bab 10

1017 Words
Keesokan harinya Ayu terpaksa harus pulang kerumah. Besok adalah hari senin. Ayu harus kembali masuk kerja. Sebelum dia berangkat pagi tadi, mulai terjadilah drama. Nuri, anak dari kaka iparnya itu mendadak rewel. Dia tak mau ditinggal pergi oleh ayu. Berbagai jurus dan rayuan sudah mereka semua kerahkan. Mulai dari diberi iming iming permen, boneka, ice cream dan sebagainya. Namun tak ada satu pun juga yang bisa mempengaruhi pendirian gadis kecil itu. Dia tetap saja meraung raung didepan pintu rumah, melarang ayu pergi bekerja. Bu lastri dan pak yanto yang tadi datang pagi pagi sekali tampak kuwalahan mengatasinya. Sebenarnya ayu tak tega juga meninggalkan nuri, tapi dia bingung karena baru saja mulai bekerja. Belum juga genap sebulan lamanya, masa dia harus meminta ijin gak masuk kerja. Namun Bu lastri akhirnya bisa menenangkan cucunya itu, dan menyuruh ayu untuk segera pergi. Ayu berjanji nanti sore dia akan datang kerumah mas angga lagi. setelah dia mampir sebentar mengambil pakaian ganti kerumahnya terlebih dahulu. " Maaa... maaf ya ayu harus pergi kerja, kalau nanti ada apa apa, mama kabari saja ayu ya, telpon atau lewat pesan wa " Ayu berbisik pelan pada mertuanya itu. lantas dia langsung berjalan cepat keluar rumah dan segera pergi. Tadi sewaktu ayu mau berangkat, bu lastri mengajak nuri mandi dahulu. Supaya bisa ikut bersama tante ayu, kata bu lastri membohongi nuri. Bu lastri terpaksa mengelabuhi nuri karena sudah gak ada cara lain lagi. Ayu tak bisa membayangkan kalau nanti nuri tau dirinya sudah pergi meninggalkanya, pastilah anak itu ngamuk lagi. Duh, gimana ya. Ayu menimbang nimbang, balik lagi gak ya..., batin ayu. ' ah aku berangkat aja lah, mungkin sebentar lagi mas angga pulang' pikir ayu. Akhirnya ayu sampai dikantor, jam delapan kurang lima menit. Ayu tadi gak sempet sarapan, dia memutuskan untuk kepantry terlebih dahulu sebelum mulai bekerja. Mungkin dia akan menyeduh energen saja, agar bisa sedikit menambah tenaga nya nanti. Ayu melakukan nya dengan cepat, dia terbiasa bekerja tepat waktu, dia pun segera kembali setelah menyeduh segelas energen. Ayu masuk ke kubikelnya, sambil membawa gelas berisi energen rasa kacang ijo. Itu adalah salah satu rasa kesukaanya. Belum juga dia menyalakan komputernya, handphone ayu tiba tiba berdering. Ayu segera mengambil handphone itu. Dia menggeser tanda hijau dilayar ponselnya. Itu adalah panggilan dari bu lastri.Dengan terburu buru Ayu menyapa mertuanya itu. Firasat buruk menghantui pikiran nya saat ini. " Hallo maaa. A.. ada ada apa ma, apa nuri baik baik aja, eh maaaf ayu sampe lupa, Ayu lupa salam, assalammualikum ma..." ucap ayu. " Waalaikum salam ayu..." jawab bu lastri dari seberang sana. Terdengar suara itu sangat lemah. Ayu tambah merasa ada yang tak beres. Ayu menepis semua pikiran buruknya. " Gimana mah. Ada apa, apa nuri gak bisa ditenangkan " tanya ayu. Ayu tak sabar menanti jawaban bu lastri. " Huhuhu....." tiba tiba bu lastri terdengar menangis tergugu. " Ada apa ma... maa...." ucap ayu panik. " Ayu..., mbakmu ... huhuhu..." kata bu lastri lagi dengan suara lemah dan terputus putus. " Ma ada apa dengan mbak fitri, mbak fitri kenapa ma..." tanya ayu gak sabar. " Mbakmu nak, mbakmu, udah nggak ada. Dia sudah pergi meninggalkan kita semua, huhuhu..., " bu lastri terus saja menangis. " Innalillahi wa inna ilaihi roojiun mah..." ucap ayu. " Kapan ma " ucap ayu lagi. " barusan angga telpon mama " kata bu lastri. " Astaghfirullah maaa... yaudah mama tenang dulu. Ayu segara pulang, Ayu pulang sekarang ya ma..." kata ayu. " Assalammualikum" ucap ayu lagi. Ayu tak menunggu jawaban dari bu lastri. Ayu tau bagaimana perasaan beliau sekarang, tanpa mendengar jawaban dari mertuanya lagi, ayu sudah mematikan ponselnya karena terburu buru. Ayu segera berlari keruangan supervisornya yang kebetulan baru saja sampai. Ayu mengetuk pintu pelan, sebetulnya dia ragu, bagaimanapun dia adalah karyawan baru disini. Setelah ada jawaban dari dalam, ayu pun segera masuk. " Ayu. Silahkan " ucap supervisor ayu. " Ada apa ayu " lanjutnya. " Begini pak.., maaf pak.. apa boleh saya ijin hari ini " ucap ayu ragu, dia terus menunduk sambil memilin jari jemarinya. Pak yudi, supervisor ayu itu terlihat mengernyitkan dahinya. " Begini pak, kaka ipar saya meninggal dunia. Baru saja mertua saya telpon" jelas ayu. Setelah dijelaskan, baru pak Yudi mengerti. " Oalah begitu, iya yu, silahkan kamu pulang aja sekarang " ucap pak Yudi. " Iii.... ya pak ... makasih pak..." ucap ayu. Pak yudi pun mengangguk. Ayu segera berlalu dari ruangan itu. Dan mengambil tas tangannya yang berada diatas meja. Ayu bahkan lupa dengan segelas energen yang tadi sudah dia seduh. Tampaknya juga sudah tak lagi hangat. Ayu pun pamit keteman yang ada sebelah kubikelnya, dia mengatakan kalau dia harus segera pulang karena kakak nya meninggal. Ayu pun segera berlari ke lift yang langsung membawanya ke lantai dasar. Setelah keluar dari lobi kantor, ayu pun berlari menuju parkiran dan segera memasuki mobilnya. Ayu segera meluncurkan kendaraannya itu kejalan raya menuju ke rumah angga. Diperjalanan, otak ayu sudah tak bisa berpikir jernih lagi. Walau dirinya dan fitri selama ini tak begitu akrab, namun dia sudah menganggap fitri sebagai kakak perempuan nya sendiri. Ayu yang seorang anak sulung, dari dulu selalu berangan untuk memiliki seorang kakak. Tak masalah laki laki atau perempuan. Ketika dia berpacaran dengan putra dan mulai dikenalkan dengan keluarga nya, ayu merasa bahagia. Dia sangat periang dan cepat akrab. Banyak orang suka pada pribadinya itu, yang selalu peduli dengan orang lain. Ayu menjadi teringat, saat pertama kali dia menerima berita itu. Kurang lebih keadaan nya juga hampir sama seperti ini. Walau nyatanya ayu merasa dirinya lebih nelangsa, karena sebelumnya tak ada firasat apapun tentang suaminya. Namun mereka sama sama kehilangan. Cobaan ini benar benar datang secara bertubu tubi. Belum juga kering bekas luka itu, tapi kini rasanya seperti kembali disiramkan cuka diatasnya. Perih, amat sangat perih. Diantara kesedihan itu, ada sepasang orang tua yang begitu meratapi nasibnya. Yakni bu lastri dan pak yanto. Selama menjalani biduk rumah tangga bersama, mereka terbilang tak pernah terpisahkan. Kemana pun selalu bersama. Pahit manis kehidupan telah mereka jalani bersama sama . Keduanya tentu tau arti dari support pasangan, Maka saat kedua anaknya diuji dengan cobaan seperti ini, keduanya pun merasa sangat prihatin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD