Leon memerhatikan dengan lurus balita di depannya yang masih belum menyadari bahaya yang baru saja mengintainya. Balita itu masih asik merangkak lurus ke depan tanpa mengetahui apa saja yang ada di sekitarnya.
Bahkan keberadaan Leon yang kini ada di belakangnya saja balita itu tidak memerhatikannya sedikit pun. Leon menghela napas lelah karena ulah balita yang untungnya sangat menggemaskan itu. Nampaknya balita itu tidak mengijinkan Leon untuk beristirahat walau sejenak.
“Uh ... ung! Ba ... ba ... ba ...” gumam balita kecil itu dalam kegelapan suasana goa. Suara derasnya hujan di luar sana semakin terdengar jelas di telinga tajam Leon. Hujan itu tidak akan cepat berhenti, dan Leon sangat menyadari hal itu.
Sekali lagi pria harimau itu melirik ke arah balita kecil yang tengah merangkak membelakanginya itu. Leon terdiam sejenak di tempat, sebelum kemudian pada akhirnya pria harimau itu menarik napas dalam-dalam, dan lalu menghela napas dengan berat hati.
Terpaksa dirinya harus melakukan sesuatu. Anggap saja semua ini karena Leon tidak bisa membiarkan cadangan makanannya lepas dari pandangan mata lagi. Lagi pula membuat cadangan makanan semakin gemuk tidak ada salahnya bukan?
Hal itu akan lebih menguntungkan untuk dirinya sendiri. Menyiapkan bahan-bahan makanan dengan kualitas bagus, sebelum kemudian memakannya dengan nikmat. Sebuah ide yang cukup bagus bukan?
Dengan mengatur pikirannya lebih positif lagi, Leon mulai melangkahkan kaki harimaunya ke depan dan mengangkat tubuh kecil itu dengan ekor harimaunya seperti biasa. Balita kecil itu nampak terkejut ketika tiba-tiba tubuh telanjangnya terangkat ke udara begitu saja.
Balita tersebut menoleh ke arah sekitar yang masih nampak terlihat gelap gulita, sembari merabakan kedua tangannya ke udara seakan tengah mencari pegangan. Leon hanya melirik malas ke arah balita tersebut, dan lalu membawa tubuh kecil itu kembali ke tempat persinggahannya tadi.
Tubuh balita itu kembali terayun-ayun ke udara mengikuti arah gerakan ekor harimau Leon. Sekali lagi balita tersebut terkekeh kecil merasakan dirinya seperti terbang ke udara. Mendengar tawa riang balita tersebut, Leon hanya melirik sedikit ke arahnya dan lalu memutar bola matanya dengan jengah.
Pria harimau itu merasa lama-lama seperti diperbudak oleh daging kecil benyawa tersebut. Leon meletakkan balita tersebut ke atas sofa kembali, dan lalu menatapnya dengan tajam. Sedangkan balita tersebut hanya terduduk di tempat, yang lalu menatap Leon dengan mata bulat penuh kepolosan dan raut wajah melongonya yang nampak tanpa dosa.
“Ck!” Leon mendecih kesal menatap betapa menyebalkannya wajah menggemaskan balita itu di matanya.
“Dengar kau, Gumpalan Daging Kecil! Aku akan mencarikan makanan untukmu. Jadi kau harus tetap berada di sini! Jangan sampai aku melihatmu pergi selangkah pun dari sini, atau bahkan berniat kabur dari tempat ini. Aku akan mencari keberadaanmu dan langsung memakanmu jika kau melakukan hal itu! Mengerti huh?! Grrr!”
Balita tersebut nampak memerhatikan Leon yang ada di depannya dengan lekat. Sebelum kemudian mengerutkan hidung kecilnya ke atas dan menunjukkan gusi-gusi merahnya ke depan Leon.
“Engghh ...!”
Leon semakin kesal ketika melihat balita tersebut justru mengikuti geramannya dengan cara selucu itu. Apa yang bisa dilakukannya dengan makhluk kecil ini, jika dia semakin terlihat lucu di mata Leon. Pria harimau itu hanya bisa menghela napas lelah untuk ke sekian kalinya.
“Sudahlah! Aku pergi. Kau diam di sini saja!” titah Leon dengan tegas pada balita itu. Setelah itu Leon membalikkan tubuhnya lagi hendak melangkah pergi. Namun ketika dirinya masih setengah membalikkan diri, Leon kembali menoleh ke arah balita tersebut.
Nampak balita tersebut masih memerhatikannya dengan bola mata yang nampak besar. Dalam hati Leon merasa ragu. Akankah balita itu bisa mengerti ucapannya? Leon merasa jika dirinya mengalihkan pandang walau hanya sejenak dari balita itu, maka dirinya akan langsung kehilangan jejaknya.
Balita ini cukup gesit untuk bergerak dan menghilang dari jangka pandangannya. Karena itu Leon bertekad untuk secepatnya pergi dan kembali lagi sebelum balita itu kabur dari ruangan tersebut. Leon langsung bergerak melangkahkan kaki harimaunya dengan cepat melakukan tugas dadakannya.
Dalam perjalanannya dirinya memikirkan makanan apa yang bisa diberikannya pada daging bernyawa tanpa gigi tersebut. Leon perlu berpikir keras untuk mencari bahan makanan tersebut.
Perlu waktu hampir setengah jam untuk Leon mencari makanan yang tepat, yang bisa dimakan oleh balita sekecil itu di luar sana. Sampai Leon akhirnya kembali pulang dengan tubuh harimaunya yang sudah basah kuyup setelah menerjang badai hujan di luar sana.
Di depan moncong harimaunya, Leon membawa beberapa buah segar yang dibalut dalam sebuah kantong yang didapatnya entah dari mana. Leon meletakkan karung berisi beberapa macam buah-buahan itu tepat di depan balita tersebut.
Balita itu ternyata tengah jatuh tertidur dengan begitu nyamannya dalam posisi duduk dan menyandarkan tubuhnya di punggung sofa yang lembut. Mendengar suara gedebuk cukup keras dari jatuhnya karung berisi buah-buahan tersebut dari Leon membuat balita kecil itu lalu tersentak kaget.
Sedangkan Leon sendiri sudah merasa masa bodoh dengan balita tersebut. Leon hanya memedulikan tubuh harimaunya yang nampak begitu basah diguyur air hujan. Banyak tetes air yang jatuh membasahi lantai yang dipijaknya.
Leon beralih mundur beberapa langkah dari sofa tersebut. Dan setelah itu Leon mengibas-kibaskan seluruh tubuhnya dengan kencang dan mantap sehingga membuat air yang membasahi tubuhnya terpencar membasahi sekitar area terdekatnya.
Leon menjaga jaraknya dengan area sofa agar air yang menyebar dari tubuhnya itu tidak ikut membasahi sofa kesayangannya. Sedangkan balita itu sendiri kini tengah merasa bingung dengan apa yang baru saja membangunkannya.
Mata bulat nan sayunya melihat kehadiran Leon, dan lalu menoleh ke arah kantong yang tutupnya terbuka lebar menunjukkan beberapa macam buah-buahan segar di dalamnya. Bau yang harum dari buah-buahan tersebut berikut dengan warna segar yang ada dari kulit-kulitnya membuat balita tersebut merasa tertarik.
Dengan senyuman antusias balita kecil itu mulai merangkak mendekati buah-buahan itu. Ada warna kuning, merah, hijau, oranye, dan cokelat gelap. Balita tersebut menatap dengan lekat tiap bahan makanan yang ada di depannya sebelum kemudian tangan kecil itu meraih warna kuning terang di dalam sana.
Dengan kedua tangan, balita tersebut mengangkat satu buah berwarna kuning terang dengan bentuk panjang dan sedikit lonjong. Salah satu buah yang paling panjang di antara buah-buah di sana. Buah itu bernama Pisang.
Balita tersebut menggoyang-goyangkan pisang tersebut merasa penasaran dengan apa yang dipegangnya itu. Tidak ada sesuatu yang terjadi dan menarik perhatiannya. Lalu balita itu mendekatkan buah itu pada indera penciumannya. Bau harum nan manis membuat balita itu tersenyum senang.
Detik kemudian balita tersebut membuka mulut tidak bergiginya lebar-lebar, dan lalu mengulum pisang yang masih berkulit tersebut dengan tenang. Leon sendiri hanya memerhatikannya dalam diam. Tentunya dengan wajah malas.