Mobil milik Arga berhenti di depan rumah mewah, seorang satpam membuka gerbang lalu mobil tersebut melesat masuk ke dalam dan segera terparkir rapi, Arga dan Vanilla keluar dari mobil itu. Jujur Vanilla antara ragu atau tidak kembali melangkahkan kaki ke rumah ini.
Kalau bukan karena Arga yang memaksa untuk datang ke sini, tidak mungkin Vanilla berdiri di sini sekarang, tapi menurut Arga walau bagaimanapun juga dia harus memberitahu Andra niat baiknya untuk menikahi Vanilla, karena secara sah hukum dan Agama Andra adalah ayah kandung Vanilla dan yang akan menjadi wali nikahnya.
Mereka berjalan kaki ke arah pintu ruang tamu dan memencet bel, tak lama kemudian muncul sosok Ariana yang membuka pintu dan betapa terkejutnya wanita itu melihat kehadiran Vanilla bersama seorang pria yang sangat dikenalnya.
Ariana mempersilakan mereka masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
Mereka sengaja datang weekend karena biasanya Andra bersantai di rumah.
Andra duduk di salah satu sofa. "Ada apa?" Andra memasang wajah datar sama sekali tidak menunjukkan aura bahagia melihat Vanilla yang baru muncul di hadapannya.
"Jadi begini Om, saya Arga, ingin meminta restu Om untuk menikahi Vanilla," ujar Arga akhirnya.
"Apa restu saya begitu penting sampai kalian rela datang ke sini?" Arga maupun Vanilla tampak terkejut dengan respon Andra. Bagaimana mungkin seorang Ayah kandung berkata seperti itu.
Vanilla tersenyum miring. "Biar bagaimanapun Papa adalah wali nikahku."
"Kamu masih mengakui saya adalah Ayahmu?"
"Secara hukum dan agama saya adalah anak Anda!" Andra dan Vanilla sama-sama memiliki sifat keras, Arga bisa melihat jika hubungan antara Ayah dan anaknya tidak baik-baik saja.
Kemudian tatapan Arga beralih ke Ariana, dia bisa melihat aura ketakutan Ariana saat dirinya datang entah karena malu atau apa yang jelas Ariana sedang tidak merasakan kenyamanan berada di posisi ini sekarang.
Perdebatan Andra dan Vanilla terhenti saat Arga mengeluarkan suara. "Hai Ariana, lama gak bertemu."
Vanilla dan Andra tampak bingung kenapa Arga bisa mengenali wanita ini. Sepertinya Arga bisa membaca pikirannya mereka. "Ariana ini teman SMA dan satu angkatan hanya beda kelas. Tapi gak nyangka ternyata calon Ibu mertua saya ya."
Ariana meneguk salivanya mendengar sendiran keras Arga, dia tahu siapa Arga. Pria jenius yang sekarang berprofesi sebagai dokter.
Namun, ada satu hal yang Ariana tahu. Wisnu Adhitama adalah pesaing bisnis suaminya, dia bisa memanfaatkan kondisi ini untuk menolak hubungan Arga dan Vanilla, dia tidak sudi pria yang disukainya sewaktu SMA menjadi menantunya. "Oh iya ingat. Kamu anaknya Pak Wisnu Adhitama seorang pengusaha sukses itu 'kan?"
Seketika wajah Andra langsung menegang mendengar nama Wisnu Adhitama terlontar dari mulut istrinya. "Wisnu Adhitama? Kamu anak dia? Saya tidak akan pernah setuju kamu menikah dengan Vanilla."
"Siapa Anda yang bisa melarang saya menikah dengan pilihan saya?" Tantang Vanilla.
"Vanilla Mahesa! Kamu adalah anak saya dan saya berhak menentukan jalan hidup kamu."
"Anak? Iya anak yang tak dianggap!"
"Jaga bicara kamu!"
"Setelah apa yang Anda lakukan masih bisa merasa menjadi seorang Ayah? Waktu itu aku memang masih terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan orang dewasa. Tapi aku cukup ngerti betapa Mama sakit hati atas berita karena Mama lebih memilih menikah lagi dengan seorang anak SMA lalu Mama memilih bercerai dan akhirnya meninggalkan aku dan Abang!"
Air mata Vanilla akhinya jatuh juga. "Papa saja gak peduli sama keluarga ini jadi untuk apa Papa melarang aku menikah dengan Arga?!"
"Papa dan wanita sialan ini adalah penghancur keluargaku!" ujarnya lagi.
Plak.
Satu tamparan keras mendarat ke pipi mulus Vanilla membuat Arga terlonjak kaget, rasanya Arga ingin meninju wajah pria itu. "Jika memang Om adalah Ayah dari Vanilla maka bersikaplah layaknya seorang Ayah," setelah itu Arga menarik tangan Vanilla lalu diccegat oleh Andra. "Vanilla tetap di sini!'
"Vanilla, tetap di sini!" ulang Andra.
"Untuk apa?" Vanilla melepaskan tangannya dari tangan Andra. "Untuk melihat kehangatan keluarga kalian?"
"Vanilla, kamu punya keluarga! Saya adalah Ayahmu, di sini tempatmu!"
"Bukannya Kak Vanilla sudah diusir sama Papa ya?" tanya Salsa yang duduk di samping Ariana dengan polosnya.
Vanilla tertawa hambar. "Tuh anak kesayangan Papa aja tahu kalau Vanilla udah diusir."
"Ingat Vanilla, kalau kamu tetap ingin menikah dengan dia, Papa tidak akan pernah memberitahu kamu tentang keberadaan Mamamu."
Itu adalah senjata Andra untuk menggagalkan pernikahan mereka.
"Papa tahu di mana Mama?"
Andra mengangguk.
"Di mana, Pa?"
Andra tersenyum miring. "Mau tahu di mana Mama kamu? Jangan ada hubungan apapun lagi dengan Arga."
Vanilla bimbang, di satu sisi dia sudah mulai membuka hatinya untuk Arga, di sisi lain dia ingin tahu keberadaan Mamanya, dia rindu wanita yang telah melahirkannya.
"Apa anda sedang mencoba mempengaruhi Vanilla?" tanya Arga.
"Tentu saja, saya berhak atas putri saya."
Arga menghembuskan napasnya kasar. "Lalu di mana letak sikap anda sebagai seorang Ayah? Apakah pria yang telah mengusir anaknya patut disebut sebagai seorang ayah? Apakah pria yang menikah dengan pacar anaknya patut disebut sebagai seorang ayah?"
Skakmat, tapi bukan Andra namanya kalau tak bisa menjawab. "Kamu hanya orang luar. Kalau kamu tetap bersekiras menikah dengan Vanilla, silakan cabut namamu dari anggota keluarga Wisnu Adhitama," Arga kaget dengan permintaan Andra, bagaimana mungkin Arga melepaskan keluarganya, ia tidam sedurhaka itu.
"Pilihannya hanya ada dua tinggalkan Arga atau tinggalkan keluarga ini."
"Kalau kamu pilih opsi yang kedua, maka Papa tidak ada akan memberitahukan keberadaan Mama kamu dan kamu bukan lagi anak dari Andra Mahesa, kamu akan dicoret dari daftar keluarga!"
Vanilla harus memilih yang mana, dia bingung. Meskipun dia membenci Andra bukan berarti dia ingin kehilangan keluarga ini untuk selamanya, dia tetap tidak ingin kehilangan Andra dan Aref karena hanya mereka keluarga yang Vanilla punya saat ini. Cukup Mamanya yang pergi meninggalkannya.
Please, Van. Pilih aku. Aku janji akan berusaha membahagiakanmu.