Malam itu, usai pulang dari salon Danu kembali membahas soal cabang Yogya yang akan segera dibuka. Dan Danu ingin memastikan apakah Romi bersedia dipindah ke Yogya untuk memegang cabang di sana. Sembari menikmati kopi panas di ruang tengah Danu dan Romi tengah duduk berdua.
“Rom, gimana? Lo udah ambil keputusan belum? Gua harap lo segera ambil keputusan, karena besok cabang Yogya sudah mulai buka. Di sana si udah ada beberapa karyawan yang akan ditempatkan di cabang. Dan kalau lo bisa, lo akan segera terbang ke Yogya!” Danu kembali bertanya pada Romi.
“Tapi, apa aku teh sanggup mengelola cabang sendiri di Yogya? Aku teh masih baru, apa nanti salonnya teh bisa berjalan?” Romi masih ragu dengan kemampuannya.
“Lo harus yakin Rom! Lo pasti bisa, lo di sana itu gak sendiri, ada beberapa karyawan juga pindahan dari beberapa cabang. Gua sih bukannya ngusir lo dari sini, gak sama sekali! Gua hanya ingin lo bisa maju, tambah pengalaman! Karena nantinya di Yogya akan ketemu stylist-stylist baru yang punya kelebihan masing-masing. Dari situ, lo bisa belajar lagi, bagaimana teknik yang bagus, misalnya untuk menggunting rambut ataupun teknik lainnya!”
Romi hanya membisu. Romi masih memikirkan, keputusan apa yang akan dia ambil.
“Rom, kalau lo banyak kenal stylist, lo akan banyak ilmu juga! Dan di sana pasti teman-temannya baik juga!” Danu kembali melanjutkan ucapannya.
Tangan Romi meraih gelas berisi kopi panas lalu menyesapnya sedikit. Kemudian menaruh kembali gelas di atas meja.
“Baiklah Danu, aku teh siap! Kamu teh sudah banyak membantu aku. Dan sudah seharusnya aku teh membalasnya. Walaupun mungkin aku teh gak bakal sanggup membalas semua kebaikan yang sudah kamu berikan padaku selama ini. Mungkin dengan cara ini, hutang budiku sama kamu teh sedikit berkurang.” Romi akhirnya menyetujui permintaan Danu.
“Rom, gua melakukan semua ini ikhlas jadi tolong jangan pernah bilang hutang budi lagi! Kita ini bersahabat, jadi harus saling membantu. Dan memang sudah menjadi peraturan kalau ikut kerja dengan gua, lo harus siap dikirim ke mana saja. Dan karena gua percaya sama lo, gua percayakan salon sama lo! Anggap itu salon lo sendiri, jadi lo akan terus bersemangat untuk memajukan salonnya.” Danu memegang pundak Romi.
“Iya, aku tahu! Tapi bagiku teh kamu sudah banyak mengubah kehidupanku. Aku yang dulu terpuruk, karena kamu sekarang aku teh bisa bangkit lagi.” Romi tetap merasa hutang budi sama Danu.
“Udah gak usah bahas itu lagi! Jadi intinya lo mau ya! Nanti gua suruh Desy mencarikan tiket untuk lo.” Danu memastikan Romi.
“Iya, aku teh sangat siap!” Romi tersenyum.
Romi dan Danu berpelukan, kedua tangan masing-masing saling menepuk pelan punggung sahabatnya. Persahabatan kilat yang berjalan selama ini, sebentar lagi akan terpisah oleh jarak dan waktu.
***
Hari ini, adalah hari terakhir Romi berada di Jakarta. Karena besok Romi harus sudah berangkat ke Yogya. Rasa sedih karena berpisah dengan teman-teman di Jakarta pasti ada. Tapi Romi berusaha tegar, karena perpisahan itu hanya untuk sementara. Perpisahan itu juga untuk kebaikan serta kemajuan Romi serta DN Salon.
Sebenarnya Danu sudah meminta Romi untuk mengambil cuti. Hari ini, Danu meminta Romi untuk beristirahat di rumah. Namun Romi menolak, Romi memilih tetap masuk kerja. Karena di hari terakhirnya di Jakarta, Romi ingin menghabiskan waktu dengan teman-teman di salon.
Selama ini yang selalu memberi dukungan adalah teman-teman di salon, makanya Romi tak mudah melupakan begitu saja bantuan mereka. Selama di DN Salon juga, Romi banyak belajar arti dari persahabatan yang sebenarnya. Persahabatan yang saling mengisi satu sama lain, baik suka maupun duka.
Seperti biasa Romi berangkat dengan Danu. Sebenarnya Romi bisa naik kendaraan umum, namun Danu selalu meminta Romi berbarengan dengan Danu, yakni naik mobilnya. Meskipun tinggal dengan Danu, Romi tak ingin dianak emaskan. Romi tak ingin timbul kecemburuan dari teman-teman salon yang lain.
Romi selalu berusaha bersikap selayaknya anak buah dan bosnya. Romi tak ingin dibeda-bedakan dengan teman-teman salon yang lain. Makanya hari ini pun, Romi memilih datang ke salon.
“Eh lo Rom, kok masuk? Besok kan lo berangkat ke Yogya, harusnya hari ini kamu cuti!” Ucap Desy saat Romi baru saja tiba di salon.
“Iya Teh, gak papa! Aku sendiri yang pengin masuk kerja. Habisnya di rumah juga mau ngapain!” Jawab Romi.
“Ya elah Rom, di rumah kan lo bisa bebenah! Lo siap-siapin barang-barang lo, jangan sampai ada yang ketinggalan!” Desy memegang pundak Romi.
Usia Desy memang terlihat dewasa dari Romi. Desy sudah berkeluarga dengan 1 anak. Makanya Romi selalu memanggil Desy dengan sebutan teteh ( bahasa sunda yang artinya mbak atau kakak ).
“Itu mah gampang. Lagian barang-barang bawaanku teh sedikit aja! Sebentar teh selesai. Teteh tenang aja! Kalau di sini, Romi bisa menghabiskan waktu dengan teman-teman, bercanda, tertawa. Pokoknya gak terasa deh waktunya.” Senyum Romi mengembang di kedua bibirnya.
“Iya juga sih Rom. Tapi memangnya lo gak pengin istirahat apa, barang sehari? Kalau gua jadi kasir sih seneng-seneng aja banyak yang masuk jadi gak bingung kalau salon ramai.” Desy pun ikut tersenyum.
“Gak perlu Teh, istirahat semalam dah cukup! Iya udah Teh, Romi teh mau gabung sama teman-teman dulu!” Romi berjalan ke belakang setelah mengisi absen kedatangan.
Seperti pendapat Desy, teman-teman salon yang lain juga berucap sama pada Romi.
“Ya elah Rom, lo ngapain ke salon? Bukannya libur di rumah atau jalan-jalan ke mana. Hari ini kan lo terakhir di Jakarta!” Ucap salah satu teman salon, saat melihat kemunculan Romi.
“Malas di rumah, gak ada teman. Enak juga di salon bisa ketemu sama kamu!” Romi menggoda temannya.
“Cie... Romi!” Ucap teman yang lain.
“Ogah, gua sama lo Rom! Gua masih normal kali!” Ucap teman pertama pada Romi.
“Siapa juga yang mau sama kamu! Maksud aku teh ketemu teman-teman, bukan kamu aja!” Ucap Romi membuat suasana semakin ramai dipenuhi tawa ketiganya.
Begitu keseharian salon. Hari-hari dipenuhi canda tawa dan kegembiraan. Itulah mengapa Romi memilih ke salon daripada istirahat di rumah.
Selain ingin menghabiskan hari terakhir dengan teman-teman salon, Romi juga berniat untuk mengundang teman-temannya merayakan perpisahannya malam ini di rumah Danu.
Selama Romi di Jakarta, banyak sekali kesan yang dia dapatkan. Terutama di DN salon. Dari DN Salon, Romi pertama kali mengenal dan belajar dunia kecantikan. Di DN Salon juga, Romi mengenal teman-teman salon yang kalau berucap asal keluar dari mulutnya. Namun dari situ Romi banyak belajar, Romi jadi banyak tertawa dan lupa akan masalah yang pernah dia alami di masa lalunya.
***
Romi dan Danu sengaja pulang lebih cepat. Romi dan Danu ingin mempersiapkan perpisahan Romi di rumah Danu. Kebetulan papa Danu sedang berada di Kalimantan. Danu pun memilih rumahnya untuk mengadakan perpisahan kecil-kecilan buat Romi.
Danu sudah meminta mbok untuk memasak dalam jumlah cukup besar. Karena malam ini, Danu mengundang teman-teman DN Salon untuk datang ke rumahnya usai salon tutup.
Acara malam itu pun tiba. Teman-teman dari DN Salon yang ada di cabang Jakarta pun mulai berdatangan. Mereka terlihat menikmati hidangan yang disajikan di rumah Danu. Canda tawa memenuhi taman belakang rumah Danu malam itu.
Semakin malam, acara semakin ramai.
“Eh Cong, kayaknya ada yang kurang?” Ucap salah satu teman.
“Iya benar, kayaknya masih ada yang kurang Dan?” Ucap teman lainnya.
Danu yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia salon langsung mengerti maksud ucapan teman-temannya. Danu pun masuk ke dalam rumah.
“Ayo Rom, ikut gua sebentar!” Danu menarik Romi.
Tak lama Danu dan Romi keluar sambil kedua tangan mereka membawa beberapa minuman beralkohol.
“Ah lo memang pengertian Dan! Tahu aja apa yang kita mau!” Ucap salah satu temannya.
“Iya, gua kan dah biasa kalau gak ada ini acara belum lengkap, terasa hambar tanpa garam!” Ucap Danu sambil melihatkan botol minuman beralkohol.
Bagi dunia salon minuman beralkohol memang sudah biasa. Minuman beralkohol bukanlah barang asing lagi di dunia salon. Setiap ada acara pasti disediakan minuman beralkohol. Meskipun gak semua mengonsumsinya. Karena tak semua orang salon mau mengonsumsi barang haram itu.
Malam itu menjadi malam yang tak mudah dilupakan bagi Romi. Romi sangat berterima kasih pada Danu dan teman-teman yang sudah meramaikan acara ini. Romi akan selalu mengenang kebaikan anak-anak DN Salon Jakarta.
Selesai acara mereka saling memberi salam perpisahan pada Romi. Mereka juga saling memberikan bingkisan sebagai kenang-kenangan buat Romi. Mereka berharap bingkisan itu bisa dijadikan tanda dari persahabatan mereka.
Sebagai penutup, kesedihan tampak dari wajah-wajah teman-teman salon. Karena malam ini malam terakhir bagi mereka untuk bertemu Romi. Bagaimanapun Romi sudah menjadi bagian dari keluarga DN Salon. Kehilangan Romi adalah kehilangan keluarga juga. Pasti kesedihan akan terasa di hati mereka. Isak tangis pun mengakhiri acara malam itu.
***
Tibalah saatnya perpisahan Danu dan Romi. Mereka berpelukan sangat erat sebagai tanda perpisahan keduanya.
“Danu, makasih buat semuanya. Aku teh akan selalu mengenang jasa-jasamu sama aku. Jaga diri baik-baik, dan jaga persahabatan kita!” Ucap Romi pada Danu, tak terasa air mata menetes di pipi Romi.
“Iya Rom sama-sama. Gua harap lo tetap jadi Romi yang gua kenal. Jaga diri baik-baik di sana. Tetap semangat berkarier dan jangan pantang menyerah. Gua yakin lo bisa menjadi hair stylist yang hebat!” Danu menepuk punggung Romi pelan.
Setelah berpamitan pada mbok. Danu pun mengantar Romi ke bandara Soekarno-Hatta. Romi memilih burung besi sebagai alat perjalanannya. Karena perjalanan udara akan lebih cepat daripada perjalanan darat.
Di bandara, Romi dan Danu kembali berpelukan.
“Dan, aku teh berangkat dulu! Salam buat Om Anwar. Maafkan aku kalau selama ini sudah merepotkan kamu dan keluarga kamu. Dan terima kasih buat semuanya!” Romi menjabat tangan Danu.
“Iya Rom nanti gua sampaikan sama papa. Lo hati-hati!” Jawab Danu pada Romi.
Sebagai perpisahan terakhir, mereka kembali berpelukan. Romi melambaikan tangan pada Danu, Danu pun membalas lambaian tangan Romi.