Di antara lalu lalang kendaraan kota Jogja. Dan lampu-lampu jalanan yang terus menyala. Malam tersusun dari rupa-rupa doa manusia. Yang merapal banyak semoga. Kaki-kaki kecil, kurus dan kasar menelusuri wajah bumi. Terlalu kasar hingga terasa sakit di punggung kaki. Tak butuh alas untuk meredam, pula bela kasih semesta untuk mengemis kawan. Heels yang dipakai Johana terlepas sedari 300 meter awal perjalanan. Detik demi detik, ia tersenyum paksa melewati malam seakan menutup lara yang masih terbuka. Ia hanya menginginkan hidup dengan ketenangan tanpa memporak-porandakan semesta. Pelan-pelan ingatan menyeruak ke otak. Puing kejadian berhamburan di tepi kegelisahan. Resah telah memaksa masuk dalam jiwa, walaupun raga tak semestinya ikut bersandiwara. Mungkinkah Johana harus mengutuk takdi