bab 8

1012 Words
Ayu sangat bersyukur, karena akhirnya dia bisa lolos interview. Dan keesokan harinya, dia diminta untuk langsung mulai bekerja. Ayu diterima sebagai staff akuntan sesuai bidang yang dia kuasai. Mulai sekarang setiap hari, mulai senin hingga jumat ayu menghabiskan waktu dikantor. Yah, ayu akui memang dengan bekerja seperti ini, dia tak lagi berlarut larut memikirkan tentang kematian suaminya. Walau nanti jika dia sudah kembali pulang ke rumah, rasa sepi dan hampa itu kembali. Menyeruak dihatinya dan menimbulkan buliran kristal yang jatuh kembali membasahi pipinya. Setiap libur tiba, ayu selalu menyempatkan diri berziarah ke makam suaminya yang terletak di dekat rumah mertuanya. Jarak rumah ayu dan mertuanya juga tak terlampau jauh. Jika ayu sedang berziarah, maka dia akan sekalian mampir kerumah mertuanya. Saat ayu berkunjung, pasti dia akan disuguhi dengan berbagai hidangan lezat yang dimasak oleh mertuanya sendiri. Biasanya, mas angga dan keluarga kecilnya juga berkunjung kerumah bu lastri. Tapi beberapa minggu terakhir ini mereka tak terlihat lagi datang kesana. Sehingga ayu pun spontan menanyakan perihal itu kepada mama lastri. " Ma, mas angga dan mbak fitri gak dateng kesini, tumben sekali ma. Apa mereka sudah pulang" Tanya ayu saat dia baru menyadari, apa mungkin karena ini sudah terlalu sore, sehingga ayu tak bertemu dengan mereka. " Enggak yu, emang mas dan mbak mu itu gak kesini. Mbakmu itu sekarang lagi sakit yu, mama merasa kasian sekali pada fitri " jelas bu lastri dengan suara lirih, tersirat kesedihan dalam nada suara nya. " Oh... ma maaf ma, ayu nggak tau. Em... bukan nya beberapa minggu lalu mbak fitri terlihat masih sehat saja kan ma, waktu mbak fitri main kesini juga " Tanya ayu yang terlihat sedang mengingat pertemuan terakhir mereka. " Iya memang yu, terakhir dua minggu yanga lalu kayaknya yu, mereka masih main kesini. Memang sih kata angga, fitri sering mengeluh sakit di perutnya, ternyata ada .. huhuhu..." sambil menahan air mata yang akan tumpah, bu lastri tampak menguatkan diri. mata tua bu lastri sudah penuh dengan genangan bening, yang kini sudah siap meluncur turun membasahi pipinya. " Kenapa ma, memang mbak fitri sakit apa..." Tanya ayu penasaran. Dia merasa kakak iparnya itu baik baik saja selama ini. Mereka memang terbilang tak terlalu dekat. Keduanya jarang berinteraksi, lantaran sifat fitri yang sangat pendiam. Berbeda dengan Ayu yang lebih banyak bicara. " Fitri ternyata punya penyakit kanker yu..." Jawab bu lastri lirih. " Astghfirullah ma, innnalillahi wainnailaihi rojiun maaa, memang kapan mah di vonisnya" Tanya ayu. Bukannya ingin menambah rasa sedih mama mertuanya, ayu memang benar benar tak tau, dan ingin tau kebenaran berita ini. Baginya berita ini sangat membuatnya terkejut, bagaimana pun juga Ayu sudah menganggap ayu seperti kakak perempuan nya sendiri. " Baru saja jumat kemarin yu, mama juga sudah kerumah mereka. Mama disuruh jagain nuri disana. Sebenernya pengen sekali mama bawa nuri kesini, tapi anaknya gak mau. Dia mau dekat sama mama nya terus, mama tak tega liatnya ayu, huhuhuhu ..." Bu lastri kembali menangis. " Yaudah mah, ayuk sekarang kita kesana nengokin mbak fitri sekalian lihat nuri. Mungkin mas angga sedang kerepotan sekarang mah" ajak ayu. " Tadi juga niat mama gitu yu. Mama mau kesana setelah kamu dari sini. Niat mama tadi mau ngajak kamu ikut, tapi takutnya kamu lagi sibuk yu" ucap bu lastri " Enggak kok ma, ayu kan hari ini libur. Yaudah mah ayo sekarang kita langsung kesana aja ya " Ajak ayu. Mereka berdua pun pergi dengan mengendarai mobil sedan ayu. Pak yanto, bapak mertua ayu tak tampak batang hidungnya. Entah, lagi dimana si bapak sekarang. Mungkin lagi kerja. Ayu juga tak sempat menanyakan bapak mertuanya itu kepada mama lastri. Saat menuju rumah mas angga, ayu melewati pemakaman almarhum putra, suaminya. Ayu lantas memelankan laju mobilnya. " ma... boleh gak, kalau ayu ziarah sebentar saja. Biasanya ayu selalu kesini tiap minggu. Takutnya mas putra menantikan kedatangan ayu " Tanya ayu agak ragu. " Iya nak tentu, tentu boleh saja..." bu lastri kembali menangis, saat teringat anak bungsunya itu. Belum juga setahun kepergian putranya itu, sekarang cobaan itu datang kembali pada keluarganya. Kini menantunya yang tengah terbaring sakit. Bu lastri berharap agar fitri cepat sehat kembali. Mereka berdua lalu berjalan beriringan menuju pemakaman putra. Setelah mengirim doa dan menaburkan bunga, mereka berdua bergegas pergi dan melanjutkan perjalanan menuju rumah angga. Setelah tiba di sana, ternyata pak yanto sudah berada dirumah angga. Tadi angga menelepon, meminta tolong untuk menjaga putrinya nuri, karena fitri harus dilarikan kerumah sakit kembali. Pak yanto yang sedang berada diperjalanan saat hendak pulang kerumah, akhirnya membelokkan stir menuju rumah anak sulungnya itu. " Ya Allah pak. Gimana ceritanya tadi, kok bisa begini " kata bu lastri. Pak yanto yang notabennya jarang bicara tampak menjawab pelan, pikirannya seperti sedang menerawang jauh. Semua tau, walau tak banyak bicara, bapak kepala keluarga mereka itu sangat mengasihi dan sangat sayang pada seluruh keluarga nya. " Fitri tampak kesakitan tadi mah, jadi angga buru buru pergi membawa nya kerumah sakit" jawab pak yanto. " Apa, apa mama mau menyusul angga kerumah sakit saja sekarang " lanjut pak yanto. Entah apa yang ada dibenak pak yanto sekarang, dia tampak memikirkan sesuatu. " Iya pak, kasian angga disana. Dia pasti kerepotan " jawab bu lastri. " Ayu, apa kamu mau jagain nuri disini..." tanya bu lastri. " Iya mah. Ayu saja yang jaga nuri " jawab ayu. " Sini anak pinter, sama tante dulu ya... " ucap ayu. Ajaib nya anak perempuan kecil itu, mau menurut dan tampak bergelayut manja dipangkuan ayu. Hingga membuat pak yanto dan bu lastri lega. Mereka berdua akhirnya pergi menuju rumah sakit, untuk menemani angga yang tentu saja sedang bersedih sekarang. Mungkin saja angga disana kerepotan mengurus istrinya dan juga harus mengurus administrasi rumah sakit. Kedua orang tua itu memahami nya. mereka berbagi tugas, untung saja ada ayu disini. Sehingga ayu bisa menjaga nuri. Ayu mengajak keponakannya itu bermain. Nuri terlihat cepat akrab dengan Ayu. Ayu memang termasuk orang yang mudah bergaul. Apalagi jika beruurusan dengan anak kecil. Ayu seperti mempunyai ikatan batin tersendiri dengan makhluk mungil menggemaskan itu. Sayangnya ayu belum memiliki nya, anak kecil darah dagingnya sendiri. Yang sudah ayu rindukan sejak dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD