Namanya adalah hutan Terlarang. Hutan di mana banyak jenis makhluk hidup yang tinggal di berdampingan di dalamnya. Entah siapa yang memberi nama itu hingga secara turun temurun warga sekitar menamainya dengan hutan Terlarang.
Seperti desas-desus yang terdengar di kalangan penduduk sekitar, bahwa hutan tersebut tidak boleh dijamah oleh manusia mana pun. Karena tiap seseorang memasuki hutan itu, maka selamanya dia tidak akan bisa kembali ke dunia manusia. Kalaupun bisa, pastinya orang tersebut akan berubah menjadi gila dan kemudian mati secara perlahan. Ini bukanlah bualan semata, karena hutan itu sudah banyak memakan korban.
Jika diteliti kembali, hutan Terlarang memiliki kawasan yang cukup kecil untuk menampung banyak makhluk hidup di dalamnya. Namun siapa yang tahu bahwa sebenarnya hutan itu memiliki suatu pintu dimensi yang bisa menyambung ke dimensi lain, yang telah terhubung di tiap hutan Terlarang lainnya, yang tersebar di seluruh dunia.
Tidak ada yang menyadari bahwa kawasan di dalam hutan Terlarang sebenarnya begitu luas hingga dapat menangkup ratusan hingga ribuan monster di dalamnya. Contohnya seperti makhluk mitos berjenis Weretiger bernama Leon ini.
Makhluk-makhluk itu dengan bebas berkeliaran baik secara berkelompok maupun secara individu di dalam hutan Terlarang. Mencari makan, mencari tempat tinggal dan mencari pasangan sesuka hati. Tidak jarang dari mereka melakukan pertarungan hanya untuk bertahan hidup atau bahkan hanya untuk kepuasan sesaat.
Bagai hukum Rimba. Dia yang terkuatlah yang akan berkuasa. Karena itulah manusia harimau yang terkenal buas itu terlihat lebih senang menyendiri dibanding yang lain, karena pria itu tidak suka berbagi makanan dengan makhluk lainnya.
Dan di lain sisi juga manusia harimau itu terlalu malas untuk berinteraksi atau bahkan sampai bertarung dengan makhluk sekitar. Baginya, semua itu hanya hal yang merepotkan saja. Yang manusia harimau itu butuhkan hanyalah daging yang segar, untuk memenuhi dahaganya akan rasa lapar yang teramat sangat dan tidak tahu entah akan berakhir sampai kapan.
Ya, Leon si Manusia harimau memiliki nafsu makan yang sangat tinggi dibanding makhluk mitos lainnya. Berapa pun dirinya makan, Leon merasa semua itu masih sangatlah kurang untuknya. Baru saja dirinya menghabiskan satu ekor kijang sendirian, tidak lama kemudian tubuhnya merasa bergetar ingin dipenuhi oleh daging segar yang lain juga.
Terkadang semua itu benar-benar membuatnya kesal. Pria harimau itu pernah mencoba melawan rasa laparnya selama 3 hari. Dirinya sampai mengurung diri di dalam goa dan berada di bagian terdalam goa itu agar tidak merasa tertarik dengan dunia luar. Terlebih dengan bau daging dan darah yang tersebar dan tercampur di udara.
Leon merasa begitu sulit menahannya, namun dengan tekad bulat pria itu ingin menahan dan mengendalikan nafsu makannya sendiri agar lebih terkendali. 3 hari telah berlalu dan berhasil dilalui Leon dengan hibernasi, menidurkan diri selama mungkin. Saat itu Leon merasa begitu lega, begitu bangga akan dirinya sendiri yang berhasil melalui itu semua.
Pria harimau itu bertekad untuk melakukan hal yang sama secara rutin tiap seminggu sekali. Dan leon sudah berencana akan mengurangi jatah makannya tiap harinya saat itu. Namun ketika pada akhirnya manusia harimau itu keluar dari goa untuk pertama kalinya setelah 3 hari, aroma lezat dari daging-daging segar yang masih bergerak bebas di sekitarnya langsung masuk ke dalam indera penciuman Leon.
Sontak saja kedua bola mata tajam milik harimaunya langsung berkilat menguning, merasa benar-benar tergoda akan aroma daging segar yang masuk ke dalam indera penciumannya. Leon tanpa sadar mulai kehilangan kendali diri dan akal pikirannya sebagai seorang manusia. Yang ada dalam pikirannya saat ini hanyalah daging, daging dan daging segar.
Rasa lapar mengalahkan tekadnya yang ingin berpuasa menahan rasa haus akan daging segar. Mata tajam harimaunya sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri menelusuri dari mana datangnya aroma daging dan darah segar yang menusuk indera penciumannya itu. Suara geraman dari tenggorokannya bergema di sekitar membuat siapapun orang atau bahkan hewan dan makhluk mitos sepertinya merasa takut dan was-was seketika saat mendengarnya.
Suara geraman dari seekor harimau bertubuh besar yang melebihi besar dari harimau biasa itu sudah pasti bisa membuat siapapun yang mendengarnya menjadi gentar. Kaki depannya melangkah perlahan namun mantap, membawanya semakin keluar dari area goa yang ditempatinya. Bola matanya mengarah ke atas di mana beberapa burung berterbangan di atasnya seakan terganggu akan sesuatu.
Leon kembali menoleh ke arah tujuannya di mana insting buasnya mengatakan bahwa calon buruannya itu berada di sisi sebelah kanan, tidak jauh darinya. Dengan air liur yang mulai menetes dari sudut mulutnya yang menandakan bahwa manusia harimau itu sudah tidak bisa menahan rasa laparnya lagi, Leon bergerak cepat menuju ke tempat buruannya itu.
Dengan gerak lincah dan dalam diam, Leon terlihat begitu lihai menyembunyikan diri di balik semak-semak dan mulai mengintai ke arah depan, di mana terdapat 7 ekor rusa tengah asik meminum air di tepi sungai, tidak menyadari bahwa ada makhluk buas yang kelaparan setengah mati tengah mengintai mereka saat itu.
Leon tetap berada dalam posisinya hingga mendapatkan waktu yang pas untuk menerkam mereka semua. Ya, manusia harimau itu berniat untuk menjadikan mereka semua santapannya hari itu juga. Leon tidak menyangka menahan lapar selama tiga hari justru membuatnya semakin kehilangan akal dan kehilangan jati diri sebagai seorang manusia. Lebih tepatnya manusia kutukan.
Fokus pada calon makanannya di depan, Leon menjilat moncong harimaunya dengan nikmat dan dengan sabar menunggu waktu yang tepat untuk menerkam semua calon buruannya itu. Hingga tiba waktunya, tubuh harimau Leon dengan gesit melompat jauh ke depan, mengejutkan ke 7 rusa itu yang lalu dengan perasaan panik dan dengan insting bertahan hidup, mereka semua berhamburan lari menjauh dari pemburu tertinggi mereka.
Masing-masing dari mereka bertujuh berlari pontang panting ke segala arah demi menjauhi Leon hingga tidak memedulikan ke mana arah kawanannya berlari, meski pada akhirnya satu per satu dari mereka tetap menggelepar tidak berdaya di bawah kaki manusia harimau itu juga. Dibanding ke tujuh rusa itu, Leon jauh lebih gesit dan bahkan sanggup mengejar satu per satu dari mereka.
Wujud harimau itu dengan sengaja menggigit leher mereka dengan kuat dalam satu gigitan, beberapa juga memberi gigitan tajam nan kuat di bagian belakang buruannya itu hingga membuat masing-masing dari mereka menggelepar di atas tanah, sekarat. Dengan santai Leon menyeret satu per satu rusa itu dengan gigitan tajamnya dan mengumpulkannya dalam satu tempat. Dilihatnya dengan antusias ketujuh buruannya itu masih menggelepar-gelepar tidak berdaya menyambut ajalnya yang akan datang sebentar lagi.
Beberapa dari mereka bahkan mulai terdiam kaku di tempat. Genangan darah rusa-rusa itu telah berkumpul membasahi tubuh mereka sendiri yang terlihat seperti sebuah alas berkarpet merah sebagai penyambutan kematian masing-masing dari mereka. Dan itu semakin membuat Leon meneteskan air liurnya karena semakin tergoda.
Lumuran darah segar itu seakan menjadi saos lezat untuk hidangan daging di depan Leon. Sekali lagi lidah kasar yang terasa seperti amplas milik Leon itu terjulur ke luar, menjilat moncongnya sendiri dengan tidak sabar. Dengan gerakan santai namun penuh intimidasi sebagai bagian dari binatang buas, Leon merundukkan kepalanya ke arah salah satu rusa itu. Rusa yang masih terlihat menggelepar tidak berdaya di depannya itu dijilatnya.
Sekali dua kali Leon lakukan seakan tengah mencicipi rasanya. Kedua mata Leon memicing dan semakin berkilat senang. Merasa senang karena setelah menahan lapar selama 3 hari lamanya, manusia harimau itu akhirnya mendapatkan makanannya juga. Mulutnya menggeram sekali lagi. Lalu kemudian terbuka, menampakkan taring-taring tajamnya bersiap merobek daging tebal buruannya itu.
Dan sedetik kemudian darah segar akhirnya terciprat di sekitar mereka. Crak! Brettt! Breett! Suara sobekan daging tebal itu sekaligus mengantar kepergian sang rusa menuju akhir hayatnya. Daging yang masih terasa hangat disertai bumbu dari darah segar sebagai saos merah yang menjadi pelengkap hidangan saat itu membuat Leon menjadi semakin beringas untuk melahapnya. Leon mulai menikmati daging-daging segar itu sendirian.
Begitulah Leon si manusia harimau hidup selama ini. Dirinya tidak akan bisa menahan godaan untuk sebuah daging segar. Karena memang seperti itulah dirinya ditakdirkan. Selalu haus akan rasa lapar tidak perduli bagaimana dia menahannya.
Kembali lagi di saat Leon tengah menyantap daging manusia yang tengah ditemuinya di hutan. Mungkin ini adalah hari keberuntungannya bisa mendapatkan dua daging manusia dewasa sekaligus. Karena daging manusia merupakan suatu daging langka yang bisa membuat dirinya merasa cukup kenyang dibanding daging-daging lainnya di hutan Terlarang ini.
Dengan lahap Leon merobek tiap sisi daging yang melekat pada tulang-tulang buruan manusianya itu. Dan dengan nikmat melahap daging yang digigitnya. Dalam ketenangannya Leon menyadari bahwa beberapa binatang lainnya juga tengah memerhatikan dirinya saat ini, namun manusia harimau itu tidak memedulikannya sama sekali.
Asal mereka tidak mengganggu acara makannya, maka Leon juga tidak perlu menanggapi mereka. Sedangkan binatang-binatang buas di sekitarnya seakan tidak ada yang berani mengganggu acara makan dari salah satu makhluk terkuat di hutan Terlarang itu.
Hingga tersisa beberapa tulang belulang saja, Leon menyelesaikan acara makannya. Moncong bibirnya terlihat belepotan dengan darah segar yang sesekali juga ikut menetes ke bawah. Beberapa kali Leon menjilati area bibirnya dengan nikmat sembari memerhatikan sisa tulang belulang dari dua manusia dewasa yang berserakan di sana.
Harimau besar itu mulai membalikkan tubuhnya hendak meninggalkan area eksekusi itu, ketika kemudian telinga tajamnya mendengar suara tangisan dari seorang bayi. Sontak Leon menghentikan langkahnya di tempat. Mata buasnya langsung menatap tajam ke arah mobil hancur yang sudah setengah berbalik posisi itu. Suara bayi itu terdengar dari sana.
Seringai mengerikan dari pria harimau itu kembali tercipta dengan jelas. Jadi dua manusia dewasa dengan seorang bayi he? Bukankah ini merupakan sebuah hari keberuntungannya. batin Leon bersorak senang. Benar-benar keberuntungan yang besar. Tanpa berpikir dua kali pria harimau itu langsung mendekati mobil itu dan melompat ke atas mobil.