19.

1266 Words
"Wah ... Aku jadi semakin yakin jika balita itu benar-benar anak Leon. Maksudku, coba lihat bagaimana manjanya balita itu kepadanya! Bertahun-tahun aku mengenal Leon, sepertinya baru kali ini aku melihat pria harimau itu dekat dengan manusia lain!" celoteh Phobos dengan ekspresi wajah yang masih tidak percaya. Kini mereka telah keluar meningalkan Leon dan balita itu sendirian tidur di dalam kamar Riyu untuk sementara waktu. Mereka bertiga berakhir duduk bersama di ruang keluarga dan masih membicarakan apa yang mereka lihat tadi. Terutama Phobos yang masih nampak menggebu-gebu membicarakan kedekatan Leon dan balita itu.   Riyu duduk di sofa seberang dan lalu menyenderkan punggung lebarnya di punggung sofa. Sejujurnya kepalanya masih terasa pening setelah dipaksa bangun tidur tadi oleh Leon. Dan itu salah satu hal yang membuat Riyu merasa kesal terhadap pria harimau itu. Pria berambut hitam itu beralih melemaskan kepalanya di sana sehingga membuatnya mendongak ke atas. Sedangkan Jimmy sendiri memilih duduk di atas sofa tunggal, dan mendengarkan celotehan Phobos di sebelahnya.   "Kalian lihat, s**u yang susah payah aku buat pada akhirnya tidak berguna karena balita itu memilih tidur kembali. Dasar! Aku harus mendengarkan ucapan terima kasih dari mulut pria kucing itu secara pribadi nanti! Harus!" lanjut Phobos dengan pandangan mata berapi-api.   "Sudahlah Phobos. Lagi pula yang membuat s**u itu adalah pelayan, bukan kau! Jadi tidak perlu melebih-lebihkan hal itu lagi," sahut Jimmy yang mencoba menenangkan pria iblis itu.   "Hoamm ... Ada apa dengan wajahmu itu Phobos? Kau terlihat semakin buruk dengan kening menyatu seperti itu," celetuk Sebastian yang tengah menuruni tangga menuju lantai bawah dengan malas. Pria vampire itu nampaknya baru bangun dari tidurnya siang ini.   "Tian, kau  sudah bangun siang ini?!" sapa Jimmy sekaligus bertanya pada vampire itu. Pasalnya sebagai seorang vampire, Sebastian atau biasa dipanggil Tian itu merupakan makhluk malam. Pria vampire itu lebih senang beraktivitas di malam hari, dan dia lebih senang menghabiskan tidur hingga sore hari. Sementara saat ini hari masih menjelang pertengahan waktu dan pria vampire itu sudah bangun dari tidurnya.   "Oh Jimmy, hai. Kau sudah pulang ternyata. Bagaimana pencarianmu hari ini?" jawab Tian balas bertanya pada pria serigala itu. Tangan kirinya menggaruk bagian tengkuk leher jenjangnya yang pucat. Tian dengan santai melangkah mendekati mereka bertiga, dan lalu mengambil tempat duduk di sebelah Riyu yang masih menyenderkan tubuhnya dengan nyaman, tanpa menoleh ke arahnya. Pria rubah itu memejamkan kedua matanya saat ini, namun Tian tahu bahwa Riyu tidak sedang menidurkan dirinya.   Mendapat pertanyaan dari Tian barusan, membuat Jimmy melempar senyum kecut. "Ya, seperti biasa. Aku masih belum menemukan soulmate-ku, Tian. Tapi aku telah menemukan Evan kemaren sore," lapor Jimmy dengan bangga. Tian mengangkat kedua alisnya mendengar jawaban itu.   "Evan? Apa yang sedang dilakukan pria ular itu sehingga dia tidak pulang-pulang selama ini? Kau tahu, aku kesepian karena housemate-ku tidak pulang-pulang untuk beberapa hari lamanya, Jimmy," Tian memasang wajah memelasnya yang sengaja dibuat-buat di depan teman-teman iblisnya. Hal itu membuat Phobos mendecih geli melihatnya.   "Dia terjebak di bawah batu selama semingguan ini, setelah bertarung melawan kumpulan Rogue, Tian,” jelas pria serigala itu. Tian semakin melebarkan kedua matanya. Pria berkulit pucat itu semakin terkejut mendengar penjelasan Jimmy barusan.   “Terjebak?! Dasar bodoh. Pasti dia tidak bisa bergerak karena sedang dalam masa periodenya bukan? Sudah kubilang sebelumnya, lebih baik dia berdiam di rumah saja, tapi dia tetap saja keras kepala. Dasar ular!” gerutu Tian sambil mendengus lelah mengingat kekeras kepalaan teman ular sekaligus teman serumahnya itu.   Ya, memang di antara ketujuh iblis itu, yang lebih sering menetap di mansion adalah Evan, manusia ular yang juga merupakan pemilik asli dari mansion tersebut, lalu Sebastian, seorang Vampire. Sedangkan yang lain, masing-masing dari mereka hanya sesekali pulang dan pergi.   Jimmy, pria serigala itu selalu pergi berkelana menelusuri tempat satu ke tempat lain karena memang memiliki urusan pribadi. Jimmy perlu menemukan cinta sejatinya secepat mungkin untuk membebaskannya dari sebuah kutukan serigala.   Leon, si pria harimau lebih senang berada di tempatnya sendiri seperti biasanya. Dan akan datang jika dia membutuhkan sesuatu, atau sesekali mampir ke tempat mereka hanya untuk berkumpul walau sejenak. Riyu, pria rubah itu tidak jauh beda dengan Jimmy.   Dia sedang menunggu seseorang di masa lalunya. Sesekali pria rubah itu akan pergi ke dunia manusia hanya untuk mencari sebuah petunjuk mengenai seseorang yang selama ini dicarinya. Sedangkan Phobos dan Deimos, mereka seorang Incubus bersaudara lebih senang berkeliling dunia mencicipi berbagai macam 'makanan' di dunia manusia.   Tian menoleh ke arah samping. Di ujung ruang terdapat seoarang pelayan manusia yang baru saja selesai membersihkan salah satu area mansion, dan hendak menuju ke area belakang. Pria vampire itu memandang lurus dalam diam pelayan pria tersebut, dan seolah merasa terpanggil, pelayan pria itu berhenti di tempat. Pelayan pria itu menoleh ke arah Tian dengan wajah datar tanpa pandangan kehidupan di kedua matanya. Tian mengangkat sebelah tangannya dan melakukan gesture kecil untuk pelayan tersebut. Dan pelayan itu tanpa kata berlalu pergi menuju dapur.   “Benar bukan? Anak itu memang benar-benar keras kepala dari dulu,” balas Jimmy yang tidak kalah kesalnya dengan tingkah teman ular mereka.   “Lalu ada apa dengan wajah jelek Phobos hari ini? Kenapa kau terlihat kesal sekali kawan?” pertanyaan Tian beralih ke arah Phobos yang duduk sembari menyangga kepalanya dengan sebelah tangan, di atas sofa.   “Apa kau tidak menyadari keberadaan makhluk asing di mansion ini huh?” jawab Phobos dengan malas.   “Makhluk asing?” beo Sebastian. Pria vampire itu tertegun sejenak mencerna ucapan Phobos. Mungkin karena dirinya masih sedikit mengantuk, jadi Tian masih kurang perduli akan kondisi di sekitarnya.   “Ah, sejak kau mengatakan hal itu, aku jadi mulai menyadarinya. Darah siapa ini? Apa kalian mendapatkan cadangan makanan yang baru huh?” Tian menghirup dalam-dalam aroma darah yang baru dikenalinya ini. Darah itu tercium samar-samar di area lantai atas, di mana Sebastian yakin pemilik aroma darah tersebut berada dalam salah satu ruang di atas sana.   Terlihat seorang pelayan manusia yang tadi sempat berinteraksi dalam diam dengan Sebastian, kini datang dengan membawa nampan berisi 3 bungkus minuman berwarna merah pekat. Pelayan itu berhenti di depan mereka, dan lalu meletakkan pesanan Sebastian di atas meja.   Dan tanpa sepatah kata lagi, pelayan tersebut berlalu pergi kembali. Tian meraih satu bungkus minuman favoritenya itu dan membukanya. Dengan nikmat pria vampire itu menyedot habis isi di dalamnya yang beraroma darah begitu pekat. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Sebastian untuk menghabiskan satu minuman itu, dan beralih ke minuman yang lainnya.   “Itu darah anak Leon,” celetuk Phobos.   “Uhukk uhukk!” Seketika Sebastian tersedak dan hampir memuncratkan darah segar yang tengah dinikmatinya saat ini ke depan. Beberapa cairan berwarna merah itu sempat mengalir keluar membasahi area bibir hingga dagu Sebastian.   Sebastian segera meraih tisu yang untungnya telah disediakan di atas meja, di samping tidak jauh dari mereka, lalu dengan cepat membersikan bekas darah yang mengotori area bibirnya.   “What?!” pria vampire itu langsung menatap horor ke arah Phobos, dan meminta penjelasan lebih pada pria itu lewat tatapan matanya. Phobos sendiri hanya menatap malas ke arah Sebastian.   “Hei, adakah yang bisa menjelaskan tentang ini kepadaku?” pinta Sebastian yang lalu menoleh ke arah Jimmy dan Riyu.   “Entahlah. Coba kau tanyakan saja pada Leon sendiri, Tian,” balas Riyu dengan gumaman kecilnya.   “Itu pun kalau kau siap dengan amukannya setelah menanyakan hal itu khekhe,” lanjut pria rubah itu yang lalu terkekeh kecil tanpa berniat membuka kedua matanya sedikit pun. Kekehan itu menular pada kedua teman iblisnya yang lain, yaitu Jimmy dan Phobos yang ikut merasa geli dengan ucapannya barusan.   Mau tidak mau mereka bertiga kembali mengingat betapa kesalnya Leon ketika mereka tidak henti menanyakan hal itu. Dan kekehan mencurigakan mereka bertiga, sukses membuat Sebastian merasa semakin heran sekaligus bingung dengan apa yang telah terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD