bc

Tentang Waktu

book_age18+
878
FOLLOW
6.7K
READ
billionaire
goodgirl
drama
bxg
city
small town
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Ganeeta berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan datang ke sebuah gedung terbengkalai di kotanya. Permasalahan yang tak sanggup dia pikul membuat Ganeeta menjadi tak dapat berpikir jernih. Niat hati ingin mengakhiri hidupnya, namun Ganeeta malah dihadapkan pada situasi tak terduga dan berujung menyelamatkan nyawa seorang pria yang secara kebetulan ada di sana bersamanya.

Pria berjas cokelat, begitulah Ganeeta menyebutnya. Pria yang membuat Ganeeta memilih untuk mengurungkan niatnya mengakhiri hidup dan memilih untuk menyelamatkan pria itu dari sebuah pengeroyokan oleh beberapa orang.

Ganeeta pikir, pria berjas cokelat tanpa nama itu hanyalah seseorang yang hidup sebatang kara yang tak memiliki keluarga. Kehilangan ingatan dan tak ada sanak saudara di sampingnya. Ganeeta merasa sangat kasihan kepada pria berjas cokelat itu, hingga dia pun memilih untuk merawatnya dan membawanya pulang ke rumah bersama-sama.

Giandra, seperti itulah pria berjas cokelat menyebutkan namanya. Pria yang seakan menjadi misteri terbesar dalam kehidupan Ganeeta. Siapakah sebenarnya sosok pria berjas cokelat yang Ganeeta selamatkan? Bagaimana masa lalunya dan kenapa dia menjadi korban pengeroyokan di gedung terbengkalai hari itu?

chap-preview
Free preview
Hal Paling Mengerikan
“A-apa yang kalian lakukan?” Ganeeta tak bisa mempercayai dengan apa yang baru saja dilihatnya sekarang. Danial, kekasihnya yang selama bertahun-tahun menjalin kasih bersamanya, tengah b******u mesra di atas ranjang dengan Lia—kakak Ganeeta sendiri. Ganeeta berusaha meyakinkan diri jika yang dia lihat sekarang hanyalah ilusi. Namun, Ganeeta harus menelan pahit kenyataan saat sebuah suara masuk ke telinganya. “Neeta. Aku bisa jelasin.” Danial meraih kaos dan juga celana panjang miliknya. Sementara Lia, Wanita itu langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Kedua mata Ganeeta terasa memanas. Begitu juga dengan hatinya, terasa panas dan sakit sekali. Bagaimana bisa kedua orang yang paling dia percayai di dunia ini, dengan tega mengkhianatinya seperti ini. Terlebih Lia, kakaknya itu, bagaimana bisa dia b******u mesra dengan Danial? Apa tidak ada pria lain di dunia ini yang bisa dia cumbu selain Danial? Ganeeta kecewa sekaligus marah sekali. Ganeeta menatap Lia yang duduk di atas ranjang dengan penuh kecewa. Tubuhnya bergetar karena dia merasa sangat syok atas kejadian yang baru saja dilihatnya tadi. Ingin dia menyumpah serapah, tapi Ganeeta masih ingat Lia adalah kakaknya sendiri. “Sudah berapa lama kalian kayak gini di belakangku? Sudah berapa kali kalian melakukannya di belakangku?” Suara Ganeeta terdengar getir. Sebenarnya dia tidak siap dengan jawaban yang akan diberikan oleh keduanya. Hanya saja Ganeeta perlu tahu sudah seberapa lama dia dibohongi seperti ini. “Sayang, dengerin aku dulu.” Danial berusaha menggenggam tangan Ganeeta. Namun dengan cepat dia menepis pria berengsek itu. “Jawab aku! Sudah berapa lama kalian melakukan hal semacam ini di belakangku?” ulang Ganeeta lagi. Dia semakin tak sabar sebab keduanya sama sekali tak menjawab pertanyaannya. Danial menghela napas berat. Salah satu tangannya memijat dengan pelan kedua pelipisnya. Dia tahu Ganeeta. Wanita itu akan terus melontarkan pertanyaan yang sama hingga dia mendapatkan jawaban. “Sejak tujuh bulan yang lalu.” Danial menjawab pasrah. “Apa? Baru tujuh bulan dan kalian sudah bermain di atas ranjang kayak gini? Amazing.” Ganeeta sama sekali tak menyangka dengan keduanya. Haruskah dia bertepuk tangan untuk perkembangan yang sangat cepat itu? Mereka harus diberi selamat. Manusia b***t. “Neeta. Hey, Sayang!” teriak Danial saat Ganeeta melangkah pergi meninggalkan mereka. Ganeeta tak menggubris Danial yang berlari mengejar sambil berteriak memanggil namanya. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Dunianya seakan runtuh. Coba bayangkan saja bagaimana perasaan Ganeeta sekarang. Rasanya seribu kali menyakitkan melihat pacarnya berselingkuh dengan kakaknya sendiri. Andai saja Danial berselingkuh dengan Wanita lain, mungkin rasanya tidak akan sesakit ini. “Kenapa harus Kak Lia,” lirih Ganeeta di sela tangisnya. Kedua kakinya terus berlari meninggalkan halaman rumah. Tanpa arah, tanpa tujuan yang jelas. Ganeeta merasa sesak saat sekelebat bayangan Danial sedang mencumbu Lia di atas kasur terus terputar di setiap langkahnya. Ganeeta masih tidak ingin mempercayai ini. Dia masih berharap semua itu hanyalah mimpi. Perlahan rintik hujan mulai turun dan membasahi Ganeeta yang terus berlari tanpa tujuan. Kepalanya mendongak ke atas. Menatap matahari yang bahkan enggan menatapnya. “Sebenarnya kesalahan apa yang sudah aku lakukan sehingga dunia begitu kejam kayak gini!” Ganeeta berteriak sekeras mungkin. Suaranya beradu dengan suara hujan yang turun semakin deras. Ganeeta jatuh merosot duduk di atas jalanan. Dengan kedua tangan yang menumpu tubuhnya, Ganeeta menangis sesenggukan di tengah jalanan yang sepi. Hatinya sakit, sakit sekali. Semenjak orang tuanya meninggal dunia beberapa tahun silam. Ganeeta hanya memiliki Lia sebagai keluarga terdekatnya. Hubungan mereka memang tidak terlalu dekat, namun Ganeeta bersyukur karena setidaknya dia mempunyai Lia di sisinya. Namun, apa yang dilakukan saudaranya itu sekarang? Wanita itu dengan tega merebut Danial dari Ganeeta. Ganeeta terisak begitu pilu. Sama sekali tak pernah Ganeeta bayangkan, jika Lia akan melakukan hal semacam ini kepadanya. Lia benar-benar menunjukkan seberapa besar rasa bencinya pada Ganeeta. Ganeeta akui, memang selama ini Lia selalu membencinya. Lia menganggap Ganeeta hanyalah sebuah duri yang menghalangi kebahagiaannya. Lia selalu berpikir jika kedua orang tua mereka hanya menyayangi Ganeeta dan tidak menyayangi dirinya. Maka dari itu Lia sangat membenci Ganeeta. Selama ini Ganeeta selalu tutup mata dengan fakta bahwa Lia membenci dirinya. Ganeeta selalu berharap, suatu saat Lia akan menyadari jika semua hanyalah sebuah kesalahpahaman yang dia timbulkan sendiri. Dan hubungan mereka sebagai saudara akan berangsur membaik seperti yang selalu Ganeeta harapkan. Sejujurnya, Ganeeta begitu mengangumi Lia. Wajahnya cantik dan dia juga Wanita yang cerdas. Semasa sekolah dulu, Lia sering memenangkan olimpiade dan mengharumkan nama sekolahnya. Sesuatu hal yang tidak bisa Ganeeta lakukan. Tapi Kembali lagi, Lia sangat membenci Ganeeta padahal dia sudah memiliki segalanya. Saat mereka masih remaja dulu, Lia pernah membuat Ganeeta terjatuh dari sepeda dan hampir membuatnya tertabrak mobil yang sedang melintas. Namun Ganeeta tidak mengatakan kepada kedua orang tuanya jika sebenarnya Lia lah penyebab Ganeeta hampir tertabrak. Ganeeta tidak ingin Lia dimarahi. Ganeeta selalu melindungi Lia yang bersikap jahat kepadanya. Ganeeta tidak ingin Lia semakin membencinya jika dia memberi tahu orang tua mereka kalau selama ini Lia telah menindasnya. Ganeeta hanya ingin hubungannya dengan Lia membaik. Namun tak pernah kesampaian hingga sekarang dan bahkan Lia semakin bersikap semena-mena kepadanya. “Kak Lia, kenapa kamu sejahat ini sama aku? Apa salahku hingga kamu membenciku kayak gini.” Ganeeta melirih pilu di sela tangisnya. Dia masih berusaha memikirkan jawaban yang masuk akal atas perbuatan yang Lia dan Danial lakukan kepadanya. Namun, sekeras apa pun Ganeeta memikirkannya. Dia masih tidak bisa mengerti dan tak menemukan jawaban yang bisa masuk ke dalam akal sehatnya. --- Ganeeta berjalan dengan tubuh yang menggigil sebab kedinginan. Kedua tangannya melingkar erat memeluk tubuhnya sendiri. Sementara kedua matanya begitu sembab dan juga merah karena menangis. Ganeeta memutuskan untuk pulang setelah membuat tubuhnya kehujanan selama beberapa jam lamanya. Langkah Ganeeta tertahan saat melihat ada beberapa orang pria berwajah sangar dan bertubuh kekar berdiri di depan rumahnya. Semuanya memakai kacamata berwarna hitam dan ada tatto dengan bentuk macan di lengan kiri mereka. Ganeeta merasa takut, namun dia harus tahu siapa semua pria itu? Kenapa mereka berdiri di depan rumahnya dan menggedor-gedor pintu sambil berteriak memanggil nama Lia. “Kalian siapa?” tanya Ganeeta saat kedua kakinya menginjak ujung teras. Salah satu pria bertatto itu pun berbalik menghadap ke arah Ganeeta. Dipindainya wanita yang terlihat berantakan dan juga basah kuyup itu dari ujung kaki hingga kepala. “Kamu keluarga Lia?” tanyanya. Ganeeta mengangguk sedikit ragu. Namun dia tetap membenarkan jika dia adalah keluarga Lia. “Kamu siapa?” sahutnya balik bertanya. “Mana Lia? Cepat panggilkan dia dan suruh dia segera membayar semua hutangnya,” ucap pria bertatto itu. Suaranya terdengar sangat berat dan ekspresinya benar-benar menyeramkan. “Hutang?” Ganeeta membeo. “Hutang apa?” “Lia berhutang sejumlah uang pada bos kami. Beberapa bulan ini dia tidak membayar iuran dan bos kami meminta untuk segera dilunasi saja. Katakan padanya untuk segera membayar semua hutang plus bunga dan juga denda karena menunggak bayar jika tidak ingin rumah ini disita!” Deg! Jantung Ganeeta seakan jatuh dari tempatnya saat mendengar rumah ini akan disita jika Lia tidak segera melunasi semua hutangnya. Tidak bisa. Rumah ini tidak boleh disita. Rumah ini adalah peninggalan satu-satunya dari orang tua mereka. “Be-berapa jumlah hutangnya?” Ganeeta memberanikan diri untuk bertanya. Sang pria bertatto pun mengangkat tangannya dan mengacungkan sembilan jemari tangannya bersamaan. “Sembilan ratus juta,” sahutnya lugas. Ganeeta hampir jatuh pingsan saat mendengar besaran jumlah hutang Lia pada rentenir ini. Kenapa Lia sampai memiliki hutang sebanyak itu? Apa yang dia pikirkan dengan meminjam uang sebanyak itu kepada rentenir. Dan yang paling terpenting, dia apakan semua uang itu? “Sa-saya akan kasih tahu Kak Lia untuk segera membayar hutangnya. Tolong kasih Kak Lia waktu lagi untuk membayar. Kami nggak punya uang sebanyak itu.” Ganeeta memohon mewakilkan Lia. “Kami beri waktu satu minggu lagi dan Lia sudah harus melunasi semua hutangnya.” “Ta-tapi, Pak. Sa-satu minggu itu sangat singkat. Di mana kami bisa mendapatkan uang sembilan ratus juta dalam sekejap?” balas Ganeeta semakin gemetar. “Kami tidak mau tahu. Kamu bisa saja menjual ginjal kamu atau menjual diri kamu untuk mendapatkan sembilan ratus juta,” bisik pria bertatto itu. “Ingat. Satu minggu lagi kami akan datang ke mari dan pastikan Lia sendiri yang menghadapi kami.” Ganeeta melangkah dengan kedua kaki yang bergetar hebat masuk ke dalam rumahnya. Sembari mulutnya terus menerus memanggil nama kakaknya, Lia. “Kak Lia…,” panggil Ganeeta dengan getir. Kedua matanya kembali berkaca-kaca mencari keberadaan Lia. Kenapa hari ini begitu banyak hal tidak terduga yang terjadi padanya? Mulai dari melihat Danial yang sedang mencumbu mesra kakaknya. Hingga para rentenir yang datang menagih hutang Lia sebanyak sembilan ratus juta. Semua hal itu hampir saja membuat Ganeeta mati berdiri. Ganeeta bahkan masih merasa sedih akibat dari perbuatan kedua orang kesayangannya yang telah berkhianat. Dan sekarang Ganeeta harus mendengar kabar jika Lia menjadikan rumah ini sebagai jaminan pada rentenir. Ganeeta tidak akan pernah membiarkan rumah peninggalan satu-satunya dari orang tua mereka disita. “Kak Lia, kamu di mana?” Ganeeta masih mencari keberadaan Lia di rumah ini. “Ada apa lo manggil gue?” Lia bertanya sinis saat Ganeeta membuka pintu kamarnya. Ganeeta berdiri dengan kedua mata yang dipenuhi linangan air mata. Kedua tangan dan kakinya bergetar begitu hebat. Bahkan bibirnya terasa kelu saat ingin menanyakan soal hutang Lia sebanyak sembilan ratus juta pada rentenir. Ganeeta hanya ingin tahu hal apa yang mendasari Lia meminjam begitu banyak uang pada seorang rentenir? Apakah dia ingin membuka bisnis atau bagaimana? “Tadi di depan ada banyak pria bertatto. Mereka nyari Kak Lia. Katanya Kak Lia berhutang sebanyak sembilan ratus juta dan mereka minta supaya Kak Lia melunasi hutang Kakak dalam satu minggu.” Lia menghela napas berat. Kepalanya mendadak terasa berat saat mendengar tanggal jatuh tempo tinggal tujuh hari lagi. Ke mana Lia mencari uang sebanyak itu untuk melunasinya? Lia sama sekali tidak tahu. Ganeeta masih berdiri mematung di posisinya. Yaitu di ambang pintu kamar Lia. Masih dengan bibir yang bergetar hebat, Ganeeta kembali menanyakan suatu hal pada Lia. “Untuk apa Kakak meminjam uang sebanyak itu pada rentenir? Dan yang paling terpenting, kenapa Kakak menjadikan rumah ini sebagai jaminan? Rumah ini satu-satunya peninggalan Mama sama Papa, Kak.” Ganeeta mencoba mengingatkan, barangkali Lia sudah lupa fakta tentang rumah ini. Banyak kenangan yang terjadi di rumah ini. Ganeeta sama sekali tidak bisa membiarkan jika seandainya rumah ini akan disita. Rumah ini milik mereka. Ganeeta pastikan akan mempertahankan rumah ini bagaimanapun caranya. “Heh, bukan urusan lo gue mau minjam uang ke siapa dan buat apa. Urus aja urusan lo sendiri. Dan juga, rumah ini bukan cuman punya lo. Ada hak gue juga di sini.” Lia menjawab dengan penuh penekanan. Dia sama sekali tidak suka saat Ganeeta ikut campur dengan kehidupannya. “Tapi, Kak. Masalahnya rumah ini tuh satu-satunya peninggalan Mama sama Papa. Banyak kenangan yang tersimpan di sini. Dan seperti yang barusan Kak Lia bilang, rumah ini juga ada hak aku bukan cuman hak Kakak doang.” Ganeeta menatap Lia dengan mata yang semakin memanas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.8K
bc

My Secret Little Wife

read
99.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook