Running to You

Running to You

book_age18+
24
FOLLOW
1K
READ
second chance
goodgirl
confident
drama
city
office/work place
first love
office lady
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Lady Aulia Gulzar gadis berparas ayu mencintai Seno Prayogo tanpa balas, dengan terpaksa melepasnya. Ia sadar jika mencintai sepihak hanya luka yang ia dapatkan. Kini, dengan berat hati Lady merelakan cintanya pergi.

Seno menjalani hubungan tanpa cinta dan hati karena balas budi. Sampai suatu saat ia berhasil mengusir Lady dari sisinya. Kenyataan terkuak hingga menamparnya dan menyebabkan penyesalan telah menyakiti Lady.

Ia sadar siapa pemilik cintanya dari dulu. Kini mampukah Seno meraih Lady kembali dalam dekapannya dan menghapus luka yang ia torehkan? Sedangkan perempuan itu telah berhasil melupakan dirinya.

chap-preview
Free preview
Bab 1
Mendung bergelayut di ujung langit biru, menaungi kota Jakarta yang panas juga gerah. Aroma petrikor perlahan-lahan menyapa penciuman. Hujan telah datang menyapa bumi, memberi sejuk yang dirindukan. Namun, keriuhan kota seolah tak terpengaruh dengan kedatangan hujan, tak terpengaruh petir yang menyambar. Satu dibenak mereka, yaitu sampai di tempat tujuan dengan cepat.   Begitupun dengan gadis berparas ayu Lady Aulia Gulzar, yang sudah lebih dari setengah jam menunggu kabar dari abangnya, yang berjanji akan menyuruh orang kepercayaannya untuk menjemputnya di bandara. Ia pun menelepon abangnya. Pria itu pasti lupa. "Bang. Nggak lupa nyuruh Bang Sen menjemputku, kan? Aku sudah setengah jam menunggu di bandara," ujar Lady begitu sambungan telepon diangkat Eru. "Aduh maaf, Dek. Abang lupa hehe." "Ya ampun, Abang! Alasan aja. Pasti lagi 'ngerjain' Mbak Arum, iya kan? Ngaku aja deh. Kalau gini caranya mau nunggu sampai gajah beranak kebo nggak bakalan muncul itu Bang Seno, wong Abang lupa kasih dia." "Tahu gitu, udah tutup teleponnya. Abang mau terusin lagi. Tunggu di situ jangan ke mana-mana, sampai Seno datang." "Buruan! Dasar m***m aja otaknya." Tanpa menunggu jawaban Eru, Lady memutuskan sambungan telepon. Rasain! Biasa abangnya yang begitu sekarang dia balas. Dengan menggerutu Lady melanjutkan makannya. Heran, mengapa Arumi betah dengan kelakuan abangnya yang slengekan itu. Mungkinkah karena cinta hingga Arumi mampu bertahan di sisi abangnya. Melihat itu, Lady mengharapkan kekasihnya juga seperti Eru, akan tetapi itu sia-sia saja. Meskipun mereka menjalin hubungan, tapi Lady merasa hanya dia yang mencintai sendiri. Sedangkan pria itu hampir tidak pernah menunjukkan perasaannya, ekspresi dan emosinya pada Lady  Ia tahu laki-laki tersebut tak memiliki perasaan padanya, karenanya Seno menjalani hubungan ini setengah hati. Apa mungkin karena status sosial mereka? Hingga Seno seperti itu? Padahal orang tua dan abangnya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Atau memang dirinya kurang menarik di mata Seno, hingga sulit sekali menyentuh dan menerka hatinya. Lamunannya buyar saat terdengar derit kursi di depannya ditarik dari tempatnya dan diduduki pria berwajah tampan. Lady mendongak dan tersenyum, menyapa sebentar sebelum meneruskan makannya. Dia tidak diajarkan membuang-buang makanan yang sudah dipilihnya. Meski keluarganya hidup bergelimang harta tapi mama papanya mengajarkan hidup sederhana. *** "Mampir ke rumah Abang dulu, ya. Aku kangen ibu sama adek-adek," pinta Lady saat mobil yang dikendarai Seno bergabung dengan kendaraan lain di jalanan.  "Untuk apa?" Lady menoleh ke arah Seno yang terdengar tak suka jika dirinya minta diantara ke rumah pria itu. "Aku kan udah bilang kangen Ibu sama adek-adek, Bang. Kurang jelas ya aku ngomongnya? Apa emang Abang nggak suka kalau aku ke sana?" ujarnya jengkel.  "Eh, bukan begitu, maksud saya. Lebih baik langsung pulang ke rumah saja, kamu baru datang pasti capek ingin istirahat," jelas Seno. Ia tak ingin Lady terlalu dekat dengan keluarganya, meskipun mereka saat ini menjalin hubungan tanpa cinta.  Alis Lady naik sebelah saat mendengar ucapan Seno. "Aku! Jangan saya," koreksi Lady. Ia jadi jengkel pada Seno yang masih saja bicara formal kepadanya, padahal ia sudah berkali-kali diingatkan tapi tetap saja. "Aku nggak capek kok. Udah jangan banyak omong, antar aku ke sana." Seno menutup mulutnya, dia tahu jika Lady tak bisa dibantah. Ia hanya bisa menghela napas saja. Seno membelokkan mobil ke arah rumahnya. Mobil hanya sampai di depan gang tidak bisa masuk ke dalam. Beruntung hujan mulai berhenti, hanya gerimis kecil-kecil masih membasahi bumi. "Bang, tolong buka bagasinya," pinta Lady lalu turun dari mobil. Jalanan ke arah rumah Seno becek tapi Lady tidak peduli karena ia sudah terbiasa. Pria itu menuruti pinta Lady. Apalagi kali ini yang perempuan itu berikan untuk keluarganya? Sudah berkali-kali ia minta agar Lady tak memberikan apa pun kepada keluarganya, tapi wanita tersebut keras kepala tak mau mendengar. Seno bukannya tidak mampu mencukupi kebutuhan keluargarnya, gaji yang diterimanya lebih dari cukup. Tapi, seperti itulah Lady tidak bisa dibantah.  Setelah memarkir mobil di tempat yang aman, lelaki tersebut turun kemudian menutup tidak lupa mengunci mobil. Ia membantu Lady membawa barang bawaannya. Mereka jalan beriringan ke rumah Seno. Kurang lebih 150 meter rumah pria itu sudah terlihat.  Rumah sederhana berlantai dua itu nampak berbeda dengan deretan rumah yang lain. Sejak Seno bekerja dan mempunyai gaji yang cukup, ia mulai merenovasi rumahnya yang dulu hampir roboh. Selain itu bos-nya yang baik, tidak tanggung-tanggung membantunya. Eru bahkan mendatangkan pekerja yang ahli dibidangnya dan semua itu gratis. Dengan kebaikan yang diterimanya, ia tak kuasa menolak ketika Lady mengajaknya berkomitmen. Sebenarnya Eru tidak memaksanya, bahkan bos-nya bilang untuk tidak menerima Lady jika tak ada perasaan apa pun. Hanya saja rasa balas budinya mengalahkan logikanya, hingga memilih menerima perempuan itu.  *** "Assalamualaikum, Ibu, Adek." Pintu rumah dibuka dari dalam tampak perempuan berusia 55 tahun dengan rambut putih menghiasi kepalanya. Kerutan terlihat di wajahnya tapi tidak menghilangkan sisa-sisa kecantikan waktu mudanya. Lady menyalami tangan kasar hasil bekerja keras untuk membesarkan anak-anaknya. "Waalaikum salam. Dari mana?" tanya Bu Mila lalu mempersilakan Lady masuk. Lady mengekor di belakang Bu Mila begitu juga Seno. Laki-laki itu langsung masuk ke kamarnya di lantai dua, sedangkan Lady dan Bu Mila duduk di kursi kayu berwarna coklat dengan ukiran sederhana tapi elegan. Ia meletakkan beberapa tas belanja dari merk terkenal. Ia tulus melakukan semuanya, bukan karena ingin menarik simpati Seno mau pun keluarganya tapi karena Lady menyukai mereka. "Bu, adek-adek mana? Kok nggak kelihatan?" "Lagi ke rumah Haji Ilal, ada acara syukuran buat anak-anak katanya," jawab Bu Mila. "Ibu bikinkan teh hangat, ya?" tawar perempuan itu lagi. Lalu bangkit dari duduknya tapi di cegah Lady. "Nggak usah, Bu. Lady cuma sebentar kok, abis itu pulang. Lady cuma mau kasih ini buat Arimbi sama Sakha," ucap Lady, kemudian menyerahkan paper bag berukuran sedang dengan kertas nama pada masing-masing pada kantong belanja itu pada Mila. Namun Bu Mila tidak mengindahkan kata-kata Lady, perempuan itu tetap berdiri kemudian berjalan ke dapur membuatkan teh untuknya. Bu Mila itu ramah makanya Lady betah jika di rumah ini tapi berbanding terbalik dengan Seno. Pria itu sepertinya tidak suka jika dirinya berlama-lama di rumahnya. Ada saja alasan yang ia berikan agar Lady cepat pulang. Tidak lama pria yang dia pikirkan turun. Dengan shirt polos biru pas body juga celana jeans warna sama di padu sandal flipflop kulit membuat Seno tampak pelukable. Rupanya lelaki itu habis mandi, terlihat dari ujung-ujung rambutnya yang basah terkena air. Ia menghampiri Lady lalu duduk di sebelahnya.  "Sudah? Pulang sekarang?" tanya Seno. "Nanti dulu, tunggu Ibu bikinin teh," jawab Lady tanpa mengalihkan perhatian dari layar handphonenya. "Tehnya cepat dihabiskan, terus aku antar kamu pulang." Lady menoleh pada Seno. "Kenapa sih, nggak suka banget kalau aku di sini? Aku ganggu kalian?" tanya dengan menatap lekat wajah Seno.  Belum sempat Seno menjawab pertanyaan Lady, perempuan itu berdiri lalu mengambil tas dan menyelempangkan di bahunya. Kemudian, Lady berjalan ke dapur berpamitan pada ibu laki-laki tersebut. Tidak lama ia menghampiri Seno lagi. "Kunci mobil!" pintanya. "Aku antar, ya?" "Nggak perlu. Aku bisa pulang sendiri!" Seno berdiri. "Sudah malam lagipula di luar hujan, Dy," bujuknya. Ia tidak menyangka ucapannya membuat adik dari bos-nya marah. Bukan tidak suka, hanya sedikit membatasi interaksi mereka. Lagipula ia tidak ingin perempuan itu kecapekan karena ia baru saja pulang dari Aussie. "Kunci mobil." "Dy, bukannya aku nggak suka tapi--" "Kamu dengar ucapan saya, kan? Saya minta kunci mobil. Kamu tidak perlu mengantar saya." Lady mengubah cara bicaranya dan menggunakan panggil formal itu artinya wanita tersebut benar-benar marah. Dengan terpaksa Seno merogoh kantong celananya mengeluarkan kunci mobil dan memberikan pada Lady. Perempuan itu menyambar kunci tersebut dan keluar dari rumahnya dengan kemarahan. Seno mengejarnya. Ia tidak ingin mendapat hukum dari Eru karena lalai menjaga adik kesayangannya. Seno terus membujuk Lady agar mau diantar olehnya. Namun tidak digubris Lady. Perempuan itu bahkan mendorong minggir saat Seno menghalangi dirinya membuka pintu mobil. Acara bujuk membujuk itu malah membuat keduanya basah terkena siraman air hujan yang turun dengan deras. Dengan kuat Lady mendorong Seno, membuat pria itu terdorong ke belakang. Lady secepatnya membuka pintu mobil, kemudian menutupnya dengan keras dan melesatkan mobil dengan kecepatan tinggi. Kalau saja Seno tidak refleks mundur jauh ke samping mungkin kakinya terlindas ban mobil.Melihat kecepatan mobil itu melaju, Seno berdoa dalam hatinya semoga Lady pulang dalam keadaan selamat. Ia tahu kemampuan Lady mengendarai mobil, tapi jika dalam keadaan marah seperti itu wanita tersebut bisa membunuh orang lain bahkan dirinya sendiri.             Tbc.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.1K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.1K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook