Pria serigala bernama Jimmy itu akhirnya benar-benar menerima tawaran Phobos untuk ikut bersamanya menemui balita milik Leon. Pria serigala itu nampak merasa begitu antusias ingin melihat bagaimana rupa balita tersebut.
Dengan Phobos yang membawa sebotol s**u untuk balita tersebut, keduanya datang memasuki kamar pribadi Riyu saat ini. Mereka berdua bisa melihat Leon yang tengah membaringkan tubuh besar harimaunya dengan melingkar nyaman di atas ranjang Riyu.
Keduanya beralih mendekati ranjang. Sementara Phobos sendiri menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan Riyu yang sebelumnya ada di tempat itu.
“Leon, apa kau benar-benar memiliki seorang anak?” celetuk Jimmy dengan wajah antusiasnya mendekati Leon. Pria serigala itu langsung menyadari bahwa objek yang dicarinya itu tengah berada dalam dekapan tubuh besar Leon saat ini.
Jimmy bisa mengenalinya lewat aroma tubuh dari makhluk asing di sekitar mereka. Sementara Phobos sendiri ikut melangkah di belakang Jimmy, dan meletakkan botol kecil berisi s**u tersebut di atas meja nakas.
Mendengar pertanyaan yang sama untuk ke sekian kalinya itu membuat Leon menghela napas lelah. “Jika aku mendengar pertanyaan itu lagi dari kalian, maka aku tidak akan segan-segan mengajak perang saat ini juga. Harus berapa kali kubilang, dia bukan anakku! Dia hanya cadangan makanan bagiku, sialan!” umpat Leon.
Mendengar teman harimaunya yang terlihat begitu kesal sekaligus marah saat ini, membuat Jimmy merasa bingung seketika. Pasalnya dirinya hanya baru datang dan tidak mengerti keadaan yang sebenarnya di antara mereka.
Jimmy menoleh ke arah Phobos untuk mencari tahu lebih lanjut. Dan pria iblis itu hanya tengah berusaha menahan tawa di sebelahnya, membuat Jimmy sadar dirinya telah dibodohi saat ini. Pria serigala itu mendecak kesal ke arah Phobos.
Jimmy menoleh kembali ke arah Leon dan mendekat lebih jauh lagi. Jimmy duduk di tepi ranjang, dan kini bisa melihat dengan jelas rupa menggemaskan dari balita manusia itu, yang berada dalam dekapan tubuh harimau Leon.
“Hm, dia memiliki wajah yang menggemaskan sekali. Kau dapat dari mana Leon?” tanya Jimmy. Satu tangannya mengarah ke arah balita itu untuk menyentuh pipi chubbynya yang kenyal. Ditelusuri kulit halus dengan lembut itu hingga satu jemarinya mengarah pada bibir kecil balita tersebut. Dengan gemas Jimmy mencubit lembut bibir mungil yang sedikit terbuka itu.
“Aku mengambilnya di hutan. Setelah aku selesai memakan daging kedua orang tuanya,” jawab Leon dengan ringan. Leon tidak terganggu sedikit pun ketika Jimmy mencoba meraih balita itu dari sisi tubuhnya. Baik dalam dekapannya atau dekapan Jimmy, balita itu akan baik-baik saja. Karena dirinya dan Jimmy memiliki suhu tubuh yang sama sebagai seorang makhluk iblis, yaitu panas.
Dengan hati-hati Jimmy menggendong balita itu dalam dekapannya, dan memandangnya dengan lekat. Jimmy melirik tajam Leon yang baru saja berbicara tanpa ada rasa dosa sedikit pun itu.
“Kau benar-benar buas seperti biasanya Leon,” ucap Jimmy sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Perhatian Jimmy kembali teralih ke arah balita tersebut. Dirasakan tubuh balita itu yang cukup dingin sebagai ukuran seorang balita. Jimmy mengerutkan kedua alisnya merasa bingung dengan kondisi balita dalam dekapannya itu.
“Kenapa tubuhnya begitu dingin? Dan ada apa dengan luka-luka ini?” tanya Jimmy kemudian yang akhirnya menyuarakan pertanyaan dalam kepalanya. Pria serigala itu menelusuri luka-luka kecil di tubuh balita itu dengan hati-hati.
“Leon tidak becus menjadi seorang ayah, Jim,” celetuk Phobos tanpa rasa bersalah. Pria iblis itu ikut memerhatikan balita dalam pelukan Jimmy yang masih terlihat begitu tenang.
“Tidak sepertimu,” lanjut Phobos. Memang benar apa yang dikatakan pria iblis itu. Dibanding mereka para iblis, Jimmy lebih memiliki perasaan lembut dan penuh kasih sayang sebagai seorang makhluk iblis. Lihat saja bagaimana lembutnya Jimmy memperlakukan balita itu saat ini.
Pria serigala itu mengusap-usap dengan lembut sisi kepala balita itu seakan tengah menina bobokan makhluk kecil itu. Dan Leon tidak memperdulikan celetukan Phobos yang sengaja menyindirnya secara terang-terangan baru saja. Pria harimau itu lebih memilih menyamankan diri dan memejamkan kedua matanya rapat-rapat.
Leon sendiri berpikir bisa mempercayakan balita itu di tangan Jimmy, karena memang kebenarannya adalah seperti yang dikatakan Phobos. Jimmy lebih memiliki sisi lembut dan penuh kasih sayang dibanding mereka semua.
“Di mana Riyu? Aku sudah membuatkan s**u untuk balita ini. Tapi jika dia masih tertidur, maka percuma saja aku membuat s**u itu tetap hangat,” tanya Phobos kemudian yang kembali menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan Riyu sembari menggerutu kecil.
“Dia mencari baju untuk balita itu.”
“Ke mana dia mencari? Memang di antara kita ada yang memiliki persediaan baju balita?” Phobos menoleh ke arah Leon dan bergantian ke arah Jimmy dengan wajah heran.
“Entahlah. Sepertinya dia pergi ke kamar Evan. Bukankah di sana ada lemari ajaib?!” balas Jimmy sembari mengira-ngira.
“Lemari ajaib?” beo Phobos.
“Evan memiliki persediaan berbagai macam baju di dalam lemarinya. Kau tidak pernah ke sana?” tanya Jimmy balik menatap Phobos.
“Memang kita boleh melihatnya?”
“Tentu saja, tidak. Aku hanya kebetulan memiliki kesempatan masuk ke dalam sana. Dan kau akan merasa takjub dengan koleksi-koleksi mewah pria ular itu.”
“Hmm,” Phobos mengangguk-angguk mengerti.
“Ngomong-ngomong di mana pria ular itu sekarang? Bukankah kau sedang pergi mencarinya sedari kemaren Jimmy? Kau masih belum menemukannya?” tanya pria iblis itu lagi. Mendengar Jimmy membahas Evan, pria iblis itu kembali mengingat bahwa teman ularnya itu sudah pergi cukup lama dari mansion sejak beberapa hari yang lalu.
“Hahh sudah. Ular itu ternyata terjebak selama semingguan ini di bawah batu besar, setelah bertarung dengan para rogue,” jawab Jimmy dengan malas. Mendengar jawaban itu membuat Phobos memiringkan kepalanya dengan wajah heran sekaligus bingung.
“Apa maksudmu? Terjebak di bawah batu? Kenapa dia tidak berusaha keluar saja dari sana? Apa ular itu lemah sekali huh?”
“Karena tubuhnya sedang dalam masa periode, Phobos. Evan tidak bisa menggerakkan diri untuk sementara waktu,” jelas Jimmy.
“Hah bodoh sekali dia,” ledek Phobos kemudian dengan tawa mengejeknya. Lalu pria iblis itu kembali melanjutkan pertanyaan dari rasa penasarannya tentang Evan pada Jimmy.
“Lalu kenapa kau tidak membawanya pulang Jimmy?”
“Aku sudah mengajaknya pulang. Tapi dia bilang ada sesuatu yang harus dilakukannya. Hahh jika dipikir-pikir kembali, ada apa dengan kalian berdua?” kesal Jimmy kemudian secara tiba-tiba, yang lalu mengarah ke arah Leon.
“Apa maksudmu dengan kalian berdua?”
“Maksudku adalah si Ular itu dan kau, Leon!” tunjuk Jimmy tepat ke arah Leon.
“Ada apa denganku?” Kali ini Leon yang berbalik tanya pada Jimmy. Pria harimau itu merasa tersinggung dengan ucapan Jimmy yang seolah memandangnya aneh saat ini.
“Ya, kalian! Maksudku, apa kalian berdua tiba-tiba berubah menjadi Phedophil? Penyuka anak kecil? Aku bertemu dengan Evan, dan dia bertingkah aneh saat itu. Evan membiarkan seorang gadis kecil membantunya, dan membiarkannya pergi begitu saja. Kau tahu, ini Evan yang kumaksud! Seorang iblis yang tidak pernah menyukai seorang manusia apa pun bentuknya selama ini.
Dan Evan telah menerima bantuan gadis kecil itu. Bahkan dia tidak ingin pulang bersamaku karena dia bilang masih ada urusan dengan gadis kecil itu. Kalian tahu maksudku bukan? Dia mengejar gadis kecil itu! Aku yakin dia tertarik kepadanya! Dan sekarang, lihat dirimu Leon! Kau membawa seorang balita kecil sekarang?! kau tidak memakannya?” tuduh Jimmy dengan ekspresi wajah berapi-api.
“Aku akan memakannya, kubilang!”
“Kapan?!” tantang Jimmy seketika.
“Secepatnya!”
“Cih, aku yakin kau tidak akan melakukannya,” ledek Jimmy dengan wajah sinis meledek pria harimau itu. Leon mengangkat kepala harimaunya, dan menatap tajam Jimmy saat ini.
“Kenapa kau berpikir seperti itu? Dia cadangan makananku, asal kau tahu! Tentu saja aku akan memakan cadangan makananku! Apa kau bodoh, Jimmy?!”
“Apa kau akan merawat cadangan makananmu sendiri huh? Kucing?!” Leon terdiam tidak bisa membalas ucapan pria serigala itu untuk sejenak. Dan hal itu semakin membuat Phobos tidak bisa mempercayainya.
“Jadi kau tidak akan memakan balita ini, Leon?!” celetuk Phobos dengan wajah polos ikut menuduh Leon.
“Aku akan memakannya! Diam kau!” geram leon seketika dengan wajah kesalnya.
“Ada apa dengan kalian semua? Kenapa berisik sekali di kamar orang huh?!” celetuk Riyu kemudian yang baru saja melangkahkan kaki jenjangnya memasuki kamar pribadinya sendiri. Riyu merasa heran sendiri melihat ketiga teman iblisnya melakukan perdebatan sengit seperti ini.
“Riyu, Leon tidak akan memakan balita ini!” Phobos seenaknya sendiri menyimpulkan perdebatan mereka bertiga.
“Aku bilang aku akan memakannya Bodoh! Kau ingin kumakan sekarang juga hah?!” Leon semakin menggeram marah karena ulah pria iblis itu.