"Aku sudah bisa mengetahui di mana brankasnya dan untuk mencapai ke sana aku nggak menumpahkan darah. Semua kulakukan diam-diam dan tak ada yang tahu,” kata Zea memulai ceritanya. Keduanya berbaring santai dia atas kasur. “Lalu kennapa nggak langsung buka saja. Selesai masalah. Kamu mau mencuri berkas dalam brankas pasti sudah memikirkan gimana cara emmbukanya kan?” “Seandainua segampang itu. Sayangnya nggak semudah itu. Dean, inilah alasan aku mnghubungi kamu unutk membatalkan rencana pada Margono. Dean, untuk membuka kunci brankas, aku butuh pengenalan mata margono.” “Sialan!” maki Dean setelah mengetahui alasan Zea menghentikan aksinya. Za mendengkus. “Sekarang kamu paham kan kenapa aku memintamu jangan membunuh Margono? Kalau dia hidup, dia bisa disuruh jalan sampai rumah singgah.