YAMH 1

1061 Words
Gyzell Rebeca Egirton, seorang wanita karir berusia 27 tahun, mandiri tanpa hadirnya seorang pasangan di dalam hidupnya. Masa lalu yang menyakitkan membuatnya tidak ingin kembali terjerumus ke dalam lubang yang sama. “Siapkan meeting hari ini, saya akan segera ke sana,” ucapnya kepada sang sekretaris. Menjadi wanita karir mempunyai perusahaan sendiri di usia muda memang bukan suatu hal yang mudah. Dia mengumpulkan uangnya sendiri. Meskipun keluarganya berasal dari golongan orang kaya raya, tetapi tidak membuat Gyzell menjadi seorang wanita yang manja. Bahkan dia sudah tinggal di rumahnya sendiri saat usianya 22 tahun saat dia masih duduk di bangku kuliah. Seperti yang Gyzell ucapkan kepada sekretarisnya, wanita cantik dengan sejuta kewibawaan itu keluar dari ruangannya. Semua karyawan yang melihatnya menunduk takut. Gyzell bukan lah sosok pemimpin yang tegas dan galak, tetapi tatapan matanya yang tajam cukup membuat semua karyawan takut. Setelah 2 jam lamanya berada di ruang rapat, akhirnya Gyzell bisa bernapas lega keluar dari dalam sana. Saat wanita itu ingin masuk kembali ke ruangannya, tiba-tiba saja gawainya berdering. “Iya Nick kenapa?” tanya Gyzell sembari melanjutkan langkahnya. “Nanti malam kamu ada waktu nggak?” tanya lelaki di seberang sana. “Emangnya mau ke mana?” tanya Gyzell lagi. kini wanita itu sudah duduk di atas kursi keberasannya. Tangannya lincah memainkan bolpoin yang biasa digunakan untuk tanda tangan. “Aku pengen makan bareng di luar sama kamu,” jelas lelaki itu, terdengar dari suaranya dia sedang melakukan sesuatu. “Kamu kan tahu aku, Nick. Pekerjaan aku banyak, jadi nggak mungkin juga buat keluar.” Terdengar helaan napas dari Nick dari seberang sana. “Kita udah lama loh nggak keluar. Sekali aja. Please,” pintanya. Gyzell menghela napasnya kasar. “Nggak bisa Nick, maaf ya aku lagi banyak pekerjaan nih. Lain waktu aja kalo aku bisa.” “Ya udah deh iya. Semangat ya.” Lalu sambungan telepon pun terputus. Nick adalah lelaki yang dia kenal beberapa tahun yang lalu, tidak sengaja bertemu di salah satu pesta rekan bisnisnya. Kedekatan mereka berdua membuat Nick terbawa perasaan. Selain itu Nick juga terpesona dengan kecantikan Gyzell yang terpancar dengan alami. Namun, berkali-kali lelaki itu ingin menaklukkan hati Gyzell, tetapi wanita itu menutup hatinya rapat-rapat. *** Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sore hari pun tiba-tiba saja sudah hadir menyambut para karyawan untuk pulang ke rumah masing-masing. begitupun dengan Gyzell, wanita itu sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya karena sedang merindukan seseorang di sana. Gyzell melangkah keluar dari perusahaannya dengan pasti. Suara dari sepatu high heels yang dia gunakan menggema di lantai lobi. Satpam yang tahu kedatangannya pun langsung membukakan pintu agar Gyzell bisa dengan mudah keluar dari sana. “Terima kasih, Pak,” ucap Gyzell dengan begitu ramahnya. “Hati-hati di jalan Bu Gyzell,” ucap pak satpam itu dengan senyuman yang ramah pula. Karyawan dan pekerja mana yang tidak senang bila mempunyai atasan sebaik dan seramah Gyzell? Wanita itu cantik, berpendidikan tinggi, selalu bijak dalam mengambil keputusan, tetapi dia pribadi yang tertutup hingga tidak banyak yang tahu asal usul keluarganya. Sejenak Gyzell berhenti, dia mendongak menatap langit dengan warna jingga di langit lepas. Segerombolan burung sedang terbang di atas sana dengan begitu bebasnya seolah tidak ada beban sedikitpun selama hidupnya. Gyzell menghela napasnya pelan, dia berpikir akan lebih mudah menjadi seekor burung saja. Bisa terbang bebas kemanapun dia mau. Tidak perlu membayarkan ongkos dan yang lainnya. Sejenak dia merenung, meratapi hidupnya yang tidak sebahagia teman-temannya yang sudah memiliki keluarga sendiri. Suami yang baik dan anak-anak yang sangat lucu. “Pasangan?” batinnya di dalam hati. Gyzell terkekeh sendiri bila mendengar kata itu dari dalam hatinya. Seorang pasangan memang sangat dia butuhkan, tetapi luka masa lalu itu sangat membuatnya enggan untuk kembali membuka hati. Karena merasakan kesakitan yang sama adalah kegiatan terbodoh di muka bumi ini. Setelah puas merenung dan menertawakan dirinya sendiri, Gyzell masuk ke mobilnya lalu menjalankan benda beroda empat itu untuk membelah jalanan kota yang sudah padat dengan kendaraan lainnya. Kemerlap dari lampu-lampu itu sejenak membuat pikirannya kembali tenang. Tangannya terulur untuk menyalakan musik kesukaanya. Now I don’t need your wings to fly, No, I don’t need a hand to hold in mine this time. You held me down, but I broke free, I found the love inside of me. Now I don’t need a hero to survive, Cause I already saved my life, I already saved my life. I already saved my life. I already saved my life. I already saved my life. Lagu yang berjudul Hiro itu merupakan lagu kesukaanya. Sangat menggambarkan bagaimana perasaanya sekarang. saat ini saya tak lagi menginginkan sayapmu untuk terbang. Tidak saya tak membutuhkan uluran tanganmu untuk memegang ku saat ini seperti itulah sebagian liriknya yang mampu menggambarkan perasaan Gyzell saat ini. mengingat lelaki masa lalu membuatnya kembali ingin menenggelamkan dirinya yang bodoh. Bodoh karena bisa terbuai dengan ucapan manisnya lalu setelah dia mendapatkan apapun yang diinginkan Gyzell ditinggalkan tanpa perasaan dan pesan yang jelas. Sehingga luka itu masih membekas sampai saat ini. tidak mudah hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang menyedihkan. Sungguh, dia juga ingin hidup normal seperti teman-teman seusianya. Berbagi cinta dan kisah asmara yang begitu membahagiakan. Menjadi wanita karir adalah salah satu jalannya untuk melupakan semua masa lalu. Agar dia tidak terlihat rapuh di mata dunia. Lelah. rasa itu yang terkadang hinggap di benaknya saat kesunyian malam tiba. Sesekali kepalanya ingin bersadar pada bahu yang kokoh serta telinga yang setia mendengarkan keluh kesahnya. Namun, lagi-lagi takdir harus berkata lain kepadanya. Gyzell menghela napsnya pelan, menurunkan laju mobilnya. Kedua matanya berbinar saat melihat gerobak martabak manis yang selalu dia beli saat masih duduk bangku kuliah. Dia mencari tempat yang sepi untuk menepikan mobilnya. “Bang, martabaknya satu ya,” ucap Gyzell lalu wanita itu duduk di salah satu bangku yang telah di sediakan. Martabak manis dengan toping kacang dan s**u adalah menu andalan yang selalu dia pesan. Rasa manis dari s**u dan gurih dari kacang tanah membuatnya bisa melupakan hal-hal yang menyedihkan. “Ini Neng pesanannya.” Abang penjual martabak itu memberikan pesanan Gyzell. “Terima kasih, Pak. kembaliannya buat Bapak aja.” Gyzell berucap dengan senyum manis di wajahnya. Sang abang tukang martabak pun tersenyum hati. “Terima kasih, Neng. Semoga rezekinya lancar dan bisa dipertemukan dengan lelaki yang bertanggung jawab.” Gyzell mengangguk. “Aamiin. Kalau begitu saya permisi dulu ya Pak.” Lalu wanita itu masuk ke mobilnya dan kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang semakin padat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD