudah dia bisa minta pada mamanya. “Eh jaga ya mulut kamu! Kenapa sih ucapanmu selalu tidak mengenakan? Aku teh salah apa sama kamu?” Romi ikut emosi. Romi juga meninggalkan tamunya lalu mendekati Shandy. Begitu juga dengan Shandy yang mulai mendekat pada Romi. Takut terjadi hal yang lebih besar, cepat-cepat Norma berlari mencegah keduanya. “Cukup, jangan seperti anak kecil! Ini tempat kerja bukan tempat bersaing ataupun ring tinju untuk adu jotos! Dan ini jam kerja, tolong hargai tamu!” Norma ikut emosi. “Iya sabar, semua masalah bisa diselesaikan baik-baik! Bukan seperti ini caranya!” Irsan menengahi. “Kamu diam Irsan! Oh kamu sekarang ikut-ikutan bela Romi! Jangan-jangan benar, semua anak di salon sini sudah kena dekong Romi. Kuat juga ya dekong ye!” Shandy tak mau berhenti berucap tak mengenakan tentang Romi. ( dekong : dukun ) “Shandy!” Tangan kanan Romi sudah mengepal. Untung saja Norma cepat menahannya. “Sudah Rom, malu sama tamu! Sabar!” Ucap Norma pelan. Romi pun membuka kepalan tangan kanannya lalu duduk untuk menenangkan kemarahannya. Sementara tamu-tamu salon sudah pada ketakutan melihat kejadian yang memalukan ini. Kejadian yang sangat tidak pantas dilakukan, apalagi ini tempat kerja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD