Ghizey meringis kesakitan karena jatuh dilubang yang cukup dalam. Ia memeriksa kaki dan tangannya untuk men cek keadaannya baik baik saja atau tidak, hanya terdapat lebam dilengan kirinya dan seikit lecet dilutut kanan. Ghizey beranjak dan melihat keatas, ia bisa saja mencoba terbang seperti tadi secara perlahan agar berhasil keluar, namun mengingat ada bahaya yang diingatkan kepada mereka sepertinya lebih baik bersembunyi.
Ia kembali memperhatikan sekelilingnya yang gelap dan sedikit merasa ngeri, ia bahkan tidak tahu seluas apa lobang ini.
Ghizey....
Ghiiizeyyyy!!......
Sayup sayup ghizey mendengar namanya dipanggil berkali kali dari luar sana.
"Aku disini....!! Aku didalam lubang!!" Teriaknya
Namun sayup suara dari luar lubang masih trus memanggil namanya, sepertinya suaranya tidak terdengar dari lubang sedalam ini. Ghizey ingat tentang mantra api yang ia baca di perpustakaan kemaren, mungkin ia bisa melemparkan sihir api ke atas untuk memberi petunjuk akan keberadaannya
Blup...
Kobaran api sudah menyala ditangan ghizey, lobang tempat ia terjatuh pun sudah terang, ia memperhatikan sekitar dengan hati-hati, takut jika sesuatu akan menyergapnya tiba-tiba.
"Astaga, ini terowongan...."
Ia melangkah ingin memasuki pintu terowongan yang ia lihat, ingin mencari tahu apa yang ada di terowongan ini. Hawa yang ia rasakan sekarang sangat dingin, dikarenakan tanah yang juga lembab. Ia terus menyusuri terowongan yang terlihat tak berujung ini secara perlahan, tangannya terus bergantian menyalakan sihir api.
"Kemana ujung terowongan ini!"
Kesalnya, akhirnya ia memutuskan berlari agar cepat melalui kehampaan jalannya, ia menyalakan bola api dan menerbangkannya di kanan kiri jalannya, bola api itu ikut berpindah menerangi jalan Ghizey yang sedang berlari. Beberapa saat ia berlari langkahnya melambat saat ada suara air yang sangat deras dan terdengar sangat dekat, setelah maju lagi beberapa langkah ada dua terowongan yang ia temukan sekarang.
"s**t, bahkan sekarang aku harus memilih? Yang benar saja?!" Gerutunya
Ia berpikir sejenak untuk memilih kanan atau kiri. Seringaian nya muncul seketika
"Man to the left because woman always right"
setelah itu ia melangkahkan kakinya ke kanan sambil menertawai dirinya sendiri.
Ia berlajan beberapa meter memasuki lorong sebelah kanan. Suara air terjun itu seperti sudah menghilang.
"Oke, mungkin sesekali woman harus left" sahutnya. Ia hendak berbalik arah sebelum matanya manatap sebuah benda bulat telur disudut jalan buntu ini, ia mendekatinya dan menatap benda bulat sebesar tas sandang itu
"Ini telur apa, sepertinya sudah busuk sampai dikerumuni ranting kecil dan kotoran seperti ini"
Tangannya mulai mengusap telur itu untuk melihatnya dengan jelas, belum selesai ia membersihkan ranting kecil yang mengkotori telur itu salah satu jarinya justru tertusuk dan mengeluarkan darah
"Awww....."
ghizey melihat jari telunjuknya mengeluarkan darah segar, untuk luka tusukan luka ini sangatlah besar darahnya bahkan sudah menetesi telur bulat itu.
Setelah membersikan tangannya dengan mantra sihir air ia kembali membersihkan telur it dan mengangkatnya kepangkuannya dan bekas darahnya yang menetes ditelur it ubelum ia bersihkan. Saat ia ingin mengeluarkan sihir air lagi darah tersebut hilang seperti diserap oleh cangkang telur itu.
Ghizey mengerjapkan matanya dan mengelus elus telur it dengan kasar, memastikan bahwa penglihatannya tidak salah
Krek...
Sekarang telur itu retak, ia berfikir itu karena ulahnya namun telur itu seperti bergerak sendiri seolah ada makhluk yang ingin keluar dari sana.
Belum sempat telur itu menetas sempurna isinya sudah membuat ghizey takut.
"Aaaaaaaaa!!!"
Pekiknya kuat sambil bersingut mundur, ia tertengun sambil bersandar pada dinding gua, telur yang ia pegang kini sudah jatuh dan mempercepat telur it menetas, makhluk hitam bersayap seperti burung itu bersusah payah untuk berdiri dan mengibaskan bulu-bulu halus hitamnya. Ia menatap sekeliling, sampai matanya bertemu dengan mata ghizey yang sedang ketakutan, sihir api yang ghizey ciptakan seketika padam saat mata mereka bertemu.
"Tring"
Sebuah sihir api hidup kembali dan memperlihatkan ghizey yang merayap didinding gua mencari jalan kabur, burung yang baru menetas it memiringkan kepalanya menatap ghizey.
"Mom" sahut burung itu
"Shit....." gumam ghizey
Burung yang seukuran ayam kalkun dewasa itu mendekat dengan langkah yang mulai lancar mendekati ghizey. Sedangkan yang didekati hanya diam melihat apa yang akan dilakukan makhluk baru ini.
"Mom...." sahut burung itu sambil menempel pada kaki ghizey
"Huft....sepertinya hewan ini tidak berbahaya"
"Hewan?" Sahut burung itu
"Ehehe bukan begitu....."
Cringggg
"What the hell!!" Sahut ghizey sekuat tenaga, burung yang berwarna hitam itu kini sudah menjadi anak laki-laki kecil yang buntal dengan keadaan t*******g, ia seperti anak yang berumur 3 tahun.
"Aku bukan hewan mom, aku kan anak mommy... phoenix"
"Aku bukan..... tunggu, kau burung phoenix? "
Anak kecil it mengangguk sambil memeluk kaki ghizey. Ghizey hanya keheranan dan tidak tahu ingin mengambil tindakan apa, si anak kecil yg mengaku burung phoenix ini dari tadi menganggapnya ibu. Ia sama sekali tidak percaya akan pernah bertemu burung mistis ini, yang ia tahu kemampuan makhluk ini sangat luar biasa.
Ia menatap anak kecil t*******g yang kini duduk jongkok sambil memperhatikannya, rupa manusianya sangat tampan dan menggemaskan. Jika dengan tatapan membunuh anak itu tentu saja Ghizey luluh. Ghizey mengangkat gaunnya dan merobek dua lapisan dalamnya yang berwarna putih dan Coklat, ia mendekati anak laki-laki kecil yang menganggapnya ibu.
"Jika kau ingin ikut denganku kau harus berbaju" sahut ghizey, ia mulai menata agar kain yang ia berikan bisa terlihat seperti baju normal pada anak mungil ini.
"Aku bisa menyihirnya mom"
Gelembung putih tiba-tiba mengelilingi badang anak itu, Kini kain yang sudah menempel dibadannya menjadi baju berwarna putih dan celana coklat sungguhan. Ghizey membulatkan matanya melihat kejadian itu.
"Kau bisa sihir?"
"Mom bisa, aku juga dong?"
"Aku gak bisa"
"Aku kan dapat sihir ini dari mommy"
Ghizey makin heran, mungkin anak kecil ini mengada ada saja
"Baik, karena kau memanggilku mom berarti aku ibumu, jadi kau harus menurut padaku dan jadi anak yang baik, oke?" Jelas ghizey sambil tersenyum
"Oke mom" sahut anak kecil itu kegirangan
"Namamu.... aku harus memberimu nama" gumamnya
"Pholi, nama mu pholi, nama ku.... eh nama mom Ghizey, kau harus tahu itu"
"Pholi... ? Suka..." sahut Pholi yg masih terkesan cadel dan baru belajar bicara
Ghizey sudah merasa nyaman dengan pholi dan memutuskan ia melanjutkan perjalanannya, ia takut hari keburu gelap dan ia terjebak dalam gua. Ia sudah tidak takut lagi karena sudah ada pholi didekatnya.
"Apa saja yang kau tahu tentang dirimu?" Sahut Ghizey
Pholi menatap ghizey "aku phoenix, mom adalah ibuku, terus... aku belum tahu banyak mom" tunduknya
Ghizey yang melihat anak kecil bak baru belajar berjalan dan berusaha mengejar langkahnya membuatnya memperlambat langkahnya seketika. Ia memang belum mengerti tapi mungkin ia akan mendapat jawabannya.
"Pholi memiliki darah mom, pholi bisa ngerasain kalo pholi menetas karena darah mommy"
"Ilmu sihir pholi berasal dari orangtua pholi"
Ghizey menghentikan langkahnya.
"Jadi kau tahu orang tua mu?"
"Enggak mom, ibu pholi yah cuman mom, tapi pholi tahu kalo pholi berbeda... asal asli pholi bukan dari mom. Tapi pholi lahir karena mom" jelasnya
"Lalu... darimana kau tahu semua ini?"
"Hehehe.... Gak tahu... tahu aja mom" cengir pholi
"Buntet....." sanyum Ghizey sambil mencubit pipi tembem pholi. Ia mengangkat pholi kegendongannya agar ia bisa berjalan lebih cepat.
---------di lain tempat--------
"Astaga, dimana Ghizey?!" Sahut Glen
"Kita harus menemukannya sebelum petang"
"Kita sudah berkeliling sejak tadi... dan kita gak menemukan apa apa!" Bentak Regaz
"Bahkan kemampuan penciuman aroma kalian saja tidak bisa mendeteksi keberadaannya" sahut Mira.
Mereka sudah frustasi mencari Ghizey, rasanya sudah hampir seluruh bagian hutan mereka susuri. Mereka juga sudah terluka karena bertarung dengan beberapa monster hutan. Mereka sudah menemukan guardian masing masing. Glen bertemu dengan seekor Citah, Mira burung merpati, dan insa seekor anjing abu-abu yang berbulu tebal.
"Sebenarnya bahaya apa yang membuat kita disuruh kembali" tanya Insa
"Entahlah... yang aku dengar dari Rio kekuatan gelap sempat menyelimuti hutan ini tadi"
"Kekuatan gelap? Bukankah itu hal sepele"
"Kekuatan gelap ini bukan seperti yg kita pelajari, isunya ini sama seperti kekuatam gelap...." glen berhenti berbicata sebentar
"si tanpa mahkota" lanjutnya
Insa dan Mira yang mendengar itu saling menatap satu sama lain. Mengerikan mendengar sebutan tanpa makhkota itu, namun keadaan sudah membaik dan mereka harus menemukan Ghizey secepatnya.
------------------------------
Air terjun yang ia dengar tadi sudah berada didepan Mata, jika diperhatikan ia sedang berada pada posisi dibalik air terjun besar ini.
"yah ini pasti jalan keluarnya" gumam ghizey, ia melangkah melewati bebatuan berlumut menuju air terjun yang lumayan besar, ia tepat berada di bebatuan tempat air jatuh it berlabuh.
Ghizey memperhatikan Langkah pholi yang sudah turun dari gendongannya tadi. Bagaimana ia menyembunyikan pholi nantinya. Pholi yang merasa ditatap membalas tatapan ibunya
"Bagaimana aku menyembunyikanmu nanyi"
"Kenapa pholi harus sembunyi"
"Kamu tahu sendiri umurku berapa, aku menerima mu sebagai anakku tapi bagaimana dengan orang sekitar, aku juga sedang sekolah"
"Mom seorang wizard, bukankah ada sihir ruang?"
"Sihur ruang?"
Pholi hanya mengangguk
"Pholi gak biaa buatnya, tapi mom bisa"
"Hahhaha.... aku saja baru mendengarnya pholi"
"Tapi rasanya pholi tahu sihir ini dari ikatan darah dengan mom"
Ghizey tertegun mendegar jawaban pholi, ia sadar memang dulu raga ini bukan miliknya. Dan Gadis micella itu banyak menghapal mantra.
"Pholi... apa kau tahu mantra itu dan cara menggunakannya?"
"He em"
"Bisa ajari? Aku hilang ingatan beberapa hari yang lalu"
Pholi menatap Ghizey dan kemudian mengangguk dengan polosnya, ia memberitahu bahwa ghizey harus bertapa atau bersmedi untuk memfokuskan dirinya. Sambil membeo pada mantra yang pholi ucapkan ia mencoba fokus sambil menutup mata.
Kini jiwa Ghizey sedang berada pada ruang gelap, berdasarkan yang pholi ajarkan pikirannya lah yang akan membangun ruang besar itu.
Ghizey memikirkan sebuah ruangan yang cukup besar.... ia membuat istana khayalannya yang sangat mewah, didalam ruang gelap itu kini sudah ada istana putih dan emas yang megah. Terdapat beberapa kamar beserta perabotan yang indah. Ghizey berlarian didalam ruangan it sambil menciptakan sihir ruangnya. Lapangannya saja tak luput ia ciptakan, hal hal kecil pengisi sebuah istana ia buat lengkap tanpa ada kekurangan, seolah membangun rumah impian dengan bebas. Setelah puas ia kembali pada dunia aslinya.
Perlahan ia membuka mata namun badanya terasa sangat lemas. Pholi sudah khawatir menatapnya sejak tadi. Darah segar keluar dari hidung Ghizey dan wajahnya sudah terlihat pucat
"Mom... mom sepertinya terlalu berlebihan tadi, raga mom bisa ambruk"
Tangan ghizey bergerak menuju darah yang berada dihidungnya
"Aku memang berlebihan tadi" kekehnya.
"Baik sekarang mom buat tanda padaku agar aku bsa masuk keruang sihir itu"
Mendengar ajaran pholi, kini pholi sudah bisa memasuki ruangan sihir yang mereka namakan IstanaPutih, agar bisa masuk mereka harus mempunyai ikatan atau kontrak darah, setelah itu sang pemilik ruangan itu harus memberi izin. Kini Pholi sudah memasuki ruang sihir yang bak ruang paralel.
Ghizey berjalan sendiri dengan gontai untuk menembus air terjun itu. Tenaganya terkuras habis demi membagun istana putih. Badan Ghizey kini sudah ikut tersiram air terjun demi keluar dari Lorong gelap tadi. Ia sudah berada pada kali kecil yang indah dengan air sedalam lututnya. Ia menoleh kebelakang untuk memastikan ia benar benar sudah bebas
"Kemana lorong itu!?"
Kini tempat asal ia keluar sudah menjadi dinding tanah. Ghizey menggelengkan kepalanya yang pusing dan berjalan menjauh untuk keluar dari air.
----------------
"Eh itu ada air terjun, kita harus membersihkan diri sebentar" sahut Insa
Mereka berempat mengangguk dan berjalan menuju kali indah dengan air terjun itu, masing masing mereka membersihkan bagian tubuh yang kotor dan membasuh muka.
"Ghi...zey?" Gumam Mira
"Itu ghizey!" Teriak Mira sembari menyebrangi air untuk menghapiri Ghizey. Ia sedang duduk kedinginan diatas batu dipinggir kali dengan wajah pucat dan menggigil. Tenanga nya benar-benar kandas.
"Ghi... kau baik baik saja?" Sahut Mira dengan cemas.
Ghizey memperhatikan teman satu tendanya satu persatu
"sepertinya aku akan pingsan sekarang" gumamya dalam hati.
"Dia pingsan" sahut mereka bersamaan. Regaz langsung jongkok memberikan punggungnya
"Glen, cepat angkat dia agar ku gendong, kita harus membawanya kembali"
Kini Ghizey sudah ditangani oleh healer yang ikut dalam kegiatan mereka. Ia terbaring di tenda pengobatan bersama empat temannya yang memiliki luka-luka kecil. Para guardian berbaur dengan yang lainnya diluar tenda sebelum mereka kembali kehutan.
"Kira-kira apa yang terjadi dengan Ghizey?" Sahut Insa yang dari tadi memperhatikan tubuh terbaring itu. Regaz ikut melirik dan mengangkat kedua bahunya. Sedangkan Mira masih menerka nerka apa yang terjadi.
"Mungkin dia kena air terjun" sahut Glen
Tatapan sini Regaz, Mira dan Insa Menusuk Glen sekaligus.
"Ehhehe.... santuy bro... sengaja biar gak tegang kali"
"Kita tanya aja nanti sama orangnya sahut Mira"
Bagaikan istilah panjang umur, Ghizey terlihat membuka matanya perlahan lahan. Ia juga berusaha duduk sambil memijit kepalanya yang masih sedikit pusing. Regaz yang paling dekat dengannya beranjak dan membantunya duduk.
Ghizey mengitari pandangannya dan menemukan teman-temannya mengelilinginya.
"Huft.... akhirnya aku kembali"
"Kau darimana saja? Kami habis habisan mencarimu" sahut Insa kesal
"Aku jatuh kedalam lubang, ada terowongan... dan..."
"Dan apa?"
Ghizey tidak ingin memberi tahu tentang anak angkatnya Pholi.
"Aku tidak menemukan jalan sampai kehabisan tenaga, detik detik terakhir aku berhasil keluar dan terjerembab di kali"
"Yasudah, kita akan kembali ke asrama besok pagi, jika sudah mendingan bergabunglah ketenda kita, kecuali kau betah di tenda pengobatan" sahut Mira
"Aku ikut kalian"
Ghizey beranjak dan merapikan pakaiannya, mereka berlima kembali ke tenda mereka untuk mengambil bersih-bersih.
------------------------
"Kau sedang apa?" Sahut Regaz pada Ghizey yang sedang menghangatkan tubuh di perapian api unggun.
"Tidak ada"
"Kau sudah baikan?"
Ghizey hanya mengangguk, ia segan karena belum akrab dengan Regaz.
"Sudah waktunya makan, yang lain sudah mengambil makanannya kau harus bergegaz jika tidak ingin kelaparan" Regaz berdiri dan menunggu Ghizey agar pergi bersama.
Mereka pergi untuk mengambil makan malam. Kedekatan mereka yang sebentar tidak luput dari pandangan insa, bisa dibilang Insa memang menyukai regaz sejak dulu, bahkan hampir satu sekolah sangat fans pada pangeran berdarah dingin itu.
Sejak beberapa orang perempuan tahu gerak gerik Insa mendekati regaz, beberapa dari mereka mundur karena insa termasuk wanita tercantik disekolah belum lagi keluarganya yang berasal dari bangsawan besar yang berpengaruh di dunia immortal. Kehormatan dan keseganan bahkan ketakukan orang pada keluarga mereka sudah menjado makannan sehari harinya, dan memiliki apa yang dia inginkan sudah menjadi kebiasaannya.
"Mau ku ambilkan?" Sahut Regaz
"Aku ambil sendiri saja"
Ghizey mengambil sedikit demi sedikit beberapa makanan, ia langsung memasukkan kemulutnya dan juga kepiringnya, sepanjang barisan makanan ia memasukkan dan memakannya. Sedangkan piringnga juga ikut diisi.
Regaz sebenarnya melik tingkah ghizey diam diam, ia tersenyum geli karna berfikir ghizey akan malu didepannya jika piringnya terlalu penuh.
"Sudah?"
"Hmmm?? Uhuk...uhukkkk"
Regaz terkekeh dan mengambilkan minum.
"Aku belum makan sama sekali dan kau sudah kenyang"
"Aku belum makan banyak" cengir Ghizey
"Yasudah ayo kita cari kursi"
"Aaaa.... aku ada janji makan bersama mira, aku panggil dia ketenda dulu yah"
Ghizey berjalan cepat menuju tenda, syukurnya tidalnad asiapa siapa didalam, ia mengilang dan pergi masuk ke istana putih. Istana putih selalu berada dimana ghizey berada, jika ghizey masuk kedalam saat iandi tenda maka nanti ia akan euar di tenda.
"Pholi.... !"
"Mommy.....!" Sahut pholi yang berlari kecil memeluk kaki Ghizey
"Kau belum makan, nih....."
Pholi kegirangan dan menyantap beragam makanan yang Ghizey bawa diatas meja makan.
"Apa saja yang kau kalukan disini?"
"Aku menonton kotak itu"
"PS?"
"Mmm....iya" angguk poli
Ghizey yakin Pholi kesepian selalu berada di ruangan ini, entah kapan pholi akan bisa bebas.
"Pholi, wujud manusia mu hanya ini?"
"Pholi mmg memiliki wujud manusia"
"Apa ada wujud yang akan membuatmu aman keluar bersamaku"
"Pholi belum besar mom, kekuatan pholi terbatas, mom juga harus melatih pholi"
Setelah pholi menghabiskan makanannya Ghizey keluar dari istanaputih.
Ia sekarang berada didalam tenda. Sialnya dia tidak sendiri, disana ada Mira yang terkejut sambil menatapnya.
--------------
Jangan lupa follow Author nya yah ❤️
Beri komentar juga❤️