“Tante, uang Kane cuma segitu.” Pria itu terdiam lagi, menunggu hingga lawan bicara di ujung panggilan selesai dengan omongannya. “Iya, Kane paham. Tapi kalau Kane ga punya duit, Kane bisa apa?” Ia terdiam lagi. “Tante, bawa aja Papa ke sini. Biar Kane yang urus. Tapi kalau uang, maaf Kane ga ada. Lagipula kalian ga pernah menganggap Kane ada. Sejak kalian menikah sekalipun Papa ga pernah ngubungin Kane. Harusnya saat Papa kena serangan jantung, Tante juga ga usah ngubungin Kane!” Nada suaranya terdengar begitu penuh dengan amarah yang ditahan. Lalu … sunyi. Hanya deru napas yang sampai ke telinga Lian. Lian baru saja keluar dari unit Zhen, mengisi tumbler-nya dengan kopi sultan. Siapa yang sangka jika di tangga darurat itu ada seorang dokter magang yang tengah berseteru di panggilan